Monday, November 19, 2007

Love or Hatred ?

Dalam perjalanan kembali dari guangzhou – hongkong – taipei, saya dikagetkan dengan sebuah berita violence yang terjadi pada tanggal 7 November kemarin, Tragedi penembakan tujuh murid and satu guru oleh seorang anak berumur 18 tahun bernama Eric yang menganggap dirinya “ terrorist “. Kenapa Eric bisa melakukan hal ini ? Kebencian kepada teman2 dan guru menyebabkan dirinya mengambil keputusan sebagai “ school shouter “ dan akhirnya after bunuh mereka, Eric membunuh dirinya sendiri di kamar mandi. Jika saudara mengikuti perkembangan berita news akhir-akhir ini maka sebenarnya apa yang terjadi di Jokela High School hanyalah pengulangan tragedi virginia tech dimana choo seung hui melakukan penembakan terhadap tiga puluh orang karena alasan “ this is for my generations “.

Kebencian banyak telah mengambil tempat paling penting di dalam hidup manusia khususnya di dalam merusak relasi satu manusia dengan manusia yang lain. Sebenarnya apakah hidup manusia selalu menawarkan kebencian kepada manusia lainnya ? Jika kita lihat di dalam Alkitab, Matius 5:43-48 disitu justru Kasih menjadi poros paling penting di dalam kehidupan manusia yang sesungguhnya. Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu – inilah ajaran Yesus Kristus. Mungkin kita akan berkata “ lho kok aneh ? “. Frederich Nietzche memberikan penilaian bahwa ajaran Yesus itu ajaran pengecut karena musuh itu ada untuk dikalahkan bukan untuk dikasihi. Hanya orang “ sempel “ aja mengadopsi paradigma seperti itu. Nietzche mengatakan itu bahwa itulah hidup manusia, dipenuhi kebencian dan permusuhan , jadi teror-teror yang terjadi pada manusia itu adalah hal biasa saja. Tetapi justru Yesus membawa setiap kita untuk melihat kasih sebagai fokus hidup yang perlu kerelaan untuk “ radix “ dan “ kaku “ di dalam mengasihi musuh. Yesus justru mengajarkan setiap orang kristen untuk belajar mengampuni dari atas dasar kasih. Kedua, belajar melihat kebaikan orang lain ketimbang kejahatan orang lain terhadap kita. Meskipun terkesan “ injustice “ tetapi kita harus menilai segala sesuatu didalam cara pandang yang “ fair “ secara christianly baik di dalam theology maupun di dalam application. Ketiga, belajar bukan mengalahkan musuh sebagai goal tetapi justru musuh yang menjadi sahabat.

Bagaimana saudara membaca hal ini ? mungkin saudara akan mengatakan bahwa kenapa Yesus kok mengajarkan prinsip-prinsip hidup yang “ aneh “ ? Jika kita membalas kebencian dengan kebencian maka kita sedang “ menularkan “ kebencian kepada orang lain. Tanpa sadar, kita sudah mengembangbiakkan “ evil to others “. Ini side effect ! Kedua, natur dari kebencian itu sendiri bersifat menyiksa dan menghancurkan. Bukti nyata hadir di dalam tragedi virginia tech maupun jokela high school di south finland. Ketiga, kasih memiliki power lebih besar atas kebencian. Sebagai penutup, sebelum menjadi presiden USA, Abraham Lincoln pernah dibenci oleh seorang rekan bernama Stanton tapi Lincoln hanya diam. After Lincoln jadi presiden USA, Lincoln justru mengangkat Stanton ( rekan yang benci Lincoln ) sebagai menteri penerangan. Banyak orang kaget dengan pemilihan calon menteri penerangan dari Lincoln, kenapa lincoln melakukan hal ini ? bukankah cari orang yang tepat adalah orang yang sesuai dengan selera kita ? Lincoln mengatakan bahwa saya memang tidak menyukai Stanton, tetapi demi negara saya harus pilih dia karena dialah yang terbaik. Ini contoh orang yang memiliki hati lapang dada yang besar. Disinilah kasih bekerja dan menang. Akhirnya Stanton menyadari bahwa Lincoln adalah instrumen kasih Allah yang hadir bagi dirinya. Adakah mental “ Lincoln “ di zaman ini ?

Dalam Kasih-Nya

Daniel Santoso

Taipei, Taiwan, ROC

Tuesday, August 28, 2007

Belajar dari Sejarah

Hari ini kita semua berdiri di atas kota Beijing, negara komunis yang katanya “ bersih dari agama “. Meskipun dewasa ini kebebasan beragama seakan-akan kelihatannya dilegalkan tetapi bukan berarti bebas dari cengkaraman “ communist “. Tahun 1920 Mao Tze Dong dan Cen To Siu mendirikan “ communist party “. Dan mereka percaya bahwa hanya “ communist “ paham yang paling adil buat china. Sebenarnya Communist bukanlah produksi original dari Mao Tze Dong tapi dicetuskan oleh Karl Marx, Frederich Engels dalam buku booklet kecil “ Communist Manifesto “ yang berpengaruh besar untuk menghasut manusia membenci sesamanya. Jika kita melihat salah satu tema pergumulan dari Communist Manifesto adalah pergumulan kelas dalam hal ini antara kaum borjuis dengan kaum proletarians ( without property ). Selama ini kaum borjuis telah banyak mengeksploitasi orang miskin. Karl Marx berteriak “ orang kaya itu pemeras rakyat, kelihatannya senyum tapi hati serigala “. Kenapa demikian ? konteks feodalisme. Para buruh bekerja mati-matian tetapi digaji semurah mungkin maka Engels meneriakkan “ hey kaum buruh, satu-satunya kekuatan ada padamu adalah kekuatan tubuhmu. Nilaimu bukan ditentukan oleh gajimu yang minim tapi nilai ditentukan oleh tenagamu, keringatmu, peluhmu “. Apakah paham ini ada di dalam pikiran saudara ? Jika memang ada , saudara adalah orang yang paling kasihan karena tiap hari merasa capek, jenuh setiap harinya. Terus kalau bukan saya, siapakah yang mau membantu saya ? Tuhan ? Bagi Marx, Tuhan hanyalah alienasi manusia yang diciptakan dari ketakutan manusia. Jika saudara melihat kondisi seperti ini, dapatkah engkau melihat apa yang bakal terjadi bagi orang-orang seperti ini ? Pertama, mereka lupa bahwa mereka manusia yang lemah, kalaupun tenaga mereka menentukan nilai hidup mereka, tetap saja berada di dalam kualitas yang lemah. Kedua, setiap mereka pekerjaan mereka dijalani dengan perasaan “ benci “ karena setiap hari menikmati ketidakadilan terus menerus. Ketiga, setiap hari bukannya hidup bersyukur kepada Tuhan tetapi setiap hari ngomel terus sehingga akhirnya tidak puas dan menjarah harta orang-orang kaya. Melihat fenomena seperti ini, saya hendak membawa perkara ini ke dalam konteks kita sebagai orang kristen, banyak kita gak sadar telah mengadopsi semangat yang seperti ini, kita lancang dalam menilai diri sendiri lebih baik daripada orang lain termasuk Tuhan, padahal Tuhanlah penentu nilai kita. Kedua, kita kelihatannya mengikuti Tuhan Yesus maupun melayani di atas nama Tuhan Yesus tetapi semuanya kita jalani dengan perasaan yang tertekan dan setengah-setengah. Apa-apaan itu ! melayani tetapi tidak full hearted bagi Tuhan ! Ketiga, melayani Tuhan bukannya bersyukur tetapi malah bersunggut-sunggut mempertanyakan Tuhan dengan keterbatasan logika kita sebagai manusia yang berdosa. Marilah kita mengintrospeksi diri kita untuk terus rela dibangunkan menjadi orang kristen yang setia dan taat. Tuhan memberkati.

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

Sunday, August 26, 2007

Disintegrasi Iman Kain

Manusia adalah ciptaan Tuhan, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah untuk menyatakan kemuliaan Allah, untuk belajar, untuk menjaga dan berjuang membangun peradaban a mereka ditempatkan Tuhan ( Kejadian 1:26-28 ). Tetapi manusia jatuh ke dalam dosa karena “ Ethical Rebellion - pemberontakan etika “ manusia melawan Tuhan sehingga spiritualitas manusia “ rusak “ ( Roma 8:5-8, Efesus 2:1-4 ), intelektualitas manusia “ tercemar “ ( Roma 1:21-22, I Kor 2:14, Efesus 4:17-18 ), respon manusia “ terpolusi “ menjadi anti tesis terhadap Tuhan yang menjanjikan “ juruselamat “ ( Kejadian 3:15 ) menjadi Tuhan yang “antagonis".

Siapakah Kain ? Kita semua tahu bahwa Kain adalah kakak Habel dan Ia membunuh adiknya sendiri. Di dalam Kejadian 4 dikisahkan Kain dan Habel menghampiri altar Tuhan dan mempersembahkan korban persembahan. Permasalahannya adalah bahwa Kain memberikan korban persembahan yang salah dengan sikap yang salah. Ia tidak mempersembahkan korban persembahan iman tetapi sebuah korban persembahan yang mewakili kerja kerasnya sendiri. Dengan iman, Habel mempersembahkan korban persembahan darah dan Tuhan menerimanya. Namun Tuhan menolak Kain dan korban persembahannya dan hal itu membuat Kain marah. Firman Tuhan kepada Kain “ Mengapa hatimu panas dan mukamu muram ? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik ? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu ; ia sangat menggoda engkau tetapi engkau harus berkuasa atasnya ( Kejadian 4:6-7 ). “ Ia marah lalu membunuh saudaranya ( Kejadian 4:9-13 ). Ia merasa tidak merasa bersalah dengan dosanya.

Disintegrasi Iman Kain

1. Ketidakpercayaan Kain. Jalan Tuhan adalah Jalan Iman. Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus ( Roma 10:17 ). Adam dan Hawa memberikan pendidikan iman kepada Kain dan Habel untuk mendengar Firman. Dalam Kejadian 3:21 Adam dan Hawa memberikan pakaian kepada Kain dan Habel dengan membunuh binatang yang tidak bersalah dan mengenakan kulit binatang untuk menutupi ketelanjangan mereka. Mereka memberikan didikan untuk mengerti arti persembahan darah. Kain dan Habel sama-sama mendengar Firman Tuhan tetapi Habel memberikan dengan perbuatan iman sedangkan Kain datang dengan ketidakpercayaannya. Padahal Kain adalah seorang religius, dididik di dalam Firman namun ia ditolak Tuhan karena ketidakpercayaannya. Kenapa bisa tidak percaya ? Hal tersebut disebabkan karena Kain menjalani jalannya sendiri. Dengar Firman tapi menjalani di luar Firman ! Mengapa demikian ? Firman dan Hidup adalah dua hal yang berbeda ? Seorang Profesor di Indonesia mengatakan kalau saya ke gereja maka saya taruh otak saya di rumah dan saya hendak ke gereja untuk memberikan ruang “ otak “ saya kepada Tuhan untuk Ia bertahta seutuhnya ; memberikan “ Blessings “ kepada saya. Emangnya kopiah ! Justru Firman pasti menghasilkan “ application “ dalam hidup karena Firman dan Hidup itu tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Jika orang kristen menganggap Firman dan hidup adalah dua hal yang berbeda maka ini jenis orang kristen “ foolish “. Kenapa demikian ? Konfusianisme bukan kristen tetapi memiliki reaksi prinsipal yang mirip dengan kekristenan tetapi bedanya hanyalah standar Konfusianisme hanya terletak kepada standar yang “ unknown “. Justru kita sebagai orang kristen telah mengetahui dengan pasti standar tersebut yaitu Allah sendiri melalui Yesus Kristus dan Alkitab dalam pekerjaan Roh Kudus. Herannya orang kristen sendiri tidak “ realize “ kepastian ini. Inilah orang kristen “foolish“.
2. Kebencian Kain terhadap Habel. Di dalam 1 Yohanes 2:9-11, Kebencian Kain menyebabkan dirinya – berada di dalam gelap, hidup di dalam gelap ( tidak tahu kemana karena buta ) sehingga tidak dapat mengasihi adiknya sendiri. Ini ketidakseimbangan manusia. Manusia diciptakan untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Itulah “ the ultimate goal of all things “ Adam mengasihi Allah dan mengasihi Hawa. Pertanyaannya kasih macam apa ? Dalam Institues of Christian Religion, Calvin menekankan konsep covenant. Kita harus belajar menaati Tuhan dan mengasihi Tuhan “ unconditionally and faithfully “. Jika tidak seimbang, maka ia telah berdusta alias tidak jujur. Kenapa Kain bisa benci ? Pertama, Kain benci Habel karena ia lebih “ dipakai Tuhan “ ketimbang dirinya. Inilah kecenderungan manusia untuk “ iri “ kepada orang lain. Di dalam film The Mutant of Ninja Turtles, Raphael berselisih dengan Leonardo hanya karena Leonardo dipercaya oleh gurunya menjadi pemimpin. Raphael berselisih karena iri hati mau jadi pemimpin juga. Ini juga gambaran kita semua, bukan ? Meski terkadang rasa iri itu ada tetapi kita harus belajar untuk takut pada Tuhan terlebih dahulu karena disitulah hikmat dan didikan Tuhan diberikan kepada kita. Saat Leonardo diculik oleh musuh di depan matanya sendiri, Raphael baru merasakan fatalnya iri hati. Ia sedih akan hilangnya Leonardo, bukan bersukacita. Kedua, Kain benci kepada Tuhan karena Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak persembahannya. Kenapa demikian ? inilah perbedaan covenant dan contract. Kalo Habel memberikan persembahan dengan konsep covenant – hati ada ketaatan kepada Tuhan. Kain memberikan persembahan dengan konsep kontrak – hati gak ada tuhan, hanya keuntungan diri. Bagaimana dengan kamu ? melayani tuhan dengan covenant ? kontrak ? dimanakah hati yang taat kepada Tuhan ?

3. Ketidakjujuran Kain. Kejujuran adalah realita dan harapan sedangkan ketidakjujuran adalah ilusi. Hari ini hidup kita dibangun oleh realita, harapan atau ilusi ? Tuhan berkata “ Dimana Habel adikmu itu ? Jawabnya Aku tak tahu ! Apakah aku penjaga adikku ( Kejadian 4:9 ). Kain berani membohongi Tuhan ? Apakah kita juga berani membohongi Tuhan ? Seperti Iblis, Kain seorang pembohong dan pembunuh ( Yohanes 8:44 ). Ia jadi anak Iblis ( 1 Yohanes 3:12 ). Disini ia telah kehilangan konsep kejujuran di dalam integritas hidupnya. Pertobatan mencakup kejujuran. Ketika orang bertobat mereka harus jujur kepada Tuhan bahwa mereka orang berdosa ! Kain jelas tidak jujur ! Seorang bapak keturunan jawa di sidoarjo adalah korban lumpur Lapindo. Semestinya ia menerima bantuan sebesar 58 juta dari pemerintah tetapi karena kesalahan pemerintah mengirimkan uang sebesar 450 juta rupiah. Bapak tersebut kaget dan bergumul akhirnya mengembalikan kepada pihak berwajib. Kenapa ? Takut melakukan dosa. Dimana manusia yang masih takut terhadap dosa ? ini kritikan buat kita semua ! Seorang guru besar filsafat, Frans Magnis Suseno mengatakan ” inilah kejujuran yang diperlukan oleh politisi, ekonom, pemerintah, semua manusia “. Berarti manusia susah jujur ?

4. Keputusasaan Kain. Kain berkata “ Hukumanku itu lebih besar daripada yang dapat kutanggung – Kejadian 4:13 “. Mengapa Kain tidak mengakui dosanya ? Malah ia menyalahkan Tuhan “ Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini ( 14 ). Bukankah ini kekurangajaran ciptaan terhadap Sang Pencipta ? jelas, ini problem of positioning. Sang Pencipta mencipta ciptaan untuk menciptakan ciptaan untuk memuliakan Sang Pencipta. Itulah positioning sejati ! Ia bukannya minta pengampunan tetapi malah minta perlindungan. ( 14 ) Anehnya, Tuhan berikan perlindungan. Kok bisa ? Allah mengizinkan perlindungan tetapi hidup Kain tetap sengsara dan jauh dari berkat Tuhan. Di dalam sejarah, Kain membangun peradaban kebudayaan tanpa Tuhan, membangun kota tanpa Tuhan, membangun tradisi keluarga tanpa Tuhan. Banyak orang menganggap kebudayaan modern itu surga, kota metropolis dianggap surga, tradisi keluarga dianggap surga padahal itu “ nothing “ jika semuanya bukan untuk Tuhan. No Life ! Justru kita dipanggil tuk mentransformasi kebudayaan, kota, tradisi di dalam Tuhan karena hanya bagi Tuhanlah maka kita memperoleh hidup ( Yohanes 10:10 ).

Kain kehilangan spiritualitas sejati, intelektualitas sejati, hidup sejati karena tiada pengharapan akan “ juruselamat yang menebus dosa “ di dalam Kristus. Justru Kristus memberikan pengharapan kepada manusia untuk berspiritualitas, berintelektual dan hidup di dalam perspektif dan aplikasi “ Christian Worldview “ yang bersumber dari Firman Tuhan. Adakah pengharapan Kristus dalam hidupmu ?

Dalam Pengharapan-Nya
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Monday, July 30, 2007

Requiem Pastor Amin Tjung

Jika saudara bertanya kepada saya, siapakah saya ? Maka saya akan menjawab dengan sebuah jawaban yaitu saya adalah seorang murid yang telah kehilangan salah satu guru besar yang membesarkan aku di dalam pelayanan, namanya Pdt. Ir. Amin Tjung, M.Th. Tgl 22 Juli 2007 Beliau telah meninggal dunia karena tubuhnya yang kena kanker selama bertahun-tahun. Sebuah penyesalan saya adalah belum membalas email yang pernah dia kirimkan, padahal saat tubuhnya begitu lemah, dia tetap berusaha membalas email yang pernah saya kirimkan kepada beliau. Luar Biasa ! Refleksi saya, beliau sebagai DOSEN yang " mengoncangkan " mental saya sebagai murid untuk belajar membuka buku-buku " tebal " nan " akademis " yang melelahkan mata dalam membacanya. Beliau " memaksa " saya untuk menekuni aktivitas membaca karena mungkin suatu saat nanti saya kehilangan waktu-waktu membaca " padat " karena aktivitas pelayanan yang " menguras " tenaga dan waktu. Sejak saya terjun dalam medan pelayanan, akhirnya saya dapat mengaminkan pembentukan yang pernah beliau tekankan. Puji Tuhan ! Beliau suka memberikan buku teologia kepada rekan kerjanya dan saya mengingat betul, Pak Amin menghadiahkan sebuah buku " Chinese Philosophy " dari Fung Yu Lan ... Kedua, Beliau sebagai PENGINJIL yang pernah membesarkan saya saat melayani di Mimbar Reformed Injili Indonesia Sunter. Beliau mengajak saya bersama Sdr. Kiong Tje Kian untuk turun ke pelayanan pemuda di pinggir rel kereta api di Jakarta Utara, mengajak anak-anak remaja untuk berkumpul bersama mendengarkan Injil. Pembesukan dan Penginjilan gencar dilakukan oleh beliau bukan karena " urusan gereja " tetapi " urusan hidup mereka " yang membutuhkan Kristus sebagai juruselamat pribadi mereka.
Mencintai Tuhan dan mencintai sesama menjadi " essential core " yang ada pada diri Pak Amin .Saya kagum ! Ketiga, Beliau adalah GEMBALA. Kami menerima didikan bagaimana kami harus berkhotbah, mengajar dan menginjili. Saya bersyukur karena setiap didikan yang beliau berikan membekas dalam diri kami dengan " sakit " karena beliau bukan sembarangan mendidik tetapi beliau " menggembalakan " saya untuk mengerti bagaimana kami dapat melayani sebaik-baiknya untuk Tuhan dengan kasih dan disiplin. Sekarang beliau telah tiada tetapi setiap Firman dan didikan beliau mengelisahkan saya untuk terus mengingat Tuhan yang memanggilnya dan memakainya untuk melayani Tuhan. Terima Kasih Pak Amin ... Kami akan terus berjuang bagi kemuliaan Tuhan.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Jakarta, Indonesia

Wednesday, July 11, 2007

Reflection on " Negri Di Awan "

Kemarin, saya meninggalkan Shanghai menuju lokasi transit saya " Hongkong " sebelum masuk ke Taiwan. Sepanjang perjalanan dari Shanghai - Hongkong - Taipei, saya menikmati sekali berkat-berkat Tuhan yang begitu melimpah khususnya berkaitan dengan alam ciptaan Tuhan. Dari atas mobil, bus maupun pesawat terbang - saya mengagumi salah satu keindahan alam semesta di antara seluruhnya. Awan-awan di langit mencuri perhatian saya sepanjang perjalanan tersebut baik saya melihat ke atas maupun saat saya melihat ke bawah, sehingga terlintas sebuah lagu karya musisi Indonesia, Katon Bagaskara dengan tembangnya " Negri di Awan "di dalam benak saya. Betapa indahnya engkau, awan-awan putih. Apakah ada " Negri nan damai " dibalik keindahanmu, awan ? Pernahkah saudara memiliki pertanyaan yang serupa ? Terpesona memandang awan dan mencari jawaban yang pasti , apakah ada " Negri di Awan " itu ? Dimanakah saya dapat mencari jawaban tersebut ?

Teologia Reformed mengajak kita untuk kembali kepada THEOLOGY. how to understand THEOLOGY ? John Calvin memberikan kesimpulan dalam mengerti THEOLOGY yaitu " No Knowledge about God without know about man, No Knowledge about Man without know about God ". Secara positioning, ada perbedaan kualitatif antara Allah sebagai " Creator " dan Manusia dan ciptaan lainnya sebagai " created ". Tetapi manusia memiliki keunikan yang berbeda dengan ciptaan lain-Nya yaitu Imago Dei ( Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah ) dan Sensus Divinitatis ( kesadaran sesuatu yang Ilahi melampaui keterbatasan dirinya ) dan Hukum Taurat dalam diri manusia dalam memilah " what is right " dan " what is wrong ". Problemnya manusia kehilangan kesadaran bahwa dirinya diciptakan segambar dan serupa dengan Allah sehingga positioning manusia selalu bergeser sehingga jauh dari posisi semula dengan membutakan " sensus divinitatis " mereka sehingga problem demi problem muncul khususnya dalam memberikan interpretasi mengenai " what is right " dan " what is wrong ". Jika demikian, interpretasi paling akurat kita dapat peroleh dari mana ? VERBUM DEI - Firman Tuhan.

Kita mempercayai ini sebagai wahyu khusus - satu-satunya kunci paling " akurat " untuk memahami misteri " Negri di Awan " karena dunia ini dijadikan oleh Allah melalui Firman. ( Kejadian 1 dan Mazmur 33:6-9 ), di dalam otoritas Allah yang menyampaikan Firman-Nya. Maka kuasa Firman itu real dan setiap orang kristen harus mempercayai Firman Tuhan = God Himself Speaking in every culture, every society, every context, every area of life, etc. Tanpa Firman Tuhan maka tiada jawaban pasti mengenai " Negri di Awan " apalagi " Allah ". Melalui Firman Tuhan sajalah, kita dapat meyakini Allah sebagai Allah atas " Negri di Awan " baik jauh dari pandangan kita maupun dekat dalam hati kita. Allah atas " Negri di Awan " adalah Allah yang bagaimana ? Melalui Firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab, kita mengaminkan bahwa Yesus Kristus adalah Inkarnasi Allah yang rela turun menjadi manusia untuk menebus dosa manusia dan menyatakan kedamaian yang abadi ... istana negri awan disana !


Keep Reflecting
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Thursday, May 24, 2007

The Full Blessing of Holy Spirit

Suatu malam saya melihat acara berita televisi yang memuat kegiatan fenomenal kebaktian kebangunan rohani yang dipimpin oleh Rev. Dr. Morris Cerrulo. Kurang lebih 2000 orang menghadiri gedung tersebut dan mereka histeris memohon kepenuhan Roh Kudus melalui “ speaking in tongues “ maupun “ miracles “. Acara tersebut memuat betapa situasi agama seperti ini agak meresahkan masyarakat karena pengkajian pakar psikilogi terhadap orang yang “ speaking in tongues “ menunjukkan betapa mereka secara psikis mengalami problem. Jangan-jangan mereka mengalami “ alienasi “ diri sendiri ? Menurut seorang yang katanya jurnalis kristen mengatakan justru mereka mengalami kepenuhan Roh Kudus. Ia tertawa berjam-jam karena ia mengalami kepenuhan Roh Kudus. Ia berjingkrak-jingkrak berjam-jam karena kepenuhan Roh Kudus, Ia menangis berjam-jam karena kepenuhan Roh Kudus. Apakah kepenuhan Roh Kudus itu ?

Dalam Efesus 5:18 memang ada sebuah “ invitation “ semua orang kristen untuk menjadi penuh di dalam Roh Kudus ( Kisah 2:4, 4:31, 6:5, 7:55, 9:17, 11:24, 13:9 ). Saya mempercayai “ penuh di dalam Roh Kudus “ merupakan kiasan kalau hidup seseorang berpengharapan di dalam Roh Kudus maka sifat yang menonjol ya pengharapannya di dalam Roh Kudus. Maka “ penuh “ tersebut saya membacanya sebagai pengaruh dominan bagi perilaku seseorang. Kita harus kembali mengingat dengan tegas bahwa Roh Kudus bukanlah zat rohani maupun obat kuat penuh kuasa seperti bayamnya Popeye tetapi God Himself. Jika demikian, muncul lagi sebuah pertanyaan, Apakah seseorang menjadi “ penuh oleh Roh “ sekali selamanya ?

Di dalam Yunani, Efesus 5:8 menuliskan bahwa “ hendaklah kamu terus menerus hidup sebagai anak terang “. Jika demikian, how to understand ? Kita dibaptis oleh Yesus Kristus ( Kolose 1:23 ) dengan iman dalam pekerjaan Roh Kudus. Maka pada saat kita dibaptis maka saudara dipenuhi oleh Roh Kudus. Baptisan tidak bisa diulangi lagi tapi kepenuhan perlu diulangi terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus untuk mau menyerupai Kristus. Bagaimana saya bisa menikmati kepenuhan di dalam Roh Kudus ?

Pdt Stephen Tong menegaskan bahwa penuh di dalam Roh Kudus tidak pernah dikaruniakan kepada manusia untuk menyenangkan egoisme diri tetapi untuk pertumbuhan jemaat untuk kemuliaan Kristus ( Kisah 2:1-2 ) maka ia harus menerima Kristus sebagai satu-satunya juruselamat pribadinya dan dunia. Ia harus mengasihi Injil dan memiliki kehausan mendalam untuk memberitakan Injil. Jika kita menerima Injil maka kita harus mengimanina dengan memberitakan Injil tersebut. Seringkali kita kurang berani memberitakan Injil karena kitapun masih memberikan ruang kosong dalam diri kita . seringkali kita gampang sekali untuk meragukan kebaikan Tuhan, anugerah Tuhan, janji Tuhan, pertolongan Tuhan yang sebenarnya skeptis “ murahan “ yang kita bangun sendiri dari ketakutan kita sendiri terhadap realita yang lebih “ kejam “ nan “ membingungkan “.

Kedua, Pdt Stephen Tong mengatakan bahwa orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan menjaga hidup suci. Kita tidak bisa hidup sembarangan tetapi hidup yang dituntun oleh pekerjaan Roh Kudus baik secara mekanis maupun secara dinamis. Pekerjaan Roh Kudus dapat membuat seseorang sibuk di dalam pelayanan yang dinamis dan pekerjaan Roh Kudus dapat membuat seseorang berdiam diri dalam agenda kerja yang “ mekanik “. Hidup suci itu penting sekali. Apakah hidup suci menjadi prioritas kita sebagai orang kristen ? Masih terlalu banyak kita meragukan hidup kita mampu menggumuli hidup suci secara continous karena keinginan kita untuk berdosa tidak habis-habisnya muncul dan memporak porandakan prioritas kita terhadap hidup yang Tuhan telah berikan kepada kita. Pergumulan kita terhadap diri sendiri harus dikuasai oleh Roh Kudus agar setiap tindakan kita terus tegas menerima konfirmasi jelas dalam hidup kita mau melakukan apa buat Tuhan ? jangan kotori hidupmu, usahakanlah hidup suci untuk kemuliaan-Nya.

Ketiga, Pdt Stephen Tong menyatakan orang yang dipenuhi Roh Kudus memiliki kehausan yang gak habis-habis akan Kebenaran Firman Tuhan. Hari ini berapa banyak orang kristen yang menjalankan saat teduh baik malam hari, dini hari, pagi hari ? banyak kita menganggap murahan sebuah aktivitas yang sederhana ini tapi inilah poin yang berbahaya jika kita hanya menyepelekan saat teduh. Seringkali kita menganggap saat teduh kita membosankan karena kehilangan kuasa Tuhan yang memberikan “ nuansa baru “ setiap pagi dan setiap hari. Ini simple tetapi membutuhkan ketaatan dan ketekunan untuk terus memancarkan berkat Allah melalui Roh Kudus untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Pentakostalisme mempercayai kepenuhan Roh Kudus yang menyatakan “ realitas pengalaman rohani “, “ demonstrasi kekuatan rohani “ dan “ sukacita dalam ibadah publik “. Reformed Injili tidak menyalahkan poin-poin yang ada di atas, tetapi harus mengkritisi interpretasi atas poin-poin tersebut.

Pertama, Kita mempercayai pengalaman rohani adalah anugerah Allah yang cuma-Cuma dalam pertobatan yaitu spiritual power untuk melayani Tuhan di manapun kita berada dan spiritual power untuk dikuatkan dalam bertahan menghadapi tantangan penderitaan untuk memperbaiki konsep yang “ tidak karuan “, memimpin diri maupun kelompok kembali ke jalur Tuhan, menghibur anak-anak Tuhan yang diperlakukan tidak adil maupun memberikan kekuatan anak-anak Tuhan untuk berjuang demi Kristus.

Kedua, Perlu Anugerah Khusus untuk meletakkan dasar iman yaitu Firman Tuhan. Banyak orang mau meletakkan dasar iman yaitu Firman Tuhan dengan iklan-iklan “ spiritual “ seperti doktrin injil kemakmuran, kesembuhan ilahi, pujian bersama artis dan sebagainya. Abad 19 misalnya, Saat filsafatnya Hegel mempengaruhi Jerman – mempengaruhi prioritas hidup orang-orang disana. Hegel menekankan philosophy sebagai hal yang utama, baru kedua theology, ketiga baru arts. Maka gak heran kalo philosophynya kuat maka ini pasti orang itu dibilang berkualitas. Mana ! Justru Goblok ! kalo ada kesembuhan ilahi baru orang kristen beneran, Sempit! kalo ada injil kemakmuran baru orang kristen yang diberkati, Ngawur ! Kita harus rela kembali kepada apa yang dinyatakan Alkitab kepada kita, mari kita belajar daripada semangat Puritanisme yang mempercayai bahwa mujizat yang nyata adalah hidup kekal yang tidak pernah berubah, kemakmuran sejati di dalam Kristus yang menyatakan berkat Tuhan melalui Firman Tuhan hari demi hari, setiap hari, kesembuhan abadi diberikan kepada manusia berdosa untuk bangkit dari kematian dan hidup di dalam kesucian. Ini baru semangat kristen ! Firman Allah cukup ! gak perlu iklan-iklan “ sponsor “ maupun cheerleader “ bayaran “ ! Saya percaya Tuhan dapat memakai dengan heran pembicara yang akademis berintelektual tinggi, betul ! saya percaya betul hal tersebut ! Tapi sayapun percaya Tuhan dapat pakai pembicara yang sederhana. Saya percaya betul ! John Sung bertobat bukan karena pelayanan seorang Ph.D, tetapi pelayanan anak umur 14 tahun. Can you imagine it ? Saat engkau mendengarkan khotbah, kamu harus menempatkan diri sebagai murid, bukan juri. Saat Tuhan pakai hamba Tuhan berkhotbah “ choleric “ atau “ melancholic “ maka kita harus belajar mempercayai Firman Tuhan. Jangan terpaku memutlakkan cara-cara berkhotbah ! jangan buang-buang waktumu untuk menilai khotbah orang lain, kecuali khotbahnya ngawur ! isilah hidupmu dengan merenungkan setiap Firman Tuhan yang dibawakan baik secara rumit maupun sederhana karena KRISTUS

Ketiga, Sukacita dalam ibadah harus kembali kepada prinsip Kitab Suci. Allah kita adalah Roh Sukacita yang tidak terbatas dan semuanya ada di dalam Firman Tuhan. Orang yang merenungkan Firman Tuhan adalah orang yang menikmati sukacita Tuhan. Walaupun ada iklan-iklan “ lagu rohani, film rohani “ yang memberikan sukacita kepada kita tetapi itu boleh ada boleh tidak ada … jangan terpaku dengan metode-metode yang ngetrend tapi humanis … jangan-jangan itu SATAN TOOLS karena mencintai trend “ religius “ tetapi tidak mencintai Tuhan di atas trend. Kita harus kembali kepada hal yang esensial yaitu FIRMAN TUHAN menyatakan SUKACITA TUHAN. ADA SUKACITA ?

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Tuesday, May 22, 2007

Penghayatan Hidup

Bagaimana kita dapat menjadi manusia yang “ hidup “ ? Jika kita melihat tema-tema seperti ini maka banyak orang lebih mempercayai teori dari “ Chinese Philosophy “ khususnya Ajaran Konfusius. Mengapa demikian ? Etika Konfusius lebih dari sekadar tentang apa yang dilarang ( the don’t ) maupun dianjurkan ( the does ) yaitu sikap dasar bagaimana sebaiknya seorang susilawan ( Kuncu ) menghayati hidup dan kehidupannya. Konfusius mempercayai bahwa untuk memperbaiki dunia dan memperbaiki diri perlu proses seperti sebuah gerak pendulum yang berosilasi seumur hidup tanpa henti dalam rangka belajar menjadi orang yang sempurna. Oleh karena itu tidaklah heran jika Filsafat Konfusius banyak dijadikan dasar bagi masyarakat ( civil society ) karena mengajarkan setiap orang untuk melakukan kewajibannya dalam belajar menjadi manusia yangh bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri, bukan semata-mata untuk diri pribadinya sendiri yang terpisah melainkan sebagai kesatuan dengan memperbaiki lingkungannya. Kalo zaman dulu jika kita melakukan perkara yang tercela maka kita akan ditanya oleh orang “ siapa dosenmu “, “ siapa ortumu “, “ siapa pendetamu “. Tetapi zaman sekarang semuanya sudah “ bodo amat “ alias “ emangnya gua pikirin “. Maka Filsafat Konfusius memiliki jalan untuk menjembatani ini yaitu JALAN TENGAH SEMPURNA.

JALAN TENGAH SEMPURNA memiliki pengertian yang tidak menyeleweng itu adalah TENGAH. Pengertian yang tidak berubah adalah SEMPURNA. Kedua ini merupakan hukum tetap bagi dunia.

Konfusius juga mengatakan bahwa Jalan Suci ada 4 yaitu :
Apa yang kuharapkan dari anakku, belum dapat kulakukan kepada orang tuaku.
Apa yang kuharapkan dari menteriku, belum dapat kulakukan kepada rajaku.
Apa yang kuharapkan dari adikku, belum dapat kulakukan kepada kakakku.
Apa yang kuharapkan dari temanku, belum dapat kulakukan lebih dulu.

Di dalam menjalankan kebajikan sempurna, hati-hati ! Aku tidak berani tidak sekuat tenaga untuk berusaha. Kalau berlebihan, aku tidak berani hambur-hamburkan, dalam perbuatan ada kata-kata dan dalam kata-kata ada perbuatan. Inilah ketulusan seorang KUNCU. Dari sini kita dapat melihat goal dari Filsafat Konfusius mengajak manusia berkarya hingga dunia dapat menjadi tempat yang layak dan nyaman untuk dihuni. Apakah karya manusia dapat menjadikan dunia ini lebih nyaman ?

Dalam Filsafat Konfusius, manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengamati dunia bukan hanya sekadar sebagai kenyataan belaka tetapi kenyataan yang memperkenalkan adanya berbagai kemungkinan, yah kemungkinan yang mampu mengoncangkan sesuatu yang awalnya “ stabil “. Oleh karena itu Fuad Hassan, filsuf Indonesia mengatakan manusia jika masuk ke dalam area kemungkinan maka ia sedang merancang keberadaannya sebagai kesejarahan ( historicity ) tetapi tidak semua kemungkinan dibenarkan untuk diwujudkan karena ada dikotomi antara good and bad, virtue and evil. Oleh karena itu manusia perlu “ Integrity “. Konfusius membaca konsep “ Integrity “ hanya dalam batas tingkah laku, tindakan maupun perilaku manusianya. IS THAT ENOUGH ?

Konsep integrity manusia tidak bisa dilepaskan dari elemen atau natur dari manusia itu sendiri. Iman Kristen menegaskan manusia diciptakan menurut IMAGO DEI ( gambar dan rupa Allah ) yang harus dibaca di dalam 3 elemen atau natur yaitu SPIRITUAL, INTELLECTUAL AND MORAL.

1. SPIRITUAL – Allah adalah Creator dan Manusia adalah Created. Allah Bijaksana yang merancang semuanya dengan harmonis dengan segala kebenaran-Nya. Manusia tidak mungkin dapat menemukan Kebenaran-Nya jika bukan Allah yang membukakan jalan tuk menemukan-Nya. Maka Manusia hanyalah penemu kebenaran tetapi bukan pencipta kebenaran – semua harus kembali kepada Allah. Oleh karena itu St. Augustine dan Calvin mempercayai “ All Truth is God’s Truth “. Biblical Theology juga memaparkan hal yang sama yaitu pikiran-Ku bukanlah pikiranmu ( Yesaya 55:8 ). Berarti kita hanyalah memancarkan sumber kebenaran-Nya sahaja.

2. INTELLECTUAL – Seringkali kita menempatkan diri sebagai seorang akademis yang masuk ke dalam laboratorium yang “ menyeramkan “ untuk mengadakan eksperimen-eksperimen untuk mendapatkan formula yang beraplikasi. Maka hasil dari laboratorium tersebut yaitu kumpulan poin-poin akademis nan teoritis hasil analisa dalam pengetahuan kita yang “ limited “ ini.

3. MORAL – Secara umum, moralitas berbicara mengenai kesusilaan yaitu tatanan yang harus menjadi pedoman perilaku manusia dalam pergaulan manusia dengan sesamanya. Pertanyaannya adalah standar mana yang “ qualified “ ? Jika tiada satu standard yang satu-satunya berarti tidak ada standard yang obyektif alias subyektif dan akhirnya liar.

Oleh karena itu, manusia harus kembali kepada originalitas manusia itu sendiri yang terletak pada Tangan Allah sendiri yaitu IMAGO DEI di dalam COMMON GRACE dan SPECIAL GRACE yaitu Penciptaan dan Kelahiran Baru, untuk menemukan kehidupan manusia yang abadi. Amen.

Solideo Gloria
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Monday, May 21, 2007

Reflection on Marvell

Komik Marvell cukup mengesankan pribadi saya karena secara fenomenal mampu menarik animo masyarakat luas di seluruh dunia khususnya tokoh-tokoh animasi yang " superficial ". Jika kita melihat dari sejarah komik Marvell sendiri maka kita akan menemukan adanya sebuah kebutuhan universal akan pahlawan diwakilkan melalui komik yang memiliki relasi yang kuat dengan mitologi Yunani seperti Hercules yang menunjukkan jatuh bangunnya bangsa-bangsa dan kerapuhan manusia yaitu konsep pahlawan. Pahlawan adalah cerminan harapan kebudayaan. Dimulai dari DC 1938, Captain America yang " ganas ", Superman diciptakan lebih cepat dari peluru, lebih kuat dari lokomotif dan Batman diciptakan begitu cerdas, tubuh yang sempurna serta rekening bank yang melimpah sampai dewasa ini Spiderman yang yatim piatu, miskin tapi populer. Hal ini cukup menarik saya pikirkan yaitu mereka menutupi muka mereka dengan " topeng ". Topeng yang memuat identitas seseorang yang tidak diperbolehkan tuk diketahui oleh siapapun kecuali beberapa orang yang " layak " mengetahuinya maka kepribadian mereka begitu exclusive. Kedua, Kostum mereka keren sekali dan menurut hemat saya kostum mereka pasti memberikan " deep meaning " dalam identitas kepahlawanan mereka untuk memacu semangat kepahlawanan mereka yang superficial seperti dewa-dewa yang sedang turun ke bumi. Melihat fenomenal tokoh komik Marvell dilihat dari perspektif Kristen maka meskipun mereka diciptakan dari " Heroic Philosophy " tetapi secara " message ", masih ada poin-poin penting yang muncul dari fenomenal pahlawan-pahlawan tersebut.


1. Lemah tetapi Dikuatkan

Prinsip ini menyatakan bahwa yang lemah dapat berkata bahwa dirinya kuat dengan satu catatan yaitu tahu diri dengan " self control ". Jika kita lihat Superman kuat tapi tetap punya kelemahan yaitu red lasernya gak bisa tembus timah. Hulk memang kuat tapi hidupnya penuh penyangkalan diri. Batman memang kuat tetapi memiliki pergumulan yang besar terhadap ketakutan maupun ketidakadilan. Spiderman memang kuat tetapi hidupnya miskin. Meskipun mereka dikatakan sebagai pahlawan tetapi mereka tetap memiliki kelemahan yang terbatas. Menurut saya, ini gambaran yang realistik. Menurut saya, bagian ini juga dapat menjadi perenungan kita bahwa kita semuanya adalah manusia yang lemah juga tetapi di dalam Kristus maka kita kuat karena Kristus. Kuat dalam kelemahan – I korintus 1:26, II Korintus 12:9-10.


2. Pembalasan dendam

Tema Pembalasan dendam banyak digemari oleh para film director baik Hollywood, Bollywood maupun Blockbusters. Nuansa ketidakadilan yang dialami oleh manusia di dalam dunia ini menjadi salah satu pemicu lahirnya kisah-kisah penuh misterius dan violence. Dalam Produksi Film dari Marvell– Batman Begins punya konsep pembalasan dendam sendiri, baginya pembalasan dendam itu legal asal tidak bunuh orang. Kedua, legal asal menyelamatkan korban lebih penting daripada dirinya sendiri. Ketiga, legal asal orang lain gak jadi korban karena revenge. Jika demikian, berarti pembalasan secara setimpal disetujui oleh Batman. Bagaimana dengan kekristenan ? Justru kita mempercayai sebuah prinsip Firman Tuhan yaitu Pembalasan adalah HakTuhan. Memang kita harus menegakkan keadilan tetapi semuanya harus didasarkan atas Kasih-Nya karena jika demikian maka kita akan liar dalam menjalankan keadilan. Kasih Kristus harus menjadi dasar dari keadilan. Ini prinsip yang harus bertahta dalam diri kita yaitu Kasih Kristus.


3. Pengampunan

Tema ini muncul dalam Spiderman 3. Saat Parker harus kehilangan kakeknya karena ditembak oleh salah satu penjahat dari dua penjahat. ia begitu rasa bersalah sampai gak bisa mengampuni dirinya sendiri maupun mengampuni penjahat tersebut. Tetapi justru dalam scene pertemuan Parker dan Penjahat tersebut justru Penjahat menyadari kesalahannya dan memohon maaf kepada Parker, justru Parker melakukan respon yang berbeda dengan film-film action yaitu mengampuni. Mengampuni diri sendiri dan mengampuni orang lain. that was good point !


Tema-tema diatas hanyalah contoh-contoh message yang bisa kita nikmati tetapi sayapun harus mengingat bahwa message merekapun bukan message yang original. Konsep pahlawan yang lemah tapi dikuatkan, menegakkan keadilan maupun mengampuni itu justru semangat message Alkitab. Bedanya, mereka hanya membawa kita untuk belajar moral kebaikan dalam hidup fana sedangkan pahlawan iman membawa kita kepada Kebaikan itu sendiri yaitu Kristus yang membawa kita kepada hidup yang kekal. Maka jika saudara belum baca Alkitab, saya mengundang saudara untuk membacanya karena disana banyak kisah-kisah pahlawan-pahlawan iman yang lebih " berkualitas " dan memiliki " hidup yang kekal ".


Seorang teolog Reformed, Harvie Conn mengatakan film adalah ' cermin budaya ', maksudnya adalah suatu " reflection " yang bernilai baik dari sikap kontemporer, filsafat, nilai maupun pola hidup. Tentu saja, Film menjadi produk dari kebudayaan. Sayangnya, banyak film yang beredar justru memiliki misi yang berbau politis, sarkastis, violence, abuse, hujatan, bidat. Banyak film yang beredar cenderung liberal maupun berusaha menumbangkan nilai-nilai agama orthodoks. Misalnya liberal hari ini menekankan kesetaraan di antara laki-laki maupun perempuan, ras, kebudayaan, agama maupun kaya miskin - istilahnya semua jadinya sama. ini semangat ekumenikal yang membawa segala sesuatunya jatuh ke dalam relativisme. Dalam artikelnya, John. M. Frame mengatakan bahwa kita sebagai orang kristen harus berani untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan konsep Firman Tuhan karena bagaimanapun bagus atau jeleknya sebuah film tetapi irasionalisme dan rasionalisme ( vocabulary dari cornelius van til ) atau pesimisme dan optimisme ( vocabulary dari os guinness ). Oleh karena itu kita memang akan menemukan kehadiran moral irasionalisme dan rasionalisme ( vocabulary cornelius van til ) walaupun palsu tetapi kadang kita bisa menemukan jejak-jejak ide kristen yang muncul jelas. Oleh karena itu presuposisi menjadi penting. Kita berada " di dalam " dunia ( Yohanes 17:11, 15 ; Titus 2:12 ) tetapi bukan " dari " dunia ( Yohanes 15:9 ; 17:14, 16 ). Menghindari dunia ? Jelas bagi John M. Frame, itu tidak masuk akal. justru kita seharusnya berada di dalam dunia untuk menantang zaman. Bagaimana dengan kita ? Melihat Film-film tokoh Marvell, kita masih bisa mempelajari " something " meskipun ada yang pesimis maupun optimis palsu tetapi justru kita dipanggil untuk menemukan message Ilahi yang entah mereka sadar atau tidak sadar dalam alur mereka dan biarlah Roh Kudus menyatakan Kuasa Transformasi bagi anak-anak-Nya tuk membuka satu-satunya Kebenaran sejati yang menyatakan hidup yang kekal yaitu Kristologis. Amen.


Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Friday, May 18, 2007

In God They Trust

Biografi menjadi catatan sejarah yang penting bagi manusia untuk belajar dari pengalaman orang-orang yang telah melakukan kebajikan, kebijakan, kesalahan, kebaikan, kesuksesan, kegagalan dalam hidupnya. Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah majalah di Perpustakaan Shi Da, Taipei dan saya terpaku kepada catatan sejarah mantan-mantan presiden Amerika Serikat seperti William McKinley, Richard Nixon, James Kennedy, Abraham Lincoln, George Walter Bush maupun Bush Junior. Sebuah artikel yang berjudul “ in God they trust “.

Saya tergugah melihat beberapa statement mereka yang mengajak setiap kita mesti introspeksi diri terhadap kerohanian kita di dalam tantangan zaman dalam keagamaan maupun kebudayaan. Mantan Presiden William McKinley pada saat berada di White House mengatakan “ I went down on my knees and prayed Almighty God for light and guidance “. Meskipun statement McKinley begitu sederhana tetapi saya mengimani betul apa yang ia katakan. Hari ini berapa banyak orang-orang kristen yang berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa kepada Tuhan atas Visi dan Misi-Nya ? ironisnya, orang kristen sendiri tidak menyukai “ life style “ seperti ini karena mungkin dianggap kurang “ akademic “ atau “ old fashioned - traditional “. Inilah kejatuhan orang “ kristen “ yang hanya bersenang-senang di atas iman tanpa rasa tanggung jawab yang takut kepada Tuhan ! Saya belajar menghimbau diri saya sendiri maupun setiap orang kristen untuk mulai rela mengutamakan “ life style “ seperti ini …. “ I went down on my kness and prayed Almighty God for light and guidance “ karena saya percaya dari ketaatan berdoa dan merenungkan Firman Tuhan siang dan malam membawa saya untuk menikmati penyertaan Tuhan yang setia.

Mantan Presiden Abraham Lincoln juga memiliki sebuah statement yang saya imani betul dalam perjalanan saya sebagai orang kristen yaitu “ I must put all my trust in Almighty God. The Burden was more than I could bear “. Bagi saya, inilah statement orang beriman. Perjalanan hidup manusia penuh dengan liku-likunya sehingga terjalnya perjalanan hidup membuat setiap kita jatuh ke dalam rasionalisasi teologis sehingga kita kehilangan iman untuk mempercayai “ a divine work in us “ maupun “ the work of Holy Spirit “. Krisis iman terjadi karena semua “ worldview “ kita menjadi “ fragmented “ karena komunikasi yang rusak karena DOSA sehingga interpretasi, hermeneutika maupun aplikasi menjadi terbatas dan sempit. Jika demikian, gimana donk ? Dengan Iman meminta Tuhan memberikan ketaatan kepada kita meski situasi tidak memungkinkan. Saya percaya iman dari Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang berada di dalam dapur api yang menyala-nyala dan mereka tetap menyerahkan semua “ trust “ kepada Tuhan, meskipun mereka hidup atau mati, mereka tidak akan menyangkal Tuhan. Ini baru kehidupan orang beriman. Charles Spurgeon mengatakan kita bisa taat pada Tuhan berarti “ Sorga “ ada di dalam hati kita. Pertanyaannya, ketaatan kita sampai dimana ? kita harus belajar taat setia sampai mati seperti Daniel, Sadrakh, Messakh, Abednego dan lainnya, terutama Yesus Kristus yang setia menjalankan misi-Nya sampai mati dan bangkit dari kematian menyatakan kemenangan atas maut. Taat pada Tuhan melampaui segala sesuatu yang menjadi beban kita. TOTAL TAAT SEMUANYA KEPADA TUHAN secara “ mind “, “ understanding “, “ heart “ …. Mereka yang memberikan SEMUANYA kepada Tuhanlah yang diberkati dengan berlimpah-limpah oleh Tuhan. IMANILAH STATEMENT SEDERHANA INI DENGAN TEKUN.



By His Love
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Wednesday, May 16, 2007

Terrorist became Evangelist

China, sebuah negara yang menganut paham komunis, tidak mengakui maupun mengenal agama. Ini menjadi suatu pergumulan tersendiri bagi tersendiri bagi kita yang melayani di daratan ini. Komunisme di China dirintis oleh Mao Tze Dong dan Cheng To Siu pada sekitar tahun 1920 dengan pendirian partai komunis china. Partai Komunis China anti agama dan anti kebudayaan sehingga jika semua paham berbeda dengan komunis maka harus dihancurkan.

Di dalam sejarah komunisme lahir dari ide Karl Marx dan Frederich Engels melalui “ Communist Manifesto “. Dimulai dari konteks sejarah yang penuh kesenjangan yang sangat mencolok antara kaum borjuis ( kaum yang memiliki tanah, memproduksi sesuatu dan mempekerjakan buruh ) dengan kaum proletarian ( orang yang miskin tidak memiliki tanah dan menjadi buruh yang bekerja bagi orang borjuis ). Saat itu kaum borjuis didominasi oleh orang kristen yang mempekerjakan buruh untuk melakukan tugas yang berat dengan gaji yang sangat minim sehingga kesenjangan sosial itu timbul. Dari sinilah komunisme dicetuskan sebagai pembelaan kepada para buruh yang secara kuantitas lebih besar daripada kaum borjuis. Komunisme juga memiliki paham “ sama rata “ yang mengakibatkan terjadi banyak konflik agar tercipta masyarakat yang “ sama rata “ ini.

Semenjak China membuka dirinya kepada dunia luar, paham komunisme sedikit lunak dengan diperbolehkannya kegiatan agama diadakan termasuk gereja, tetapi gereja-gereja estabished bisa beribadah asal harus menyetujui “ policies “ dari pemerintah untuk tidak menyatakan Yesus sebagai Allah, harus menyetujui Communist Party. Banyak gereja memilih aman dengan “ dibungkamkan “ untuk memberitakan Injil yang sesungguhnya. Maka jangan heran kalo gereja bawah tanah sampai hari ini masih berlipatganda karena mereka hanya mau memberitakan Injil yang sesungguhnya yaitu Kristus adalah Allah dan Manusia yang memberikan Pengharapan hidup yang kekal selama-lamanya.

Dalam surat Galatia, Rasul Paulus pernah mengalami pergumulan terhadap jemaat di Galatia, jemaat yang telah dirintis dan didirikan oleh Paulus sendiri tetapi menyimpang dan menerima ajaran yang kelihatannya seperti Injil padahal itu bukan injil tapi yahudi. Yahudi menganut paham bahwa kaum pilihan Tuhan harus disunat. Paulus melayani untuk orang non Yahudi maka tiada lagi hukum sunat karena hukum sunat hanyalah simbol sedangkan keselamatan hanya melalui iman kepercayaan dalam Kristus Yesus satu-satunya. Maka Paulus menegaskan bahwa Injil itu bukan Injil manusia maupun diterima oleh kita karena manusia tetapi melalui pernyataan Yesus Kristus ( 12 ).

Kenapa Paulus begitu berani menegaskan hal ini ? Keberanian dia tidak bisa lepas dari sejarah pertobatan Paulus ( 14 ) ? Sebelum Rasul Paulus bertobat, ia bernama Saulus, seorang akademik yang pintar, rajin, belajar teologi, menguasai kitab suci. Namun Saulus punya jiwa teroris dengan usaha membunuh orang kristen sampai akar-akarnya. Saat ia bertemu dengan Tuhan, barulah jiwa teroris diubahkan dalam kuasa Roh-Nya menjadi jiwa ‘ evangelis ‘. Puji Tuhan ! Ini mujizat ! Sebuah refleksi sederhana buat kita harus mengintrospeksi diri kita, bagaimana dengan kita ? orang kristen yang mengalami pertumbuhan harus perlu belajar, jika tidak ada kemauan disiplin belajar maka orang kristen akan jatuh ke dalam kehidupan rohani yang stagnan. Belajar Firman Tuhan harus pula membuat kita mengalami pergumulan atas Firman tersebut. Kita harus berjuang dan menggumuli setiap Firman yang sudah kita terima, tidak sekadar menerima dan disimpan dalam memori otak kita. Sebab tanpa kita bergumul melakukan Firman Tuhan maka kita tidak akan pernah menjadi orang kristen yang bertumbuh.

Hari ini kita sudah banyak mendengar khotbah maupun visi gerakan yang berakar kepada satu-satunya kebenaran yaitu FIRMAN, tetapi sudahkah kita memiliki hati yang benar-benar berjiwa doktrin tersebut ? apakah kekristenan kita benar-benar berjiwa Injil ? atau jangan-jangan kita hanyalah kristen lahiriah tetapi hati kita tetap berjiwa “ komunis “ ?

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Monday, May 14, 2007

Hope and Victory

Sejak manusia berdosa, tiada seorangpun dapat mencari Allah dan Kebenaran-Nya secara “ perfectly “. Salah satu ketidakmampuan manusia mencari Allah dan kebenaran-Nya yaitu sebuah bangunan zigorad babilonia yang pernah tercatat di sejarah peradaban manusia yang desainnya diabadikan di Great Mosque, Samarra di Irak. Memiliki 23 pintu gerbang – tinggi 55 meter bentuk “ pisang molen “ or “ ice cream cone “ yang mampu menampung 80.000 jemaat. ( Kejadian 11 ). Mereka dengan visi yang satu membangun zigorad, komitmen yang satu menjalankan visi tersebut dengan susah payah, komunikasi yang efektif untuk mewujudkan visi yang mereka dambakan tetapi apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga manusia diceraiberaikan, bahasa manusia diporak-porandakan sehingga visi yang tadinya satu akhirnya kacau, komitmen yang tadinya begitu solid sekarang kacau, komunikasi yang tadinya efektif akhirnya tidak lagi berguna. Oleh karena itu Zigorad Babilonia menjadi peringatan sejarah manusia ! Mau punya manajemen sebagus mungkin tetapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan maka semuanya tidak mungkin dapat terlaksana ! Tetapi sayangnya manusia semakin bebal untuk kembali membangun zigorad pribadi mereka dengan ide-ide “ jahat “ yang justru melawan Tuhan. Hasilnya adalah sia-sia. Karena manusia tidak mungkin dapat mencari Allah dan kebenaran-Nya di dalam kapasitas sempitnya manusia yang terbatas. Hanya satu solusi satu-satunya yaitu Roh Allah sendiri yang menyatakan diri-Nya dan Roh Allah sendiri yang menyatakan Kebenaran-Nya maka barulah manusia dapat menemukan Allah dan Kebenaran-Nya yang “ asli “. Roh Allah datang membawa Firman turun ke dalam dunia melalui “ special revelation – wahyu khusus “ yaitu ALKITAB & INKARNASI. Melalui Alkitab dan Inkarnasi barulah kita memahami bahwa di dalam Kristus barulah kita dapat menemukan Allah dan Kebenaran-Nya. Alkitab dan Inkarnasi menjadi “ the crucial point “ untuk menyatakan “ Theology “ dan “ Action “ yang membawa manusia kembali kepada Tuhan. Kelahiran Yesus, Kematian Yesus, Kebangkitan Yesus adalah momen-momen optimistik yang menyatakan pengharapan bagi hidup manusia. Tanpa kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus maka tidaklah mungkin kita dapat memahami “ Theology “ secara “ hidup “. Justru melalui momen-momen tersebut kita dapat melihat betapa momen-momen Yesus turun ke dalam dunia menyatakan pengharapan kita melihat “ Action “ dalam “ Theology “. Hari ini kita memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Disini kembali setiap kita melihat momen yang berharga dalam inkarnasi Tuhan untuk menyatakan sekali lagi, Pengharapan bagi umat Tuhan yaitu Theology of Victory. Tuhan menang atas maut ! ini bukan statement “ klise “ ! ini “ real “. Oleh karena itu janganlah engkau lengah ! Jika gereja Tuhan dipenuhi oleh anak-anak Tuhan yang “ berpengharapan “ di dalam Kristus yang menang atas maut maka hidup mereka bukan jatuh ke dalam ketakutan tetapi mereka hidup di dalam kelimpahan dan pengharapan iman mereka memberikan “ fighting spirit “ untuk memperjuangkan “ Theology “ dan “ Action “ sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Puji Tuhan !

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Monday, April 23, 2007

Transforming The Past

Tragedi Virginia Tech, sebuah berita menyedihkan yang “ berhasil “ menembusi setiap lapisan media komunikasi dari internet, berita televisi, media cetak maupun media elektronik lainnya. Banyak pemirsa menyimak dengan penasaran akan kisah nyata yang tragis tersebut sehingga rating pemirsa maupun pembaca semakin tinggi. NBC menjadi salah satu sumber informasi paling penting dalam perjalanan kisah tragis ini karena anda dapat memperoleh biografi akurat, foto-foto maupun orasi dari Cho Seung Hui, seorang pemuda “ South Korean “ berumur 23 tahun.

Tidak sedikit, profesor maupun muda-mudi Virginia Tech berusaha mengingat kembali identitas Cho Seung Hui yang kesepian, aneh, sering diketawai oleh teman sekelasnya, menulis karya tulis yang menegangkan seperti mimpi buruk, ditertawakan oleh teman dekatnya saat ia mengatakan andai aku adalah school shooter. Hasil dari tragedi tragis tersebut menjatuhkan 2 korban di West Ambler Johnston Hall dan 30 korban di Norris Hall, akhirnya ia membunuh dirinya sendiri.

Melihat kisah hidup Cho Seung Hui, ia bergumul dalam depresi, ketakutan, kemiskinan, kematian, ketidakadilan, kesepian, kasih sayang maupun kehormatan. Setiap statement yang anda saksikan di NBC beralasan dengan realita yang ada. Ia dianggap aneh karena menentang gaya hidup “ party style “ maupun hidup hedonisme dari teman-temannya, pendiam yang misterius sehingga suka diisengin oleh teman-temannya “ Yo man, go back to china ! “.

Entah apa yang terlintas dalam benak Cho Seung Hui ? melalui keterbatasan saya sebagai seorang awam, saya melihat apa yang dikerjakan oleh Cho Seung Hui adalah sebuah usaha transformasi budaya. Setiap kalimat yang terekam dalam video player-nya memuat nuansa ketidakpuasan gaya hidup yang dapat merusak generasi penerus ( vocabulary dari Cho : This is for my children ! ). Dalam hal ini, saya respek terhadap pemuda yang tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri tetapi juga memikirkan untuk orang lain dan kepentingan generasi penerus. Hanya orang dewasa memiliki lapang dada untuk rela memeras pikiran peroleh solusi terbaik bagi generasi berikutnya. Sayang, tindakan transformasi Cho Seung Hui bukanlah cara seorang konservative seperti Presiden Bush, cara seorang pacifism seperti ( Alm ) Martin Luther King tetapi ia memakai cara seorang “ cowboy “.

Setelah mengikuti setiap berita-berita yang melelahkan mata fisik, mata pikiran dan mata hati saya … saya berdoa kepada Tuhan, bagaimana mata iman saya membaca berita-berita tersebut ?

Pertama, saya menyadari betapa rentannya manusia sebagai seorang “ Sinner “. Tidak peduli apakah manusia itu sehat mental atau cacat mental, mereka hanyalah manusia yang telah jatuh ke dalam dosa sehingga kecenderungan berbuat dosa tetaplah ada dalam diri mereka. Inilah kecacatan semua manusia yaitu DOSA. Dosalah yang telah menkontaminasi iman, pikiran, hati, aplikasi hidup manusia sehingga dosa menghancurkan konsistensi seluruh totalitas kehidupan manusia menjadi kacau dan liar. Seorang boleh mengatakan dirinya orang kristen tetapi bukan berarti ia memiliki iman kristen, cara pandang kristen, hati seorang kristen, aplikasi hidup orang kristen. Inilah realita paradigma manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Pertanyaan yang timbul yaitu apakah manusia menyadari keberdosaan dirinya ?

Kedua, Respon manusia terhadap kesadaran dirinya berdosa bisa dua macam ; satu macam lebih bersifat pesimistik – tenggelam di dalam “ depresi “ maupun lebih bersifat optimistik – bangun dari tidur dan berjuang untuk menikmati hari yang baru di dalam Tuhan Yesus Kristus. Respon manusia yang pesimis menyebabkan depresi yang laten, tidak segera tampak atau disadari. Penderita depresi dapat nampak ceria walau sebenarnya ia sedih. Prof Daniel Goleman, Psikolog dari Harvard University, USA dalam bukunya “ Emotional Intelligence “ mengatakan bahwa di zaman modern ini kemungkinan orang depresi lebih banyak karena berbagai tekanan hidup yang selalu muncul dalam setiap berbagai konteks dan situasi. Manusia yang depresi biasanya memfokuskan dirinya kepada kepesimisan hidup yang ia alami, sulit konsentrasi ( painful thinking ), konsep diri yang negatif karena kesalahan masa lalu, rasa kuatir yang berlebihan, emosional yang labil, delusional thinking, psychotic depression dan sebagainya. Seorang murid SMU bunuh diri karena merasa berdosa kepada pacar yang dihamilinya dan mati. Merasa berdosa kepada keluarga pacarnya, merasa berdosa kepada keluarganya sendiri. Lalu tulis surat minta maaf lalu gantung diri, tiada jalan keluar kecuali bunuh diri, itulah yang dilakukan oleh manusia berdosa. Respon manusia yang optimis meskipun tetap mengalami depresi tetapi mengalami pertobatan di dalam karya keselamatan dan penebusan melalui satu-satunya juruselamat dunia yaitu Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kekuatan untuk tekun belajar menjalani “ sinkronisasi “ hidup seperti Kristus sampai kedatangan Kristus kedua kalinya.

Ketiga, sejak manusia jatuh ke dalam dosa maka manusia kehilangan Kemuliaan Allah ( TOTAL DEPRAVITY ). Disini manusia telah jatuh ke dalam cara pandang yang “ complicated “ tapi kelihatannya manusia menyukai keputusannya untuk jatuh ke dalam dosa. Dilematisnya, manusia menganggap keputusannya yang “ tidak beretika “ itu sebagai keputusan yang benar. Itulah yang dilakukan oleh Cho Seung Hui. Ia ambil keputusan untuk menjadi “ School Shooter “ demi generasi penerusnya yang inspirasinya mengutip Yesus Kristus yang telah mati untuk menyelamatkan mereka yang tidak terlindungi. Apa maksudnya disini ? Cho Seung Hui, seorang kristen yang seharusnya bisa membaca “ qualitative difference “ antara Yesus Kristus dan dirinya. Disini konsep messiah telah mengalami “ ketidakadilan “ karena apa yang dikerjakan oleh Yesus adalah divine, sedangkan Cho Seung Hui lebih cocok dinobatkan sebagai “ cowboy “. Inilah realita cara pandang manusia berdosa yang belum mengalami sinkronisasi dengan cara pandang Allah ( God’s perspective ). Hanya melalui Firman Tuhan ( God Himself Speaking ) kita dapat dibawa untuk menyelami cara pandang Allah yang beresiko tinggi untuk mengalami “ suffering, injustice maupun violence “ tetapi cara pandang Allah pasti memberikan kekuatan untuk tekun menjalani kehidupan yang penuh penderitaan, ketidakadilan maupun kejahatan sampai waktu-Nya tiba bagaimana Tuhan dimuliakan dalam kehidupan yang “ complicated “ ini. Seringkali kita mengikut Tuhan hanya dengan keuntungan profit yang disediakan-Nya tetapi kita tidak mau mengalami kerugian dalam proses pengikutan kita kepada Tuhan. Saat kita tidak menikmati profit dari pengikutan kita kepada Tuhan akhirnya kita berjiwa pemberontak dan selalu memiliki keraguan radikal yang secara terus menerus mempertanyakan segala yang kita yakini, untuk sebagian orang hal itu mengakibatkan kekecewaan, realisme berlebihan yang semakin memberatkan langkah kita, membebani bahu kita dan akhirnya membuat kita berhenti dengan penuh kepahitan. Sekali lagi, semua karena dosa. Masalah dunia bukan hanya disebabkan oleh sistem sosial, keluarga, pemerintahan yang salah melainkan kelemahan radikal yang ada di dalam diri kita sendiri, sifat jahat hati kita.

Keempat, Seringkali kita terlalu cepat mengambil keputusan menjadi “ school shouter “ dari pemikiran filosofis kita yang sempit untuk melakukan sebuah transformasi budaya dan kita kurang beriman di dalam menunggu waktu Tuhan untuk kita belajar melakukan apa yang seharusnya kita kerjakan untuk mendoakan dan mengampuni mereka yang telah bersalah kepada kita. sebuah buku “ Transforming Society - by Melba Padilla Maggay “ mengajak saya sebagai pembaca tuk menempatkan diri sebagai Yehezkiel di padang belantara ( Yehezkiel 27:1-14 ). Di hadapan padang belantara ini Yehezkiel diuji dengan pertanyaan “ Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali ? “. Karena tidak mampu membayangkan bagaimana hal itu bisa terjadi, Yehezkiel menggumam “ Ya Tuhan Allah, Engkau yang tahu “. Yehezkiel tahu bahwa Allah tahu apa jawaban atas pertanyaan itu dan dapat melakukannya jika ia mau. Tetapi pemandangan di hadapannya sedemikian mencengangkannya sehingga membangkitkan keraguannya untuk mengusahakan sebuah jawaban. Bagaimana perasaan Yehezkiel saat menutup tumpukan tulang-tulang kering itu, sama seperti keraguan kita. Tuhan memerintahkan Yehezkiel untuk bernubuat kepada tulang-tulang tersebut dan tulang-tulang tersebut bergerak dan hidup. Kemudian Tuhan menjelaskan kepada Yehezkiel bahwa tulang-tulang itu adalah seluruh kaum Israel. Saat itu mereka yang hidup dalam pembuangan di Babel sudah tidak punya pengharapan untuk dapat pulang kembali ke tanah mereka. Keputusasaan mereka sama dengan yang dirasakan oleh orang masa kini, tenggelam dalam depresi tanpa harapan. “ Tulang-tulang kami menjadi kering dan pengharapan kami sudah hilang “. Saya belajar menyelami orang-orang yang mengusahakan transformasi budaya dan masyarakat dengan kesadaran bahwa keputusasaan terjadi pada tempat yang hanya satu-satunya Tuhan yang dapat masuk yaitu Yesus Kristus.

Fakta bahwa Kristus sendiri dibunuh, mengingatkan kita bahwa kekuatan kejahatan sangatlah besar sehingga kita mengalami keputusasaan sampai tulang-tulang kita menjadi kering dan usaha terbaik kitapun gagal. Walau demikian, fakta lain bahwa Kristus sudah bangkit, mengingatkan kita bahwa pada pusat kekuasaan di dunia ini ada satu kekuatan yang mendobrak kubur dan menyatakan hidup “ Lihatlah, Aku akan membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan engkau dari kuburmu, Oh umat-Ku dan Aku akan membawa kamu pulang ke tanah kaum Israel … dan Aku akan menaruh Roh-Ku dalam dirimu, dan engkau akan hidup, dan Aku akan menempatkan engkau di tanahmu sendiri. Maka engkau akan tahu bahwa Aku, Tuhanmu telah mengatakannya dan melakukannya, begitulah firman Tuhan. “ Membaca makalah tersebut saya merasa tertegur sedalam-dalamnya, Jika kita berada di dalam kebimbangan dan ditanya “ Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali ? “. Jawaban kita adalah Ya, seperti Yehezkiel, sebab Kristus sudah mati, Kristus sudah bangkit dan Kristus akan datang kembali. Inilah Janji Tuhan yang PASTI TERJADI !

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, R.O.C

Tuesday, April 17, 2007

Yesus atau Barabas ?

Matius 27 : 11-26
“ Apakah Engkau adalah raja orang Yahudi ? “. Sebuah pertanyaan yang muncul dari mulut seorang wali negeri Romawi yang ditujukan kepada Yesus. Situasi saat itu tidak mendukung Yesus sebagai Raja Orang Yahudi tetapi massa mendukung Yesus sebagai kriminal, pemberontak, bidat. Apakah Yesus menanggapi pertanyaan tersebut ? Apakah Yesus bungkam ? Yesus tetap mengatakan bahwa “ Engkau telah mengatakannya “. Siapakah Pemerintah ? Siapakah Yesus ? Mereka bisa dikatakan sebagai raja tetapi terdapat beda kualitas yaitu Yesus adalah Raja yang rela turun untuk melayani berbeda dengan Pilatus sebagai raja yang berbuat apa saja untuk menguasai. Inilah “ Divine Point “ Yesus adalah Allah yang justru rela turun untuk melayani untuk kepentingan orang lain sedangkan manusia berusaha naik tahta demi kepentingan sendiri untuk menguasai orang lain. Jika elit politik, penegak hukum, ekonom tidak rela turun untuk melayani maka mereka gagal melakukan aplikasi sebagai elit politik, penegak hukum maupun ekonom sejati. Saat para imam dan tua-tua menuduh Yesus sebagai kriminal sampai Pilatus heran karena respon Yesus bukannya marah histeris seperti kerasukan setan tetapi Yesus hanya berdiam diri tanpa menanggapi mereka. Setiap gosip dan rumor yang berkembang tidak bakal mengoncangkan identitas Yesus sebagai Mesias dan Raja Orang Yahudi. Gosip maupun rumor boleh beredar tapi bukan berarti kita harus menanggapi karena gosip maupun rumor yang salah tidak layak ditanggapi. Pada saat saya menulis sebuah artikel mengenai refleksi Reformed terhadap Da Vinci Code di internet, ada seorang rekan memberikan respon “ da vinci code hanyalah fiksi, buat apa tulis berlembar-lembar, semestinya mereka tahu itu hanyalah novel fiksi “. Satu sisi, ada kebenaran untuk tidak mengubris hal tersebut tetapi sisi lain, tidak sedikit orang menyukai fiksi sehingga tidak bisa membedakan mana yang fiksi maupun realita akhirnya kita dibutakan oleh kepalsuan ketimbang oleh kebenaran. Kita tahu itu gosip tidak benar tapi kita lebih suka “ memakan “ gosip tersebut. Kita suka entertaiment yang membutakan kita ketimbang pendidikan yang memberikan pertumbuhan kepada kita. Yesus berdiam diri tetapi bukan berarti setuju dengan gosip-gosip tersebut, Ia tetap menyatakan Kebenaran “ Engkau sendiri yang mengatakannya “. Istilah “ No Comment “ seringkali kita pakai dalam vocabulary kita. No Comment seringkali kita pakai untuk menyembunyikan sesuatu padahal No Comment, sebuah statement yang menyatakan bahwa tidak perlu dikomentari lagi. Yesus tidak memberikan komentar terhadap gosip tetapi Yesus hanya memberikan komentar terhadap Kebenaran.

Saat pemimpin agama dan tua-tua Yahudi menganggap Yesus sebagai kriminal, Pilatus memberikan kesempatan kepada rakyat untuk bersuara dan apa yang harus saya lakukan terhadap Yesus ? Apakah suara rakyat pasti benar ? Dalam Filsafat Romawi Kuno, ada sebuah kalimat “ VOX POPULI VOX DEI “ yaitu “ SUARA RAKYAT ADALAH SUARA ALLAH “. Benarkah ? suara rakyat pasti adalah suara Allah ? Justru suara masyarakat banyak tidak menyelesaikan masalah malah menghancurkan pemerintahan maupun rakyat. Pilatus mengadopsi filsafat Romawi maka ia melegalkan suara masyarakat mengambil keputusan buat Yesus. Suara rakyat justru liar karena rakyat adalah manusia yang memiliki kecatatan dalam keberdosaan mereka, kecatatan dalam beretika, cara pikir, moral. Maka suara rakyat adalah suara Allah ? Itu tidak benar ! Justru realita menunjukkan betapa suara rakyat telah memperkosa kebenaran itu sendiri.

Pilatus sebenarnya mau membebaskan Yesus karena Ia tidak menemukan kesalahan apapun dalam diri-Nya tetapi bagaimana caranya ? Maka Pilatus memakai sebuah tradisi hari raya untuk membebaskan salah seorang kriminal dan rakyat yang memilihnya. Bukankah Yesus punya etika dan moral baik sedangkan Yesus Barabas punya etika moral yang buruk ? Dalam benak Pilatus, Yesus pasti dibebaskan. Tetapi realita, suara rakyat justru mengagetkan Pilatus yaitu Bebaskan Barabas. Bagaimana dengan kita jika kita berada disana ? Orang yang tidak mau belajar dan tidak tahu konteks pasti maunya ikutan-ikutan, kata “ Salibkan Dia “ keluar dari mulut seorang pemimpin agama yang bidat. Hanya orang mau belajar dan tahu konteks barulah orang yang mengetahui benar bahwa Barabaslah yang semestinya dihukum. Mengikuti trend tidak salah tetapi bagaimana kita mengklarifikasi trend itu sendiri. Jangan-jangan kita mengikuti trend seperti suara rakyat yang mendengar sebuah order “ salibkan dia “ maka mereka berespon dengan satu suara seperti sebuah orkestra dan paduan suara yang dipimpin oleh pemimpin agama sebagai konduktornya. Inilah suara rakyat yang tercatat di dalam sejarah. Suara rakyat jika tidak takut kepada Tuhan maka suara rakyat jadi suara Setan ! Itulah realita. Setan bukan dari keluar mempengaruhi ke dalam tapi dari dalam keluar !

Pilatus tahu Yesus orang benar dan Barabas orang jahat tetapi ia terjebak oleh filsafatnya sendiri “ VOX POPULI VOX DEI “. Mana yang mesti diperjuangkan ? Kebenaran atau Filsafat Manusia ? Pilatus dipermainkan oleh filsafatnya sendiri dan menghancurkan dirinya sendiri dan mengoncangkan dirinya sendiri. Orang yang beragama, pintar, berkuasa jangan-jangan orang yang dipermainkan oleh sistemnya sendiri, kekreatifan sendiri, filsafatnya sendiri ! Akhirnya, Pilatus membiarkan Kebenaran disalibkan dan Kejahatan dibebaskan ! Apa gunanya engkau berkuasa tetapi engkau tidak memakai kuasa untuk menyatakan Kebenaran ? Apakah orang beragama berani memperjuangkan kebenaran ? Justru orang beragama berani bakar gereja dengan alasan katanya memperjuangkan kebenaran dan keadilan ! suara rakyat adalah suara Allah atau suara Allah yang mempengaruhi masyarakat ? Suara Allah yang semestinya mempengaruhi masyarakat, itu posisi benar ! Sebagai orang beragama, kita harus punya iman, kebenaran dan keberanian. Iman diberikan oleh Tuhan kepada manusia untuk memimpin hidup kita baik pikiran , hati dan sikap sebagai orang beriman. Martin Luther mengatakan Iman adalah Tuan, Rasio adalah Pelacur yang bisa tidur dengan siapa saja maka rasio harus setia kepada Iman. Mungkin kita bertanya iman yang bagaimana jadi tuan ? Tuan yang rela turun melayani ke bawah dan mengajarkan kebenaran yang membangunkan hidup manusia dan bangkit dari kematian untuk memberikan Pengharapan kepada saudara dan saya yaitu Sorga, tempat mulia dan baka. Setiakah engkau kepada Kebenaran atau menyukai Kepalsuan ?

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Shanghai, China, PRC

Katakanlah ...

Lukas 23:33-43
Golgota, sebuah bukit Tengkorak yang tragis karena disanalah tempat para kriminal dihukum oleh tradisi Yahudi maupun hukum Romawi dan disanalah tempat Yesus disalibkan. Siapakah Yesus sebenarnya ? Mesias atau Kriminal ? Bagaimana mungkin kedua gelar yang kontradiksi ini dapat melekat pada Yesus Kristus ? Yesus datang ke dalam dunia sebagai Mesias untuk menyatakan Pengharapan kepada manusia yang letih lesu dan berbeban berat. Tetapi sayangnya, manusia tidak mengenal Diri-Nya sehingga mereka menganggap Yesus sebagai kriminal, bidat, jelmaan iblis. Saat Yesus menerima perlakuan sadis seperti ini, Apa respon dari Yesus Kristus ?

“ Ya Bapa, Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat “. Doa dan Pengampunan menjadi respon Yesus ketika ketidakadilan ditimpakan kepada Diri-Nya. Seringkali doa dan pengampunan kita anggap sebagai respon orang tolol. Tetapi bagian ini memberikan cara pandang yang berbeda bahwa justru doa dan pengampunan memiliki kuasa yang besar dan bahkan ganas untuk mengasihi musuh meski tindakan mereka mempertanyakan validitas Kristus sebagai Mesias.

Para pemimpin agama dan ahli-ahli Taurat yang tidak mempercayai Yesus sebagai Anak Allah, Raja Yahudi maupun Mesias terus mencaci maki dan memaksa Yesus untuk membuktikan Diri-Nya di hadapan massa bahwa Diri-Nya adalah Anak Allah, Raja Yahudi maupun Mesias. Kalimat pedas diluncurkan bertubi tubi kepada Yesus “ orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan Diri-Nya Sendiri jika Ia adalah Mesias, Orang yang dipilih Tuhan “. Jika saudara membaca kalimat diatas, ada terdengar nada mencobai Allah dengan hukum logika “ selamatkan dirimu “ yang kemudian dipertegas oleh seorang penjahat “ Bukankah engkau adalah Kristus ? Selamatkanlah diri-Mu dan selamatkan kami juga “. Jelas sekali, kalimat di atas merupakan kalimat penghujatan melalui keterbatasan hukum logika mereka. Mereka menganggap hukum logika mampu menampung dan memenjarakan “ Siapakah Kristus “ dalam aplikasi yang tidak direalisasikan oleh Diri-Nya. Mereka lupa bahwa hukum logika mereka sangatlah terbatas karena keberdosaan mereka . Jika saudara lihat hari ini, bukankah banyak orang berani mempertanyakan secara gencar dan sadis mengenai keilahian Kristus ? Tidak sedikit yang mengatakan Kristus itu hanyalah manusia tolol yang mengalami depresi karena kehilangan makna hidup sehingga Ia mengorbankan Diri-Nya untuk menutupi kehilangan makna hidup-Nya. Ada juga yang mengatakan bahwa Allah Kristen itu mengajarkan etika yang bobrok dan tidak pantas untuk ditiru oleh manusia … Bagaimana mungkin Allah kristen mengajarkan seorang ayah untuk membunuh anaknya sendiri ( Abraham dan Ishak ) dan Allah yang merelakan Anak-Nya yang Tunggal mati bagi saudara saya, itu kebodohan etika. Seringkali kita membaca semuanya ini hanya dengan kesempitan hukum logika kita sehingga kita gagal menemukan pengertian di balik setiap pekerjaan yang Tuhan kerjakan melalui Yesus Kristus yang memiliki keluasan logika Allah yang melampaui hukum logika manusia. Qualitative Difference !

Saat penjahat tersebut mempertegas pertanyaan dari pemimpin agama maupun ahli Taurat, sebuah respon muncul dari penjahat satunya yang mengatakan “ Tidakkah engkau takut ….. “. Saya percaya penjahat ini merenungkan dengan seksama “ Siapakah Kristus “ sebenarnya … Jika ia adalah Allah, tidak seharusnya ia dihukum seperti kami, penjahat …. Jika ia adalah Manusia, tidak seharusnya juga ia dihukum seperti kami karena ia tidak melakukan kesalahan apapun “. Penjahat tersebut menyadari benar dirinya bersalah dan berdosa maka ia tidak bicara sembarangan. Speaking with understanding is meaningfull. Speaking without understanding is meaningless. Konsep Positioning seperti inilah yang membawa mata kita terbuka melihat Kebenaran yang melampaui konsep logika manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Hari ini banyak penjahat tidak menyadari bahwa dirinya jahat sehingga kepekaan mereka terhadap dosa telah luntur dan meng-excuse diri tuk melegalkan diri masuk ke dalam dosa. Banyak juga penjahat yang sudah tahu dirinya jahat tetapi menipu dirinya sendiri untuk membaca segala sesuatu dengan memutlakan kesempitan pikirannya sebagai sensor zone untuk menentukan benar dan salah. Mungkin saudara bertanya, kok bisa ya penjahat tadi mengenal positioning yang tepat bagi dirinya sendiri ? Kita percaya bahwa Roh Kudus bekerja dalam dirinya dan Ia berespon untuk merenungkan pekerjaan Roh Kudus dalam benaknya.

Setelah itu ia berkata kepada Yesus “ Ingatlah Aku ( penjahat ini ), apabila Engkau datang sebagai Raja. “ Dari manakah penjahat tersebut memiliki konsep demikian ? Padahal ia tidak masuk ke dalam sinagoge untuk mengambil intensive course apalagi membaca gulungan kitab-kitab Perjanjian Lama. Penjahat tersebut menikmati “ Guidance by Holy Spirit “, “ Hear His Voice “, “ Trust and Obey in His Promise “. Orang yang demikianlah orang yang layak menerima kalimat respon Yesus “ Aku berkata kepadamu, hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di Firdaus “. Dimanakah penjahat-penjahat yang mendambakan “ Guidance by Holy Spirit “, “ Hear His Voice “, “ Trust and Obey in His Promise “ hari ini ? maukah engkau menerima-Nya ? Engkau bukan menjawab saya tetapi Engkau menjawab kepada Ia yang telah bangkit dari kematian dan menyatakan Pengharapan kekal kepada manusia. Puji Tuhan !

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Shanghai, China, PRC

Tuesday, March 20, 2007

Sudah Setia ?

Dalam Injil Matius 26:35, Rasul Petrus mengatakan “ Sekalipun aku harus mati bersama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau “. Sebuah ucapan penuh keyakinan dari mulut seorang murid Tuhan. Kenapa Rasul Petrus begitu yakin mengatakan hal tersebut ? Apakah Rasul Petrus melakukan apa yang pernah diyakininya ? Adalah sebuah realita bahwa Rasul Petrus justru menyangkal Tuhan Yesus sebanyak 3 kali. Jika demikian, mengapa Rasul Petrus berani mengeluarkan ucapan “ tidak akan menyangkal Tuhan Yesus “ ? Manusia selalu ingin dianggap setia, itulah ideal setiap manusia. Saya percaya bukan hanya Petrus belajar setia kepada Tuhan Yesus tetapi semua murid-murid-Nya memiliki kerinduan yang sama tuk setia. Saya membayangkan mereka seperti penyanyi vocal group yang sedang menyanyikan sebuah lagu “ setia “ dengan ekspresi keyakinan bahwa mereka mau setia mengikut Tuhan sampai mati !

Sayangnya, kesetiaan mereka hanyalah sekadar tekad saja, harus diuji dengan masa bahaya sehingga kesetiaan mereka diproses layaknya emas murni. Beberapa tahun yang lalu, saat pertama kali saya mengunjungi sebuah universitas di kota Taichung yaitu Feng Chia University, saya terkagum-kagum dengan sebuah tanda salib lampu yang dipasang di sebuah pohon besar karena saat musim panas, musim dingin, musim semi, musim hujan – salib itu tetap berada disana ( kepanasan, kedinginan, kehujanan, tertimbun daun ). Siang panas hujan malam dingin, salib itu tetap disana menunjukkan gereja mahasiswa ada disana. Saya mempelajari sebuah kebenaran rohani yaitu bukankah salib adalah benda mati ? kenapa kok benda mati kelihatannya lebih setia daripada manusia yah ? bagaimana dengan dirimu, kawan ? dalam hal ini saya belajar tidak terlalu cepat menganggap diri sebagai seorang yang setia karena jangan-jangan saya belum melakukan apa yang salib lampu itu lakukan ! Sebuah doa sederhana dariku, Tuhan ajarlah kami untuk setia, dalam perkara kecil maupun perkara besar – tetap belajar setia melayani-Mu. Puji Tuhan !

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

Wednesday, March 14, 2007

Mesias dan Doa

Beberapa tahun yang lalu setelah memimpin renungan " Mooncake Party " di MRII Taichung, seorang rekan memasang sebuah dvd yang sudah tidak asing lagi di benak setiap kita yaitu " The Passion of The Christ ". Secara pribadi, waktu itu saya telah menonton film tersebut lebih dari 4 kali tetapi saat itu saya berusaha memahami kembali penderitaan Kristus. saat ia dikhianati oleh murid sendiri, ia diadili atas ketidakberdosaan-Nya, ia dicambuk atas ketidakbersalahan-Nya maupun disalib atas seruan massa yang tidak bertanggungjawab ... hati saya kembali menangisi sebuah perenungan teologis. Selama bertahun-tahun, saya melayani Tuhan dan satu-satunya message yang saya teriakkan dalam waktu apa saja maupun dimana saja yaitu Yesus Kristus. Tetapi saat melihat film tersebut, saya mempertanyakan diri sendiri, kok message saya begini yah ? sebegitu parahkah Yesus dibenci oleh massa maupun ahli-ahli taurat, padahal satu kesalahanpun tidak didapatkan buktinya ? Justru fitnahan yang diterima-Nya. Mengapa demikian ? Karena ahli-ahli taurat memiliki konsep Mesias yang tidak cocok dengan konsep Yesus. mereka mendambakan Mesias sebagai Raja Orang Yahudi yang kuat perkasa seperti Raja Daud sedangkan Yesus hanyalah anak tukang kayu yang tidak kualitatif tuk menjadi Mesias. Kedua, popularitas Yesus begitu melonjak melampaui popularitas dari ahli-ahli taurat sehingga membuat mereka frustasi terhadap diri mereka sendiri dan membenci Yesus. Akhirnya mereka meneriakkan " salibkan Dia " ! Jika demikian, apakah berarti Yesus gagal ? Justru Yesus mati di atas kayu salib untuk menyatakan konsep mesias yang sesungguhnya, bukan seperti yang dipikirkan oleh ahli-ahli taurat, kedua - popularitas Yesus jelas melampaui tokoh-tokoh yahudi siapapun karena yesus bukan sembarang tokoh tetapi ia adalah Tuhan. Ketiga, mereka melihat Yesus adalah figur manusia yang berdosa padahal Yesus adalah 100 % Allah 100 % Manusia yang menentang dosa. Meskipun kelihatannya Ia gagal tetapi justru Ia tidak gagal dalam rencana-Nya.

Pernahkah engkau merasa gagal karena injil yang kau beritakan kepada orang lain justru kelihatannya tidak diterima dengan baik ? Disini saya bukan membawa saudara untuk sembarangan masuk ke dalam positive thinking tetapi jangan-jangan kita menganggap diri gagal karena injil yang kita beritakan tidak masuk dalam orang yang kita injili. Jika demikian, apakah engkau berani menggangap Yesus juga gagal ? Ia tidak bersalah tetapi dihujat dengan kejam, difitnah dengan keji maupun diludahi dan dimaki dengan vocabulary yang emosional ! Pernahkah kita memikirkan kenapa kita dipanggil sebagai orang kristen ? untuk menerusakan penderitaan-Nya ! bukan dapat keselamatan lalu senang seperti baru aja dapat tiket gratis ke sorga dan kita enak-enak menikmati ruang boarding . Ingatlah ! Kebenaran Allah tidak mungkin dikalahkan oleh maut tetapi jangan takut, meskipun no skill tetapi tetaplah kita berdoa kepada Tuhan. Doa yang bukan metode mutlak tetapi bergantung total pada kuasa pelayanan pada hamba-hamba-Nya melalui DOA.

Kiranya Hari Paskah membuat setiap kita kembali merefleksikan diri kita yang senantiasa
luas dengan setiap pengajaran yang Kristologis !

Dalam Kasih-NYa
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China, ROC

Monday, March 12, 2007

Truth and Freedom

Dewasa ini banyak para scholar yang akademis maupun kaum awam yang praktikal memberikan beragam definisi kebenaran dan kebebasan tetapi siapakah yang berhak berbicara mengenai kebenaran dan kebebasan itu sendiri ? hari ini jawaban terletak kepada satu kaum yaitu mereka yang memiliki " power ". Hari ini tema kebenaran dan kebebasan banyak keluar dari mulut para hakim, para pengacara, para ahli hukum, mahasiswa hukum. Problemnya adalah apakah mereka betul-betul membela kebenaran dan berjuang demi kebebasan yang sejati ? realita memberikan nuansa pesimis dalam terwujudnya kebenaran dan kebebasan yang sejati karena terlalu banyak mereka yang berjuang hanya untuk UANG. Jika saya diperbolehkan untuk meminjam tokoh dari The Lord of The Rings, ada tipe Gandalph ( scholar - pembela kebenaran dan kebebasan sejati ) dan ada tipe Saruman ( fools - mempermainkan kebenaran dan kebebasan ). Gandalph rela mengorbankan nyawanya demi kebenaran dan keadilan sedangkan Saruman menginjak-injak kebenaran dan kebebasan dengan kuasa gelap yang " menjijikan ". Adalah sebuah refleksi pribadi saya sendiri bahwa terlalu banyak orang tipe Saruman telah mempermainkan kebenaran dan kebebasan orang lain hanya karena " POWER ". dimanakah kaum tipe Gandalph ? tertidurkah engkau ?

Hari ini dunia banyak memberikan 4 macam kebebasan :

1. Kebebasan berbicara. itulah sebabnya dunia begitu bebasnya mengagungkan kebenaran maupun menghujat kebenaran itu sendiri. Tidak heran, jika tahun-tahun yang lalu surat kabar Denmark, Eland Posten dikritik habis-habisan oleh dunia islam karena karikatur Mohamed yang kurang senonoh. Jika demikian apakah kebebasan berbicara membawa dunia lebih baik ? Justru Prinsip harus mendasari kebebasan berbicara , barulah kebebasan berbicara itu dapat menyatakan kebenaran dan kebebasan. Ironisnya, manusia tidak suka diatur oleh prinsip-prinsip sehingga percakapan manusia jatuh ke dalam keliaran.

2. Kebebasan beragama. banyak orang mengatakan bahwa " all religion is the same " maka bebaslah beragama apapun karena semuanya sama. apakah ini fair ? justru ini sebuah tindakan yang tidak fair karena tiada persamaan disitu justru satu ama lainnya berkontradiksi. Sebagai orang kristen, saya mempercayai kekristenan karena hanya kristen saja yang memiliki konsep Allah rela inkarnasi ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Tiada seorang pendiri agama manapun melakukan hal tersebut. maka bagaimana mungkin saya dapat mengatakan semua agama itu sama. kedua, saya pun menyadari bahwa tidak semua kristen adalah benar karena ada denominasi yang percaya Yesus 100 % Allah 100 % Manusia, dan ada denominasi yang hanya percaya Yesus hanyalah manusia 100 %, pertanyaannya adalah apakah mereka memiliki kekristenan yang sama ? Tidak !

3. Kebebasan dari rasa takut. Banyak para travellers mengharapkan kota-kota yang mereka singgahi memberikan jaminan dan pelayanan yang membuat mereka merasakan kenyamanan maupun keamanan. Tetapi apakah memang kenyamanan maupun keamanan yang mereka berikan cukup bagi mereka ? Amerika Serikat banyak dikagumi sebagai " the promised land " tetapi apakah Amerika Serikat pasti menyakinkan semua travellers bahwa everthing is going fine ? justru berapa banyak korban yang berjatuhan di New York karena sniper-sniper dari atas gedung pencakar langit yang menembak orang-orang yang lalu lalang di jalanan. Banyak orang juga mengatakan bahwa naik pesawat terbang justru membebaskan kita dari rasa takut tetapi sampai kapan ? justru peristiwa September 11, 911 membukakan mata kita bahwa naik pesawatpun bisa juga tidak aman. maka dimanakah engkau dapat bebas dari rasa takut ? Janganlah Takut, penyertaan Tuhan itu real. Tetapi kita harus bercermin terhadap diri kita sendiri bahwa kita jatuh ke dalam dosa karena kita kehilangan " fear " kepada Tuhan sehingga akhrinya kita menganggap diri kita something dan menganggap Tuhan dan orang lain adalah nothing ! itulah semangat satanis yang hidup dalam diri kita. Jika kita tidak takut kepada Tuhan maka kita pasti tidak takut kepada orang lain juga. Oleh karena itu kita harus belajar seperti apa yang pernah dipaparkan oleh St. Bernard of Clairvaux bahwa kita harus memiliki takut kepada Tuhan seperti hamba ( servant fear ) yang respek terhadap Tuan dan takut kepada Tuhan seperti anak kecil ( childlike fear ) yang respek terhadap orang tua ( bukan childish ) yang telah ditebus oleh darah Kristus.

4. Kebebasan dari kekurangan. Banyak orang mau bebas dari kekurangan dan mengingini kekayaan material yang berlimpah-limpah.pertanyaan saya adalah apakah mereka yang kaya material pasti menikmati kebebasan dan kebenaran yang sejati ? justru merekalah yang kebanyakan mengalami " blindness " tuk melihat kebebasan dan kebenaran sejati diperoleh melalui terus bersandar pada Firman yang menyatakan " belas kasihan Tuhan ".


Dalam Yohanes 8:31-35, Yohanes menekankan :

1. Tetap pada Firman-Ku. Disini modal Yesus hanya berfokus pada Kuasa Firman itu sendiri, bukan fasilitas ( meskipun fasilitas itu perlu ). Kekristenan hari ini memiliki jutaan penganut bukan karena kekuatan organisasi maupun finansial tetapi kuasa Firman Tuhan yang mempertobatkan manusia tuk kembali kepada Firman Tuhan yang memberikan jaminan keselamatan melalui satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup yaitu Yesus Kristus.

2. Belajar untuk beriman ( trust and obey ). problemnya kita hanya mau kuasa Firman tetapi kita gak mau taat sehingga kita jatuh ke dalam mistik yang sempit, kedua banyak orang mau taat tetapi gak mau Firman Tuhan, yeah kita jadinya legalism. disini Yohanes menekankan trust and obey bukanlah statement yang " guyonan " tetapi harus dipahami dalam kesatuan meaning.

3. Keep Living in our words. Firman Tuhan bekerja bukan untuk membebani diri kita sendiri padahal untuk memerdekakan. bagaimana dengan kita sendiri ? bukankah seringkali kita menutup telinga kita terhadap Firman Tuhan karena kita mengganggap itu menjadi bencana bagi kebebasan kita tetapi justru melalui Firman Tuhan, kita sama-sama dapat memiliki kesempatan yang indah tuk menggumuli apakah itu kebenaran yaitu Yesus Kristus.


Dalam Kristus

Daniel Santoso

Beijing, China

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...