Tuesday, February 13, 2007

Requiem

Telah Pulang ke Rumah Bapa, Sdri Erna Tan, seorang kristen yang cinta Tuhan, rajin melayani Tuhan, mendengar Firman Tuhan, bersaat teduh menggumuli Firman Tuhan, berdoa kepada Tuhan untuk keluarga, saudara, teman-teman baik kristen maupun non kristen. Secara manusiawi, setiap kita mungkin mengalami “ keterhilangan “ figur yang spesial maupun “ keterpisahan “ antar batas dan tanpa batas sehingga airmata kita terus membanjiri jiwa dan fisik kita, tetapi saya menggumuli cintanya kepada Tuhan maupun sesamanya itulah yang selalu dekat dengan kita. Saya menyukai sebuah statement dari Kahlil Gibran ( seorang katolik maronite ) , cinta lebih kuat dari kematian. Pertama, karena dalam cinta ada harapan di dalam kesetiaan maka disitulah ada keabadian jiwa. Kedua, cinta lebih kuat dari kematian karena cinta tidak mengenal batas-batas biologis. Cinta melebihi kematian biologis. Ketiga, cinta adalah anugerah Tuhan yang abadi yang menyatakan Kebaikan Tuhan.

Bagaimana kita merenungkan “ Requiem “ ? Thomas A Kempis memberikan explanation :
Hidup kita akan tamat, lebih baik kita merefleksikan bagaimana keadaan kita. Jangan hanya melihat keadaan sekarang saja tetapi siapkan dirimu menghadapi waktu yang akan datang melalui hari ini karena jika hari ini saja kamu tidak siap, bagaimana dengan hari esok. Oleh karena saya percaya setiap manusia harus memiliki pergumulan antara hidup dan mati. Saya percaya bahwa Tanpa pergumulan maka manusia kehilangan semangat hidup, kehilangan nilai hidup, kehilangan target hidup – sebenarnya orang yang demikian sudah mengalami kematian.
umur panjang tetapi tidak memperbaiki hidup, tiada gunanya ! lebih baik hidup sehari saja tetapi berguna daripada hidup panjang tetapi tiada guna. Banyak orang mengatakan kematian itu menakutkan tetapi Thomas A Kempis mengatakan bahwa justru umur panjang itulah menakutkan karena manusia mudah meninggalkan konsistensi maupun kesetiaan kepada Tuhan. Bagaimana dengan saudara dan saya ? Hari ini kita masih hidup, apakah hidupmu setia kepada Tuhan ? terujikah kesetiaanmu kepada Tuhan ? sampai kapan kamu setia kepada Tuhan ? jangan lelah, terus perjuangkan kesetiaanmu kepada Tuhan !

Saudara, keluarga kita memang penting tetapi kita harus memperhatikan juga harta yang kekal yaitu keselamatan di dalam Kristus. Sekali datanglah saatnya, kita ingin benar mengalami satu hari bahkan satu jam saja untuk memperbaiki diri kita dan kita tidak tahu, apakah kesempatan memperbaiki diri itu kita peroleh atau tidak ?

Introspeksi dirimu dan selalu ingat akan dipanggil Tuhan maka kita akan terlepas dari bahaya. Seringkali kita mengganggap tindakan tersebut adalah tindakan pembiusan diri agar selalu takluk dalam “ ketakutan “ kepada Tuhan tetapi justru takut akan Tuhan adalah awal dari pengetahuan.

saat pagi tiba, jangan kita berani mengatakan kita masih ada di malam hari. Kita gak tahu kapan kita mati. Seringkali kita terlalu percaya diri bahwa di waktu-waktu akan datang kita pasti masih ada padahal dari manakah mereka tahu kalo mereka masih ada ? hanya belas kasihan Tuhan sahaja yang memberikan kesempatan mereka untuk tetap hidup.

Kita adalah orang asing di duniawi ini karena gak punya tempat tinggal yang kekal, hanya disanalah tempat tinggal kita yang kekal. Disini kita kembali kepada prioritas kita sebagai manusia yang diciptakan untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan. Disini manusia diciptakan untuk rencana kekal Tuhan maka manusia bukan diciptakan untuk mencintai duniawi tetapi mencintai kekekalan. alangkah bijaksana dan bahagianya jika kita menomorduakan keinginan duniawi dan menomorsatukan kebajikan, cinta, cinta hukum, taat, menyangkal diri dan menerima dengan sabar segala kesukaran demi cinta kasih akan Kristus.

Puji Tuhan ! “ Requiem “ bukan mematikan semangat hidup manusia untuk jatuh ke dalam kenikmatan mengutuki kesusahan tetapi justru membuat hati manusia sadar atas keterbatasannya bahwa manusia masih hidup di “ exile “ agar manusia senantiasa terus berakar di dalam Tuhan dan menjalani kesusahan dengan fighting spirit yang optimis. Marilah kita pelayan Tuhan, terus berakar di dalam Firman Tuhan dan berjuang dengan fighting spirit yang optimis untuk melihat janji Tuhan yang akan digenapi yaitu jiwa-jiwa yang pulang ke Rumah Bapa dengan sukacita. Amen.

Dalam Sukacita-Nya
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

Wednesday, February 07, 2007

Kairos in Kronos

Manusia tidak mungkin dapat melepaskan diri dari keterikatan dan keterbatasan waktu, sebagaimana manusia dibatasi oleh lokasi dunia dan alam semesta maka demikian juga kita semua bersama-sama diikat dan dibatasi oleh waktu. Di dalam Greek Philosophy, seorang filsuf bernama Heraklitos pernah menyatakan sebuah prinsip " one cannot step into the same river twice ". Sebuah hipotesa yang menyatakan bahwa " everthing is in an eternal flux or change - becoming " yang maksudnya bahwa momen akan terus berubah meskipun berada di dalam waktu yang sama, lokasi yang sama, orang yang sama tetapi pasti ada yang berbeda. Oleh karena itu adalah sebuah perkara yang " impossible " jika kita bisa melihat suatu " possibility of repeating an action with sameness ". Hipotesis dari Heraklitos sebenarnya mengajak setiap kita berpikir dan belajar membedakan dalam perjalanan waktu ada momen-momen yang tidak pernah " sameness ". Oleh karena itu kita harus membedakan apakah itu waktu dan momen.

Dalam buku " Waktu dan Hikmat " karya Pdt. Dr. Stephen Tong, definisi waktu ( kronos ) adalah waktu yang berjalan secara mekanis dan definisi momen ( kairos ) adalah suatu saat di dalam waktu yang tidak akan terulang kembali. Melihat dari definisi diatas maka pertanyaan yang muncul adalah hidup kita ditentukan oleh kronos atau kairos ?

Hidup kita bukan dibentuk oleh waktu yang mekanis ( kronos ) justru momen ( kairos ) lah yang membuat kita belajar mengerti bagaimana kita menemukan momen yang berharga dan kekal dimana seringkali kita membiarkan waktu itu lewat begitu saja tanpa pengertian yang benar sehingga semua momen tersebut " no meaning ". Dalam buku " The Purpose Driven Life ", Rick Warren menawarkan spiritual journey selama 40 hari yang mungkin menjadi momen penting ( kairos ) bagi new believers atau sebagian orang kristen tuk mempersiapkan diri mereka menuju kekekalan. Rick Warren mempercayai bahwa 40 hari itu biblical karena Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah menganggap 40 hari adalah periode waktu yang penting secara rohani. Kapanpun Allah ingin mempersiapkan seseorang bagi tujuannya , Allah mengambil 40 hari. Menurut hemat saya, Rick Warren telah berani memutlakkan 40 hari spiritual journey adalah " kairos " mutlak yang Tuhan berikan kepada orang yang dipersiapkan Tuhan. Apakah penentuan Warren ini bisa diterima ? Tidak ! Allah tidak pernah berkata bahwa 40 hari adalah mutlak satu-satunya metode pemulihan rohani maupun pengenalan rohani. Tuhan justru tidak terlimitasi dengan 40 hari tersebut, justru Tuhan bisa memakai sewaktu-waktu untuk mempersiapkan orang-orang pilihan-Nya. Memang benar ada beberapa orang mengalami secara 40 hari , tetapi ada juga yang mengalaminya seumur hidupnya maupun mengalami hanya beberapa waktu bahkan kurang dari 40 hari ( seperti penjahat yang disalib disamping Tuhan Yesus ). Menurut saya, Rick Warren sudah terlalu lancang dalam menetapkan waktu " kairos " yang membuka pintu ambiguitas bagi mereka yang belum alami 40 hari tersebut. Mari kita kembali melihat " kairos " adalah semata-mata anugerah Allah kepada kita dimana kitapun harus bisa melihat, menangkap dan menggunakan sebaik-baiknya di dalam otoritas-Nya untuk kemuliaan Tuhan.


Solideo Gloria

Dalam Anugerah-Nya
Ev. Daniel Santoso, Beijing, China

Tuesday, February 06, 2007

Silent and Action

Elia adalah hamba Tuhan yang memiliki pengalaman hidup melayani Tuhan yang luar biasa dimana ia berani mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel ; namun setelah memenangkan pertempuran tersebut, ironisnya ia justru kehilangan kemenangan tersebut dan mengalami depresi berat untuk mengasihani diri.
Warren Wiersbe menafsirkan dalam bagian ini
1. Elia kehilangan perspektif dari ketakutan. Elia baru saja membunuh nabi-nabi palsu Baal, tetapi seorang perempuan membuatnya takut. Ia baru saja berdoa memohon api dari surga tetapi seorang perempuan ( Izebel ) menyebabkan ia melarikan diri dan kehilangan perspektif. Seringkali ketakutan kita membuat kita terlalu membesar-besarkan ketakutan kita sehingga “ kacau “. Efek dari ketakutan adalah TERROR.
2. Elia kehilangan kesabaran beriman. Kurang sabar menunggu waktu yang Tuhan tetapkan untuk diam mencari pimpinan Tuhan tetapi pergi menyelamatkan nyawanya. ( I Raja 19:3 ). Kenapa kita seringkali gagal di dalam pelayanan ? karena kita kurang sabar dengan keputusan Tuhan dan kita lebih menyukai keputusan kita yang paling tidak memberikan jaminan malah menjatuhkan kita.

3. Elia kehilangan sentuhan pribadi karena minoritas. Elia hamba Tuhan yang setia yang bukan hidup seorang diri tetapi hidup berkomunitas.

4. Elia kehilangan tujuan hidup minta mati. Elia berdoa memohon Tuhan mencabut nyawanya tetapi Tuhan tidak mencabutnya karena Tuhan memanggil Elia untuk memulihkan bangsa Israel pada penyembahan kepada Tuhan yang sesungguhnya. Saat Elia minta mati, apakah Firman akan mati ? Tidak ! Justru jika Elia mati, Pertama, Pekerjaan Tuhan akan terus berjalan dan memberkati umat-Nya karena Allah tidak tergantung pada manusia. Kedua, Jika Elia mati maka ia mungkin kehilangan kesempatan untuk menaiki kereta kemuliaan menuju Surga !

Jika kita menawan diri di dalam penafsiran Warren Wiersbe maka kesimpulan sementara kita yang realistik yaitu Elia tidak sekuat yang kita duga. Rupanya Elia hanyalah manusia biasa yang bisa mengalami “ depresi “.

Ia memprediksikan dirinya telah selesai menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepadanya menghadapi ;

1. orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu. Jiwa “ Traitor “
2. orang Israel meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu. “ Agresor “
3. orang Israel membunuh nabi-nabi-Mu. “ Killer “
4. Ia seorang diri. “ Loneliness “
5. Mereka ingin mencabut nyawa Elia. “ Terorist “

Inilah gambaran pelayanan Elia yang sebenarnya memberikan cermin bahwa itulah pelayanan real kita juga, di dalam pelayanan sendiri kita mungkin bertemu dengan orang sendiri yang berjiwa “ traitor “, “ agresor “, “ killer “, “ terorist “ dan diri sendiri yang “ lonely “. Jangan kaget apabila ada anak Tuhan yang menghancurkan anak Tuhan yang lain karena itulah realita yang realistik. Meskipun mereka mungkin berkata kita sama di dalam Kristus tetapi secara esensial, “ peleburan “ aplikasi mereka dengan interpretasi belum “ synchronize “ dengan baik menjadi seperti statement besar dari John M Frame “ Interpretation and Application is the same thing “.

Karakter Elia keras seperti angin, gempa bumi, api tetapi Tuhan tidak berada disana. Malah Allah hadir dalam Bunyi sepoi-sepoi = suara kesunyian yang lemah lembut. Siapakah yang sebenarnya silent ? Tuhan atau Kita ? Seringkali kita membenarkan diri untuk mengatakan bahwa “ Dimanakah Engkau, Tuhan saat aku mengalami kesepian seperti ini “ padahal sesungguhnya Dia terus bekerja dan berbicara kepada kita dan kita semestinya belajar untuk silent, bukan dengan memberikan prediksi-prediksi yang mengasihani diri sendiri dan menganggap diri sudah melakukan apa yang Tuhan mau.

Ada hak apa Elia memberikan prediksi seperti itu ? No More Question from God but God said “ Go, Return on your way to the wilderness of Damascuss … “. Problem adalah
1. kita terlalu “ talkactive “
2. “ complain to God “, mental “ aku sudah kerjakan “ pasti jatuh ke dalam stagnasi alias tidak mengalami kemajuan mutu dan kualitas – mestinya kita lebih rendah hati untuk pikirkan “ apa yang aku belum kerjakan “ sehingga kita terus mencari serta meraba rencana kekal Tuhan yang sulit kita nikmati tanpa Anugerah-Nya. Allah memerintahkan Elia pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang ia belum selesaikan. Akhirnya ia kembali “ direcharge “ Tuhan tuk berjuang melayani Tuhan ! Bagaimana dengan saudara dan saya ?

Dalam Kisah-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, R.O.C

wake up, you true church

Nats : Markus 13:1-2

Dalam sejarah kekristenan khususnya di benua Asia banyak mencatat fenomena perusakan gereja seperti The Boxer Rebellion dengan segala kebencian mereka terhadap negara imperialisme Barat yang mayoritas beragama kristen, membakar gereja-gereja megah di kota Beijing, Tian Jin, Xian, etc. Indonesia, gereja-gereja di Situbondo, Surabaya, Jakarta, Ambon dibakar sana sini untuk melenyapkan rasa “ Aman “ beragama di negara pluralis oleh massa yang dipimpin oleh gerakan anti-kristenisasi maupun anti-imperialisme Barat pula. Sebuah statement keluar dari seorang awam yaitu Oh, Gereja Tuhan sudah diambang kehancuran ! Benarkah demikian ? Jika memang Gereja Tuhan sudah diambang kehancuran, pertanyaan saya adalah mengapa jumlah orang kristen semakin pesat ? apakah ada perbedaan konsep mengenai Gereja Tuhan disini ? jika demikian, apakah definisi Gereja Tuhan sebenarnya ?

Dalam Perjanjian Lama, orang Yahudi harus pergi menuju ke Bait Allah untuk bertemu dengan Allah. Hanya melalui Bait Allah, manusia baru dapat memperoleh “ kedamaian “ berkontemplasi dan bermeditasi di dalam Allah. Tidak heran, jika Bait Allah dipenuhi oleh kerumunan orang, “ bersaing “ satu ama lainnya memberikan persembahan korban yang beragam variasinya karena konsep yang mempengaruhi mereka bahwa disanalah mereka dapat bertemu dengan Allah. Pertanyaan saya, saat mereka mencari Allah di Bait Allah, adakah hasil yang memberikan “ solusi “ keselamatan dan kedamaian kekal ? Apakah saat orang kristen pergi ke gereja pasti akan menerima kepastian bahwa Ia akan diselamatkan dan memperoleh kehidupan kekal selama-lamanya ? Jawabannya adalah Tidak cukup !

Dalam hal ini kita harus membedakan mana Bait Allah dan mana Gedung Bait Allah. Dalam Injil Markus 13:1-2 kita melihat statement seorang murid Yesus yang berkata kepada-Nya “ Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu ini dan betapa megahnya gedung-gedung itu “. Murid Yesus tersebut terpesona melihat “ design “ yang tahan lama dan “ estetika arsitektur “ yang mengagumkan bagi tradisi Yahudi, kehormatan Yahudi maupun Sejarah Yahudi. Tetapi apakah itu yang terpenting ? semestinya hal ini juga menjadi perenungan pribadi kita semuanya, selama ini kita berkecimpung di dalam pelayanan Gereja, Ibadah maupun Ceremony tetapi adakah yang terpenting di sana ? Orang Yahudi memiliki tradisi yang tinggi, kehormatan yang tinggi dan sejarah kebudayaan yang tinggi juga tetapi itu hanyalah form dari religion saja. Dimanakah poin yang terpenting ? God of religion ! Apakah selama ini kita beragama, beribadah ataupun melakukan pelayanan tanpa Tuhan ? Yesus memberikan jawaban yang menggoncangkan tradisi, kehormatan dan sejarah Yahudi “ Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini ? Tidak satupun batu akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan “. Pemikiran orang Yahudi dimana ada Bait Allah, disitulah Allah berada tetapi saat Yesus mengatakan statement tadi, jika demikian dimanakah Allah ?

Gedung Bait Allah itu penting tetapi secara fungsi hanyalah sarana untuk bersekutu dengan jemaat lainnya. sedangkan Bait Allah adalah
setiap orang yang percaya kepada Kristus sebagai juruselamat dan Roh Kudus diam diatas mereka ( I Korintus 3:16, 6:19, II Korintus 6:16 ).
Di dalam Efesus 2:19-21, Rasul Paulus menegaskan bahwa orang yang percaya Yesus Kristus bukanlah “ strangers “ tetapi sudah menjadi keluarga Allah yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi yaitu Kristus adalah batu karang yang kokoh.
Hanya di dalam Kristus manusia dapat memperoleh tempat kediaman yang “ nyaman “ di dalam Roh. ( It is well in my soul ).

Maka, Gedung Gereja jika dipenuh sesak oleh manusia-pun masih gak mampu membawa manusia kembali dan berdamai dengan Allah, Oleh karena itu Allah mengirimkan Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus datang ke dunia fana untuk memberikan solusi keselamatan dan kehidupan kekal selama-lama-Nya. Puji Tuhan ! Manusia tidak perlu lagi membakar korban bakaran karena Yesus Kristus telah menjadi korban hidup !

Jika 3 poin di atas merupakan Gereja Tuhan yang “ sesungguhnya “ maka pertanyaan kita adalah bukankah mereka juga mengalami penderitaan ? Mengapa Allah mengizinkan penderitaan melanda mereka ? Saya belajar sebuah kebenaran rohani yang mengajarkan saya bahwa terkadang Allah mengizinkan penderitaan melanda jemaat maupun orang kristen untuk memberikan “ Skak Mat “ kepada kita. Apakah maksudnya ? Hey pelayan-pelayan Tuhan, apa yang sedang kita kerjakan hari ini ? Kita sebagai pelayan Tuhan terlalu mencintai diri kita sendiri sehingga hanya mau berkecimpung dalam gedung gereja tanpa mempedulikan urusan-urusan jemaat di luar gedung gereja. Bukankah pelayan Tuhan semestinya selain menggembalakan program-program dalam gedung gereja plus menggembalakan kawanan domba Allah yang dipercayakan Tuhan kepada kita di dalam dunia ? tubuh kita adalah Bait Allah maka bagaimana kita berfungsi untuk memberikan supply baik secara doktrinal, spiritual maupun material ( jika perlu ). First Thing First !

Jika kita memahami panggilan kristen kita sebagai Bait Allah secara benar maka :
Kita pasti akan semakin mencintai sesama kita yang mengalami penderitaan maupun kesepian.
Kita membangun reruntuhan manusia yang rusak karena dosa-dosanya tuk menjadi Bait Allah yang kudus dan Allah dimuliakan disana melalui pekerjaan Roh Kudus. Kita harus mengingat bahwa Iblis selalu rajin di dalam menularkan “ spyware-spyware “nya dan meracuni manusia maka bagaimana kecepatan kita yang dipanggil sebagai “ Anti-Virus Spyware “ ? Jangan-jangan kita masih terlampau lamban mengabarkan Injil Tuhan baik di dalam gedung gereja maupun di luar gedung gereja !

Sekali Lagi, Gereja Tuhan bukan terbuat dari batu marmer yang bagus mengkilap dan kuat. Tetapi Gereja Tuhan yang sesungguhnya adalah darah dan daging manusia yang lemah yang perlu “ DIBANGKITKAN “ di dalam KRISTUS. Biarlah setiap kita dapat melihat sebuah “ preveilege “ dari Tuhan untuk menjadi orang kristen yang mensupply Kebenaran kepada orang lain tetapi biarlah kita juga dapat melihat sebuah “ warning “ buat kita sendiri sebagai orang kristen apalagi pelayan Tuhan, prioritas pelayanan kita berada di mana ? urusan program gedung gereja / jiwa-jiwa ?

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Shanghai, China

Penghiburan Rohani

Setiap manusia membutuhkan penghiburan rohaniah dari Tuhan, Thomas A Kempis memberikan sebuah “ explanation “ :

1. Penghiburan rohaniah sungguh melebihi kesenangan dunia dan kenikmatan daging yang hampa dan mencemarkan. Penghiburan rohaniah suci dan dituangkan oleh Tuhan di dalam jiwa yang suci murni. Ironisnya tak ada seorangpun yang dapat selalu menikmati penghiburan rohaniah ini sesuai dengan kehendaknya sendiri karena bergumul dalam percobaan.

2. Ironisnya kebebasan hati kita semua alias palsu dan kepercayaan terhadap diri sendiri terlalu besar. Kenapa bisa terjadi demikian ? Karena kita kurang percaya secara fullhearted terhadap janji Tuhan. Janji Tuhan memiliki hubungan yang erat dengan perintah Tuhan. Lakukanlah perintah Tuhan karena di dalamnya ada janji Tuhan. Justru pada saat kita melakukan perintah Tuhan maka kita akan menikmati janji Tuhan. Kembali kita mengimani Katekismus Westminster pasal 1, Tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan. Kedua, karena kita lebih suka memerintah Tuhan ketimbang kita diperintah. Unsur egoisme kita seringkali membutakan diri terhadap janji Tuhan yang memberikan kelimpahan kepada kita dalam berkat jasmani maupun rohaninya. Disini kita harus memiliki pengenalan diri dan menempatkan diri secara tepat di hadapan Tuhan. Thomas A Kempis memberikan statement keras yaitu “ Marahlah kepada dirimu sendiri dan jangan sampai kamu tinggi hati dan temukan dirimu yang kecil dan hina sehingga orang-orang dapat leluasa menginjak-injak kamu dan menjadikan dirimu sampah “. Memang betul kok dirimu gak punya apa-apa karena semuanya adalah milik Tuhan, milik kita hanya satu yaitu dosa kita sendiri, itulah sampah ! tapi seringkali kita menganggap diri sebagai “ sampah yang berharga “ padahal kita “ sampah “ yang patut dibakar oleh api yang menghanguskan !
3. Ku tak ingin penghiburan yang menghilangkan rasa bertobat dan saya tidak mau sombong. Matius 22:21 tertulis “ Berilah kepada Allah yang Allah punya “ maka kita manusia adalah kepunyaan Tuhan maka semuanya harus diberikan kepada Tuhan, tetapi justru kita tidak rela memberikan diri kita kepada-Nya karena kita menganggap kita pemilik diri kita, bukan Allah. Padahal paradigma kita salah ! justru kita adalah ciptaan Allah, milik Allah maka kita milik Allah kecuali satu yaitu dosa kita karena itu kita yang mau bukan Tuhan yang mau.


4. Pilihlah tempat yang paling rendah niscaya kita akan diberikan tempat yang paling tinggi sebab tempat tertinggi terletak di tempat terendah. Inilah teladan Kristus – Allah yang rela turun ke dalam palungan yang dianggap rendah tetapi justru inkarnasi Tuhan mengajarkan kita untuk memiliki kerelaan untuk turun ke dalam dunia yang “ rendah “. Bagaimana dengan kita ? kita lebih suka perintah sana perintah sini ketimbang turun sendiri dalam pelayanan. Kenapa demikian ? gak punya kerelaan !


5. Belajarlah mengucap syukur atas pemberian Tuhan baik kecil maupun besar meskipun penderitaan ada karena semuanya untuk keselamatan dan kebahagiaan kita, oleh karena itu tetaplah berdoa agar kita senantiasa menyadari anugerah Allah di setiap detik kehidupan kita. Problem kita adalah cinta kita kepada Tuhan belum kuat dan sempurna ? kenapa bisa demikian ?


5.1 Karena kesulitan sedikit aja, pekerjaan yang engkau mulai akhirnya engkau tinggalkan. Kesulitan membuat kita jenuh dan akhirnya membuat kita putus semangat dan meninggalkan pekerjaan itu. Justru kesulitan tetap membuat kita “ sukacita “ menjalan pekerjaan kita. Masalahnya soal kerelaan, kita kurang rela menjalani lika liku perjalanan pekerjaan kita dengan sukacita akhirnya alami kesulitan,ngomel. Tidak alami kesulitan, juga ngomel. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa itu jiwa pemalas, banci, gojik ! Belajarlah dari Mao Tze Dong – you gue nan, you pang fak, you shi wang – ada kesulitan, ada solusi, ada harapan. Oleh karena itu orang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan dan manusia pasti adalah orang yang kuat berdiri hadapi tantangan maupun percobaan.


5.2 Karena kita masih suka melihat “ nilai pemberian “ ketimbang “ perasaan kasih “. Jika kita hanya melihat nilai pemberian, saudara bisa seenaknya mengatakan ini bernilai dan ini tidak bernilai karena tidak sesuai dengan seleramu sehingga orang demikian jatuh ke dalam semangat matre ! berapa banyak orang memberikan hadiah dengan sungguh-sungguh dalam keterbatasan ekonominya tetapi dihina-hina didepan umum sehingga pemberi hadiah tersebut minder ! itu congkak namanya ! justru nilai kekalnya bukan disana tetapi perasaan kasih itulah “ meaningnya “.


5.3Kehilangan fokus untuk memegang teguh dan mengarahkan diri selalu kepada Tuhan. Tubuh manusia yang berdosa selalu berusaha melawan dan mengagalkan keinginan baik kita untuk confession kepada Tuhan maupun worship kepada Tuhan dan kita bukannya bergumul di dalam Tuhan tetapi kita sendiri memberikan “ excuse “ kepada diri sendiri – oh I am just human ! misalnya kita lakukan dosa besar tetapi gak pernah minta ampun kepada Tuhan, itu satanic mind ! justru saat musuh memberikan pikiran yang jahat dan kotor, kita harus usir dan katakan “ Enyahlah engkau roh jahat dan kotor ! Yesus akan sertaiku dan menjadikanku “ spiritual warrior “ dan kamu akan dibuat malu oleh-Nya “. Terkadang kita bisa jatuh bangun tetapi tetaplah bangun dan tetaplah berkali-kali bangun dan selalu rendah hati bersandar kepada Tuhan saja. Perjuangkanlah itu ! Belajarlah dari Pdt. Dr. Stephen Tong : kita harus memiliki :
- courage without fear ; keberanian tanpa takut
- consistency without compromise ; konsistensi tanpa kompromi
- fighting without surrender ; berperang tanpa menyerah.

Tuhan memberkati kita semua, Cia Yo !

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Xiamen, China

Kerelaan Hamba dan Kuasa Firman

Hidup manusia tidak lepas dari sejarah, momentum-momentum yang terus berjalan sampai hari ini yang memberikan beragam ekspresi manusia dari suka, duka, benci, dengki, iri hati, mengasihi, mengampuni, memperjuangkan, menyelamatkan dan sebagainya. Manusia dan sejarah tidak dapat dipisahkan satu dengan lain. Sejarah dimana Allah menciptakan dunia dan isinya dengan Firman-Nya. Sejarah yang disebabkan keinginan diri manusia tuk menjadi seperti Allah sehingga manusia “ fallen into sin “, tiada solusi bagi manusia untuk kembali seperti semula karena keberdosaan mereka jijik di hadapan Allah, hanya satu solusi yaitu Allah rela inkarnasi ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia kembali kepada-Nya, Oleh karena itu di dalam rencana kekal Allah, Yesus Kristus lahir, mati dan bangkit dari kematian untuk menyatakan Firman Tuhan yang memberikan “ Pengharapan “ kepada manusia. Sejarah bagaimana setiap orang beriman tidak hidup seorang diri tetapi Allah Roh Kudus yang senantiasa menyertai setiap orang pilihan-Nya dengan Firman Tuhan. Bukankah ini menunjukkan Firman Tuhan begitu berkuasa ? Firman-Nya menciptakan manusia, Firman-Nya memberikan pengharapan kepada manusia, Firman-Nya menyertai manusia, Betapa besar kuasa Firman-Nya !

Dalam konteks pelayanan hamba-hamba Tuhan, saya merenungkan betapa besar kehormatan para nabi, para rasul, para pendeta, para penginjil, kaum awam untuk melayani Tuhan di setiap ladang pelayanan mereka masing-masing, tetapi secara pribadi saya memiliki pergumulan teologis mengenai kenapa ada hamba Tuhan yang dipakai dengan begitu berkuasa ? ada hamba Tuhan yang tidak berkuasa dalam pelayanannya ? Dalam hal ini, kuasa yang saya mengerti bukanlah kuasa retorika manusia yang bisa dilatih secara berkala, kuasa yang saya gumulkan juga bukanlah kuasa massa kuantitas yang besar, kuasa yang saya tekankan disini adalah Kuasa Allah atas Firman Tuhan itu sendiri.

Secara pribadi, Saya menggumuli beberapa poin mengapa pelayanan orang kristen kehilangan “ enjoyment “ dan “ power “ padahal sudah memakai nama Allah sebagai meterainya ?

1. Problem terletak pada manusia itu sendiri yang tidak rela untuk ditahtai oleh Firman Tuhan. Sisi satu, Mereka tidak rela duduk diam untuk belajar mengerti kehendak Tuhan maupun perintah Tuhan tetapi bersibuk ria untuk menciptakan diskusi panel yang “ menarik “ untuk membawa jemaat untuk masuk ke dalam kerumitan teologis yang akhirnya memuaskan logika manusia tetapi intuisi mereka kering. Sisi lainnya, Mereka juga tidak rela bekerja secara dinamis untuk mengerti kehendak Tuhan maupun perintah Tuhan sehingga mereka lebih suka menciptakan “ sphere of heaven “ maupun “ heaven songs “ yang secara fenomenal kelihatannya lebih “ down to earth “ tetapi memberikan ruang lebih besar terhadap pembodohan-pembodohan kehidupan spiritual orang beragama karena kehilangan sebuah disiplin rohani untuk rela menerima kehendak dan perintah-Nya sebagai “ pedoman fokus hidup “ mereka sehingga intuisi mereka menjadikan diri mereka liar terhadap “ emotional fenomenal “. Sisi yang paling parah kondisinya yaitu budaya “ cuek “ terhadap setiap pergumulan-pergumulan manusia di dalam sejarah baik secara logika maupun intuisi dan menumpulkan usaha-usaha transformasi yang semestinya dikerjakan oleh kita sebagai orang Reformed yang dipanggil untuk berjuang di dalam mandat Injil maupun mandat budaya. Banyak orang kristen yang jatuh ke dalam semangat dualisme antara sacred dan secular yang harus dibaca sesuai perspektif masing-masing, sebagai contoh kasus – Jemaat MRII Taiwan – China banyak sekali terjun ke dalam dunia pendidikan khususnya Bahasa Mandarin yang kelak membawa mereka untuk berprofesi sebagai guru bahasa mandarin. Jika mereka menganut dualisme maka iman reformed injili tidak dianggap relevan terhadap profesi guru mandarin tersebut. Tetapi justru Reformed Evangelical Theology mengajak setiap manusia untuk melihat kuasa Firman Tuhan atas kehidupan sacred maupun secular. Kita bukan hanya dipanggil untuk mengabarkan Kristus atas Injil saja tetapi kita juga dipanggil untuk mentransformasi kebudayaan untuk kembali kepada Kristus karena Kristus telah mengalahkan dunia. Jika kita masih mengadopsi sistem dualisme di dalam pemikiran akademis kita maka saudara tidak mungkin bisa memahami Bush saat memjawab sebuah pertanyaan simple yaitu siapakah filsuf favorit anda ? yang dijawab oleh Bush yaitu Yesus Kristus. Bagian ini digumulkan oleh seorang penulis senior Indonesia yaitu Goenawan Mohamed. Menurut pendapat Goenawan Mohamed, semestinya seorang kristen lazimnya tidak akan menganggap Yesus seenteng itu tetapi Bush melakukan hal tersebut. Kedudukan Bush sebagai Presiden United States of America menghidupkan “ Bible Study “ di White House, Washington D.C mengusik tokoh-tokoh dualisme, salah satunya yaitu Goenawan Mohamed. Disini Bush memberikan spiritual insight kepada kita bahwa Kristus berada di atas kebudayaan karena Penciptaan Alam Semesta dan Kebudayaan berada dibawah kedaulatan Allah maka God Transformed Culture menjadi spirit perjuangan yang semestinya mempertobatkan setiap manusia untuk kembali bercermin merenungkan dan melaksanakan upaya perjuangan bagaimana budaya harus setia memancarkan keindahan Sang Pencipta Budaya itu sendiri. We need to repent !

2. Kita tidak rela didisiplinkan oleh Firman. Firman Tuhan memiliki “ kekakuan “ dan “ kedinamisan “ yang dapat mengarahkan manusia untuk menjalani kehidupan penuh makna serta melangkah pasti menuju fokus kekekalan yang memberikan pengharapan optimistik yang sejati. Ironisnya, banyak orang kristen sendiri kurang menghargai “ kekakuan “ serta “ kedinamisan “ gerakan dari Firman Tuhan sehingga penghormatan dan respek kita kepada Firman Tuhan kurang memberikan implikasi yang sejati untuk setia kepada Firman-Nya. Disini kita perlu untuk menyelami konsep nilai dan positioning kita terhadap Firman Tuhan, Apakah Firman Tuhan bernilai dalam hidup kita ? Jika Firman Tuhan tidak bernilai maka kita tidak akan mungkin respek terhadap Firman tersebut. Kedua, Bagaimana kita memposisikan diri terhadap Firman Tuhan ? Apakah Firman Tuhan terletak di atas kita ataupun di bawah kita ? Jika Firman Tuhan terletak di atas kita maka kita harus setia kepada Firman karena kita hanyalah hamba Firman yang menerima visi Firman dan melaksanakan secara kontekstual visi Firman tersebut dalam kehidupan manusia baik secara sacred maupun secular. Jika sebaliknya maka kita memiliki kekuatan untuk memperbudak kuasa Firman sehingga kita kelihatannya tuan atas Firman tetapi sebenarnya kita adalah pemberontak Firman Tuhan itu sendiri.

3. Kita lebih mendambakan manusia memiliki “ freedom of expression “ yang luas dan meredam suara kenabian Firman Tuhan terus terjebak ke dalam kesempitan pemikiran Firman Tuhan yang menurut mereka digambarkan mirip seperti katak di dalam tempurung alias kuper. Sebenarnya saat kita berbicara mengenai freedom maka sebenarnya apakah freedom menyelesaikan masalah ? justru kita melihat bahwa freedom terkadang merusak opini-opini klasik yang anggun menjadi opini picisan yang tidak memiliki keanggunan. Terkadang freedom justru bikin liar dunia. Misalnya ; Free Sex di United States of America dari tahun 1930 sampai tahun 2006 telah merusak berapa generasi yang kehilangan kemurniaan di dalam kehidupan seksual mereka dan masuk ke dalam dunia gelap yang “ melegalkan “ dosa manusia menjadi lebih liar dan diterima oleh masyarakat yang membutuhkan “ freedom of expression “ tersebut. Menurut saya, kita harus kembali kepada konsep nilai dari Freedom itu sendiri – meskipun freedom of expression diberikan kepada manusia di seluruh dunia tetapi bukan berarti saudara dan saya merindukan ekspresi yang bebas alias liar menilai diri sendiri yang “ tidak rela “ tetapi justru kuasa Firman Tuhan mampu membawa orang yang sudah “ full spirit “ untuk berjuang mati-matian untuk kemuliaan-Nya. Justru Firman Tuhan memerdekakan saudara dan saya dan Firman Tuhan membebaskan kita untuk dapat melayani Tuhan. Oleh karena itu marilah kita kembali dalam fokus kita untuk melihat Kuasa Firman Tuhan yang real terjadi dan biarlah doa kita terus terpanjatkan melalui bahasa dan vocabulary sederhana kita untuk melayani Tuhan karena Kristus bertahta dalam hidup percaya dan kita belajar konsisten taat kepada-Nya. Jangan saudara takut ! Tetap semangat ! Puji Tuhan !

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Wisma Kinasih, Sukabumi






Kuasa Firman dan Minoritas

Usia dunia semakin lama semakin tua, pengalaman manusia semakin bertambah, semakin tinggi segala perkembangan ilmu pengetahuan, ironisnya semakin gelap hati manusia sehingga tidak mampu lagi memantulkan hidup yang sejati karena manusia sudah tidak lagi mencintai Allah melainkan membius dirinya untuk mencintai dirinya sehingga overdosis.

Kenapa Kristus datang ke dunia ini ? Kristus datang untuk membawa bangsa yang mengalami overdosis ini untuk sadar bahwa dirimu telah “ fallen into sin “ dan manusia perlu “ keselamatan “ dan “ syalom “. Di dalam Superman Return, secara general menggambarkan dunia yang memerlukan keselamatan dan damai sejahtera melalui seorang figur juruselamat yaitu Superman. Ketika Superman menghilang, dunia begitu merindukan keberadaannya sehingga dimasa vaccum dunia akhirnya berbalik membenci superman. Ekspresi tersebut diwakili oleh Lois Lane yang menuliskan sebuah makalah kontemporer “ Why The World Doesn’t Need Superman “ tetapi singkat cerita saat Superman kembali menyelamatkan dunia, Lois Lane yang awalnya membenci akhirnya kembali berharap optimistik terhadap Superman dan menuliskan kembali “ Why The World Need Superman “. Inilah sebuah kebenaran general bahwa dunia membutuhkan keselamatan dan damai sejahtera tetapi siapakah Superman yang sesungguhnya ? Clark Kent ? George Bush ? Donald Trump ? Samuel Hungtinton ? Benny Hinn ?

Dalam Alkitab, ada sebuah cuplikan serius yang membuat setiap kita untuk kembali merenungkan bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia yang real. Yesus melayani dari satu tempat ke tempat yang lain dengan “ antusiasme “ yang begitu berkobar-kobar menyatakan keselamatan maupun damai sejahtera melalui setiap Firman Tuhan yang keluar dari mulut-Nya. Disini pelayanan Yesus pun tidak lepas dari Firman Tuhan yang memberikan pengharapan kepada manusia yang membutuhkan keselamatan maupun damai sejahtera. Disini Yesus memimpin sebuah gerakan yang revolusioner karena ia memimpin gerakan yang kelihatannya kecil dan minoritas tetapi justru disini gerakan yang minoritas ini memiliki pengaruh yang begitu luas. Pernahkah engkau membayangkan kekristenan yang dimulai dari segelintir orang akhirnya mempengaruhi dunia sehingga jutaan orang menjadi penganut kristen. Saat Yesus melayani Tuhan, banyak murid berbondong-bondong – mengikuti Tuhan, pertanyaannya apakah mengikuti Tuhan pasti memiliki motivasi pengikutan yang baik ? Jika kita melihat pengikut Tuhan, kelihatannya banyak tetapi ada tidak pengikut Tuhan yang setia ikut Tuhan sampai mati ? Jawabannya terlalu sedikit orang yang mengikut Tuhan setia sampai mati.


Refleksi ini membuat saya merenungkan perjalanan gerakan reformed injili, banyak orang berbondong-bondong terjun dalam pelayanan di bawah gerakan reformed injili tetapi apakah semuanya memiliki motivasi benar ? Di dalam pelayanan Yesus, ada seorang pengemis buta yang namanya Bartimeus yang memohon berkat Tuhan. Siapakah Bartimeus ? Ia hanyalah seorang pengemis yang dianggap “ low class “, “ minority “, “ low power “, “ low profit “. Apakah orang yang memiliki kondisi seperti ini tidak layak memohon berkat Tuhan ? respon murid-murid-Nya yaitu menegornya dengan one statement “ SHUT UP “. Disini Bartimeus dibawa kepada suatu kondisi bahwa posisinya tidak layak membuka mulut untuk meminta berkat Tuhan. Apakah itu benar ? Justru kisah Bartimeus memberikan “ spiritual insight “ kepada setiap untuk kita ! Pertama, Bartimeus memanggil “ Yesus, Anak Daud, Kasihanilah Aku “, dalam Lukas “ Tuhan, Kasihanilah Aku “. Disini kita dapat belajar melihat iman Bartimeus yang Kristologis yaitu Yesus adalah Tuhan. Darimana ia belajar Kristologi ? Ia tidak pernah masuk sekolah theologia tetapi ia menerima kesempatan dari Allah untuk percaya kepada Yesus sebagai Allah – disini Bartimeus melakukan loncatan iman ( leap of faith ) untuk beriman kepada-Nya. Kedua, Jikalau setiap anak Tuhan mendengar Firman Tuhan dengan hati yang seperti ini, saya percaya Tuhan akan membangkitkan pahlawan-pahlawan iman yang kuat dan memiliki “ fighting spirit “ dengan kerinduan besar bahwa hari ini saya harus diberkati oleh Tuhan, saya tidak mau mendengar khotbah dengan percuma tetapi saya harus mendapatkan berkat Tuhan !


Biarlah teriakan Bartemeus menjadi teriakan kita untuk memohon keselamatan maupun damai sejahtera yang satu-satunya hanya melalui satu-satunya nama yaitu Yesus Kristus. Ketiga, Saat Tuhan memberikan berkat-Nya kepada Bartemeus, bagaimana respon Bartimeus dan pengikut Tuhan lainnya ? Banyak orang menerima berkat Tuhan lalu melupakan Tuhan tetapi justru Bartimeus mengambil aksi respon untuk mengikut Tuhan karena ia sadar siapakah Yesus ( Guru / Tuhan ) maupun siapakah diri sendiri ( Pengemis / Minoritas / Dosa ). Kesadaran inilah yang ditekankan oleh John Calvin di dalam Institues of Christian Religion. No knowledge about God without know about man, No knowledge about man without know about God ! Mari kita belajar memposisikan diri kita tepat pada tempatnya sehingga kita bisa menjalani sebuah kehidupan yang integrated di dalam Kristus. Terakhir, Saat Bartimeus berespon, pengikut lainnya memuliakan Tuhan. Ini menunjukkan sebuah kebenaran rohani bahwa satu jiwa bertobat maupun diberkati maka pengikut Tuhan bersukacita karena berkat Tuhan memberikan kesempatan berharga bagi orang untuk menikmati anugerah Allah. Bagaimana dengan kita ? Jangan-jangan kita kehilangan kebersamaan bersukacita atas berkat Tuhan yang dinikmati oleh orang lain. Kita bukan hidup seorang diri maka saat Allah memberkati orang lain, biarlah kita belajar untuk melihat berkat Tuhan yang orang lain nikmati mengajarkan kita bahwa itupun menjadi berkat buat kita untuk melihat pekerjaan Tuhan itu real tanpa tipuan kepada orang lain dan sadar bahwa pekerjaan Tuhan atas hidup kita pun real dan bukan tipuan. Solideo Gloria !

Dalam Anugerah-Nya
Daniel Santoso
Wisma Kinasih, Sukabumi

Peace on Earth

Nats Alkitab : Lukas 2:8-14

Mengapa hari ini setiap kita diajak untuk mendengarkan renungan Natal pada hari ini ? Karena Natal memiliki kedalaman “ meaning “ yang belum pernah dikerjakan oleh siapapun dan belum pernah “ exist “ di zaman manapun ! Oleh karena itu, Natal menyimpan “ meaning “ yang misterius tetapi memberikan pengharapan kepada kita semuanya.

Saat sekumpulan malaikat menampakkan diri pada para gembala di Betlehem, mereka berkata “ Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia, yang berkenan kepada-Nya “. Saat saudara dan saya membaca statement tersebut, apakah yang terlintas di dalam benak saudara sekalian ? Imajinasi saya sedang meragukan para gembala yang “ langsung percaya “ dengan statement malaikat tersebut. Bukankah sejak nabi Maleakhi, vaccum “ statement Ilahi dari Sorga “ selama 400 tahun ? jika kita melihat statement Ilahi dari malaikat kepada para gembala dibandingkan dengan konteks zaman sekarang maka kita mungkin akan bersikap “ skeptic “ serta mengharapkan bukti-bukti ilmiah yang rasional untuk membuat setiap kita mengerti statement Ilahi-Nya.

Kedua, Benarkah Damai itu datang ke bumi ? Bukankah statement ini aneh ? Kalau kita melihat di dalam konteks sekarang maka kita justru melihat dunia sedang “ asyik “ berperang dan bencana terus dialami oleh manusia sehingga mematikan jiwa terus menerus. Damai di bumi, statement apaan ini ! Be Realistic donk ! Lihat, orang kristen bukannya memperoleh kedamaian di bumi, malah gerejanya dibakar, rumahnya dijarah, anak mereka diperkosa, bahkan mereka dipenjarakan dan mati martir karena diteror gerakan anti – Kristus. Melalui realita ini, masihkah engkau bicara “ damai “ ?

Ketiga, Saat Damai itu datang ke bumi maka Kehendak Baik di antara manusia, manusia memiliki kehendak baik dengan “ others “ ? kalau ada maunya, Iya Betul ! Jika itu menguntungkan, Okay, why not ? Bukankah sebagian orang kristen memiliki mental seperti itu ? kita seringkali merugikan sesama orang kristen sendiri sehingga akhirnya identitas kekristenan kita menjadi batu sandungan orang lain untuk mempercayai diri orang kristen maupun Yesus Kristus.

Secara doktrinal, ketiga pertanyaan tadi hendak mempertanyakan apa ? Kedaulatan Allah dan Rencana kekal Allah. Come on, You Tell Me, What is exactly means of Peace on Earth ? Dalam Film Superman Return, Lex Luther berusaha memberikan jawaban bahwa “ Allah tidak mungkin mensharingkan kepada manusia setiap kekuatan-Nya atau knowledge-Nya “. Sebuah gambaran skeptic Lex Luther terhadap Allah yang sebenarnya juga membuat setiap kita bercermin terhadap diri kita sendiri bahwa seringkali kita skeptic terhadap Kedaulatan Allah maupun Rencana kekal Allah. Seperti Lois Lane ( Superman Returns ) memperoleh penghargaan jurnalistik atas sebuah karya kontemporer yang ditulisnya yaitu “ Why the world doesn’t need Superman ? “ yang memberikan conclusion bahwa “ no more saviour “.

Dimanakah Damai itu ? Yesus pernah berkata bahwa Damai yang Kuberikan bukan seperti apa yang dunia berikan ! Oleh karena itu “ Damai “ yang Tuhan berikan bukanlah sesempit apa yang dipikirkan oleh manusia tetapi Damai yang “ universal “ dan meaningfull yaitu Damai diselamatkan oleh Anugerah di dalam Kristus. Disini kita bisa mengaminkan “ Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi “ karena manusia tidak bisa mendeskripsikan maupun meniru kemuliaan-Nya dengan kapasitas sempit mereka.

Saat Superman mengajak Lois Lane terbang ke atas langit dan mereka melihat ke bawah, keindahan lampu-lampu gedung pencakar langit yang menyala maupun cahaya lampu mobil lalu lalang yang memberikan warna-warni dalam pemandangan mereka, Lois Lane hanya melihat “ perfect view of city “ yang mengagumkan. Bagaimana dengan Superman ? Ia justru melihat “ complicated situations in the perfect view of city “ yaitu They Need Help ! Lois Lane tidak bisa mendengarnya ! Superman bisa mendengarnya ! Apa yang kita bisa pelajari dari bagian ini ? Banyak orang yang tidak bisa mendengar seperti Lois Lane, dimanakah damai di bumi itu, mereka menganggap damai itu berada di tangan presiden, teroris, selebritis, milioner dan sebagainya. Itu hanyalah kedamaian yang fana ! Allah melihat kedamaian yang manusia perlukan adalah kembali bertemu Bapa di So
rga yang kekal hanya melalui Kristus Yesus. Inilah arti sebuah Inkarnasi !

Biarlah melalui Hari Natal ini saat kita bukan hanya bersukacita karena menerima kado saja tetapi kita bersukacita karena kita menikmati satu-satunya kado yang memberikan kedamaian sejati tuk pulang ke Sorga kekal, hanya melalui Yesus Kristus ! maukah saudara beriman dan berkenan kepada-Nya hari ini ? Maukah engkau memberitakan Kristus bagi orang yang belum bisa mendengar-Nya ? Puji Tuhan !

Dalam Kedamaian-Nya
Daniel Santoso
Shanghai, China

Love in the fearful land

Semakin tua umur dunia, semakin bertambah ilmu dan pengalaman manusia, semakin gelap hati mereka sehingga tidak mampu lagi memantulkan kesejatian hidup dan hanya mampu mengira-ira kebutuhan dan kepentingannya. Semakin bertambah jumlah manusia, semakin bertambah kemungkinan konflik antara mereka. Kenapa bisa demikian ? karena KASIH telah pudar dan ditertawakan oleh orang.

Pada mulanya hari natal hanyalah sebuah momen penting kelahiran Yesus Kristus ke dunia yang hanya dihadiri oleh segelintir orang tetapi kini telah menjadi hari besar yang dirayakan oleh miliaran jiwa di seluruh dunia. Bahkan agama kristen yang pada mulanya hanya dianut oleh segelintir manusia , kini telah menjadi agama raksasa terbesar di dunia. Menakjubkan, bukan ? Kehadiran Yesus dalam sejarah manusia bagaikan kobaran api kasih yang menyala diantara dunia yang gelap.

Saya bangga memproklamasikan apa yang pernah didengungkan oleh Agustinus yaitu : Kristus mengalahkan dunia. Seluruh pemimpin di dunia berdiri dan menghormatiNya. Ia merendahkan semua penguasa di dunia. Bukan dengan panji kemenangan, melainkan kasih melalui palungan hina. Ia mengalahkan dunia hanya dengan kematianNya di kayu salib yang kotor itu, dan tidak dengan senjata. SalibNya yang terpancang di atas tanah itu menjulang tinggi dan Ia menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya. Ia menderita di dunia, Ia mati, dan Ia mengalahkan semuanya. Dunia bertekuk lutut di hadapanNya. Aku bertanya kepadamu, adakah yang lebih berharga daripada perhiasan yang melekat di mahkota seorang raja? Jawabnya adalah ya. Salib kotor Kristus itu lebih berharga daripada seluruh perhiasan di dunia. Kasihilah Kristus, dan engkau tidak akan pernah lagi merasa hina.

Di Zaman Agustinus, orang-orang kristen dibenci sehingga mereka menjadi mangsa binatang buas di gladiator – suasana menyenangkan tetapi mencekam. Tetapi jangan kuatir karena Kristus menjaga dan memelihara jemaat-Nya. Ketika Agustinus mengalami pertunjukan semacam ini, ia melihat orang-orang memberikan dua reaksi yang berbeda. Reaksi yang pertama adalah reaksi dari para sensualis—mereka yang menjerit dan berteriak ketika Martir-Martir Kristus itu dimakan oleh binatang buas, ketika kepala mereka dipenggal, bahkan ketika mayat mereka dilempar ke dalam api. Akan tetapi bagi pemandangan berdarah itu memiliki arti yang berbeda bagi beberapa orang lain yang datang menonton pertandingan itu. Dalam kondisi tertentu, pemandangan yang berdarah itu mampu dan mengubah beberapa orang memiliki cara pandang spiritual. Mereka datang untuk melihat pertandingan tersebut, tetapi mereka tidak memandang melalui cara pandang penonton lain pada umumnya. Mereka menonton pertandingan itu dengan seolah-olah memiliki mata malaikat. Mereka melihat tulang-tulang para Martir berserakan, darah yang mengalir, dan mereka mendengar jeritan yang mengerikan dari para Martir. Maka kini mereka datang untuk melihat yang tidak kelihatan oleh mata biasa—iman orang-orang Kristen yang mati di arena tersebut. Tidak ada cara pandang melihat pertandingan itu seperti ini: Jiwa yang suci dari mayat yang dikoyak-koyakkan. Beberapa dari mereka yang menonton pertunjukan berdarah itu dengan tujuan untuk mengasihi Kristus; karena mereka tahu bahwa Dia tidak bisa ditaklukkan di dalam arena itu. Kita tidak perlu malu akan hal itu. Inilah Kasih di dunia yang menakutkan ! Bagaimana dengan kita di dunia yang menakutkan ini ?

Tanggal 24 Desember 2005, Di dalam Kasus Indramayu dan kristenisasi, pelayanan sekolah minggu “ Minggu Ceria “ dari dr. rebecca zakaria, ratna bangun dan esti pangesti ditangkap karena telah mengabarkan Injil Yesus Kristus – Natal kepada 10-20 anak muslim. Sebenarnya jika mereka mencari aman maka mereka bisa tidak mengabarkan Injil tetapi mereka tetap mengabarkan Injil sampai dipenjarakan karena mereka telah melihat Kasih-Nya di dunia yang menakutkan ini dan mereka mengasihi jiwa-jiwa tuk berbalik kepada-Nya. Akhirnya mereka divonis penjara tetapi apakah Kasih itu hilang dari peredaran ? Justru Kasih itu semakin real di penjara sehingga banyak orang percaya kepada Tuhan dan persekutuan pun terintis disana. Itulah berkat Tuhan yang sama persis dialami oleh Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang dilempar ke dalam dapur api oleh Raja Nebukadnezar, namun berkat Tuhan melimpah dan Firman Tuhan terus didengungkan di segala zaman serta memberikan “ inspirasi “ maupun penghiburan serta kekuatan untuk melayani Tuhan dengan maksimal demi kemuliaan-Nya.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Shanghai, China

Monday, February 05, 2007

Piety and Perspective

Melihat secara philosophical dan basis doktrinal dari Confucianism, Sebenarnya Confusius tidak menghubungkan ajaran dengan aspek spiritual dalam kehidupan manusia karena Confusius dikenal sebagai tokoh humanis yang menekankan “ capacity “ dan “ ability “ dalam pribadi manusia yang pada naturnya baik. Oleh karena itu Confusianism lebih menekankan “ Philosophy of Life “. Pendapat diatas dibangun bukan dari interpretasi-interpretasi kosong dari para scholar yang menolak pengajaran Confucianism tetapi pendapat tersebut dibangun dari perspektif Confusius sendiri “ If we know not life, why worry about death – if one could not even deal with the earthly life, one should not bother about the heavenly “. Menurut Daniel Tong, penulis buku “ A Biblical Aproach To Chinese Traditions and Beliefs “ bahwa perspektif di atas bukan berarti Confusius tidak percaya kepada supernatural tetapi memfokuskan diri pada “ here and now of the human life “. Pertanyaannya adalah bagaimana Confusius mengaktualisasikan fokus “ here and now of the human life “ dalam konteks keseharian manusia ?
Confucianism menegakkan sebuah keharusan ( necessity ) untuk memegang erat pentingnya “ The 4 Cardinal Virtues “ dan “ The 5 Cardinal Relationships “.

The 4 Cardinal Virtues
To Be Loyal to the ruler or state
To Be Filial to one’s parents
To Be Kind to people
To Be Faithful to ones friends

The 5 Cardinal Relationships
between ruler ( state ) and subject
between father and son
between husband and wife
between older and youngest
between friends

Jika manusia bisa melakukan poin “ virtues “ dan “ relationships “ dengan baik maka lahirlah sebuah masyarakat manusia yang patuh kepada pemerintah, hormat kepada orang tua, baik terhadap teman maupun orang lain. Sangat menarik, Dari semua pengajaran Confusius, salah satu kontribusi terpenting yaitu konsep “ filial piety “ dalam “ ancestral worship “.

Confucian Concept of Filial Piety
1. The Family unit is more important than the individual
2. The will of our ancestors is equated to the Mandate of Heaven that must be obeyed without question.
3. Five duties to perform
a. venerate parents in daily life
b. ensure their happiness
c. take extra care of them when they fall sick
d. show great sorrows at their death
e. offer sacrifieces to the deceased parents
4. provide an heir to continue the family name
5. resist when wrongly commanded

Maka Bagaimana kekristenan menanggapi budaya serta moral dari Confucianism tersebut ? Di dalam Alkitab, setiap manusia harus mengalami pembaharuan ( renewed and transformed ) dalam pemikirannya ( Roma 12:2 ) mulai dari natur manusia yang telah jatuh ke dalam dosa ( bukan karena lingkungan yang mempengaruhi natur manusia tetapi manusia sendiri yang mempengaruhi naturnya sendiri yaitu SELF – Kejadian 3, Roma 5:12-14, I Korintus 15:22 ). Confusius benar dalam mempercayai kebutuhan untuk mentransformasi pemikiran tetapi kesalahan fatalnya yaitu kepercayaan bahwa “ All are born with this pure sinless nature “, padahal sebelum kita mengajari anak kecil mengenai kejahatan, anak kecil sudah tahu bagaimana marah, bohong, iri hati maupun menutupi semua kesalahannya. Jika benar apa yang dikemukakan oleh Confusius maka bagaimana mungkin pengaruh buruk itu bisa ada tanpa pengaruh dari luar ?

Reformed Theology kembali menekankan “ All are born with a sinful nature – Genesis 3 “ dan satu-satunya solusi dosa hanyalah melalui Yesus Kristus ( Yohanes 3:16, Roma 5:17 ) dan hanya Yesus menjadikan kita “ new creation – II Korintus 5:17 “ untuk memperbaharui pikiran kita ( renewing our minds – Roma 12:2 ) berdasarkan pimpinan Roh Kudus ( under the guidance of holy spirit – Yohanes 15:26-27)

Mengenai Filial Piety, Alkitab juga mengajarkan setiap manusia untuk menghormati orang tua :
menjaga orang tua ( Markus 7:9-13 )
menaati orang tua ( Efesus 6:1,4 )
jangan mengkerasi orang tua ( I Timotius 5:1,2 )
tidak boleh mengutuk orang tua ( Markus 7:10b )

Reformed Theology menegaskan bahwa “ filial piety “ hanya diberikan pada saat orang tua masih hidup bukan setelah mereka mati ( Ibrani 9:27 ) dan penyembahan ( worship ) hanya difokuskan kepada Tuhan dan Juruselamat yaitu Yesus Kristus. Kita harus mengingat bahwa kita harus menghormati orang tua dengan menaati mereka tetapi “ ultimate authority “ adalah Firman Tuhan ( II Timotius 3:16 ). Sebuah pertanyaan muncul yaitu Mengapa Allah menyoroti tugas untuk mengasihi dan menghormati orang tua ? J.I Packer memaparkan karena :
1. Keluarga = unit sosial yang dasar dimana kekuatan satu bangsa sangat ditentukan dari kehidupan keluarga.
2. Keluarga = basis unit spiritual dimana Allah menjadikan orang tua sebagai pendeta dan guru bagi mereka.
3. Anak-anak berhutang budi banyak untuk pemeliharaan mereka
4. Anak-anak butuh lebih banyak bimbingan dari orang tua.

Dari semua pemaparan di atas kita diajak bersama untuk menggumuli kehidupan sehari-hari kita yang akan bertemu dengan begitu banyak “ pemikiran-pemikiran moral “ yang kelihatannya baik tetapi bukan yang terbaik. Oleh karena perspektif manusia pasti gagal dalam menemukan secara “ perfectly “ konsep moral maupun piety sesungguhnya karena “ fallen into sin “ sehingga manusia perlu “ pertobatan perspektif “ di dalam Kristus untuk menemukan perspektif yang sesungguhnya dalam menilai konsep moral yang baik maupun yang terbaik yaitu “ Godly Perspective “.Inilah tantangan Apologetika Kristen terhadap Tantangan " Cultures " dan Agama dalam “ Piety “ dan “ Perspective “. Selamat Berjuang Menantang Zaman !

Dalam Anugerah-Nya
Daniel Santoso
Baru Tiba di Beijing


Beijing, China

Thursday, February 01, 2007

Jangan !

Kejadian pasal 2:6, 1 6 ada kata “ free “ tetapi di ayat 3:2 sudah tiada lagi apa yang namanya “ free “. “ jangan “ menjadi suatu “ nightmare “ karena justru dilanggar manusia dan resiko harus ditanggung seumur hidup. Manusia “diperbudak “ oleh mimpi buruk di balik kata “ jangan “ tersebut sehingga concept of valuenya rusak maka lahirlah sebuah “ bad boy spirituality “ – selalu kompromi baik good maupun evil, bermain topeng di dalam kondisi yang beragam, menyimpan kemunafikan yang kelihatan baik tetapi menyimpan dosa keji di balik keindahan. Hahaha kita sedang dibodohi, didistorsi tapi meningkatkan selera kita untuk serakah di dalam berdosa. Dosa dimulai dari internal manusia yaitu SELF. Dimulai dari membandingkan diri dengan orang lain. Itu dosa ! kenapa gua belum kaya hari ini , kok Tuhan gak adil ? kesusahan kita hari-hari ini bukan disebabkan oleh Tuhan atau orang lain tetapi kita yang kurang rela untuk menghidupi kesusahan kita.

Di dalam kelas, Pdt Dr. Stephen Tong pernah mengupas kenapa manusia terkadang kurang sabar ; 1. SELF – pembawaan 2. Kurang menghargai dalil atau hukum 3. Melihat orang maka kita terpacu ( Kain melihat Habel ) 4. Menghadapi kehidupan yang “ gak selesai-selesai “ seperti baru pindahan barang yang buanyak banget. Saya kagum melihat segala sesuatu di dalam dunia ini, saya tidur di lantai, lantai sabar menampung saya. Saya berjalan di atas aspal, aspal sabar menanggungnya. Saya banting barangpun, aspal maupun lantai tidak protes. Terkadang kita harus belajar sabar dari sekeliling kita. Tetapi kita bukanlah benda mati karena Allah adalah Guru dan Ciptaan-Nya adalah murid maka kita adalah makhluk yang mendidik maka nuansa “ Jangan “ itu mendidik ! so lets return to the normal concept of value!

Hidup manusia tidak dapat lepas dari kesakitan, kecapekan, kejenuhan tetapi saya percaya bahwa Kita sedang mengambil bagian di dalam rencana kekal Allah. Kita ada kebebasan untuk memilih sendiri. Kita cenderung menyingkirkannya 100 % segala kepahitan tersebut tetapi mari kita belajar taat dan sabar terhadap waktu Tuhan.

biarlah kata “ jangan “ di dalam jalur Tuhan terus mendoakan dan mendidik kita tuk jadi orang yang sabar di dalam Kebenaran. Orang sabar di dalam Tuhan disayang Tuhan, Amin ? liat Ayub ?

Dalam Pemeliharaan-Nya
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan
Keep Praying

Apakah Engkau mengasihi Aku ?

“Apakah Engkau mengasihi Aku“ adalah sebuah statement dari mulut Yesus Kristus yang saya percaya telah dan akan “ mengetarkan “ pikiran, jiwa dan kehendak seluruh orang kristen untuk mengintrospeksi setiap kehidupan kekristenan maupun pemikiran teologis serta kedalaman teologi yang tertampung di dalam “ gudang “ fisikal maupun spiritual mereka dan pelayanan mereka benar-benar merupakan respon cinta kasih kita kepada Allah. Jangan-jangan kita sedang melayani di dalam gereja maupun para church bukan wujud cinta kasih kita kepada Allah tetapi kita sedang membangun fondasi dari nol hingga “ step by step “ bertumbuh ke fondasi yang lebih kuat lagi hingga kita merasa pelayanan kita adalah hasil keringat kita semua mengasihi diri, bukan mengasihi Tuhan.

Saat statement di atas muncul, seakan-akan goncangan gempa bumi rohani sedang melanda spiritualitas orang kristen termasuk saya untuk kembali me-review diri sendiri, apakah benar saya mengasihi Tuhan ? Jangan-jangan kehidupan orang kristen, perjuangan hamba Tuhan maupun pelayanan rekan-rekan sepelayanan sedang berada di dalam “ mission “ perampasan love story “ antara Tuhan dengan anak-anak-Nya. Alangkah bodohnya kita jika kita sedang menjalani “ illegal mission “ seperti ini. Jika demikian, kita adalah pengikut macam apa yah ? Thomas A Kempis di dalam “ Imitation of Christ “ memberikan spiritual insight kepada kita bahwa sesungguhnya Yesus memang mempunyai banyak pengikut yang ingin dimuliakan di surga, tetapi hanya sedikit yang bersedia memanggul salib bersama Dia. Adalah sebuah realita, Banyak yang ingin menikmati penghiburan Yesus, tetapi hanya sedikit yang sanggup menderita pencobaan-Nya. Banyak sekali yang sukacita dengan Yesus, hanya sedikit jumlahnya yang mau menderita sengsara bersama Yesus. Banyak yang menghormati Yesus karena mujizat-Nya, tetapi sedikit yang mengikuti-Nya sampai di salib, hinaan orang. Banyak yang mencintai Yesus selama mereka tidak mengalami kesukaran.


Bukankah orang yang selalu memikirkan nikmat dan keuntungan diri sendiri itu harus dikatakan lebih cinta pada diri sendiri daripada cinta pada Yesus ? Dimanakah ada orang bersedia mengabdi Kristus tanpa pamrih ? siapakah rela miskin dan membebaskan diri dari kenikmatan dunia ? Amsal 31 ayat 10 mencatat semangat semacam itu adalah harta yang tidak ternilai. Meskipun orang sungguh suci dan berkobar tetapi jikalau ia belum memiliki satu hal yang sungguh sangat penting sekali baginya maka sebenarnya orang itu masih menderita kekurangan besar alias mengalami “ RUGI BESAR “. Saat Petrus menerima pertanyaan ini sebanyak tiga kali, ia mengenali dirinya tidak mampu mengasihi Tuhan dengan sempurna ( agape ) tetapi Yesus tetap mempercayakannya untuk mengembalakan “ domba-domba-Nya “. Luar Biasa ! Sebuah kehormatan besar dimana Kasih Tuhan mengajak kita untuk belajar mengasihi Gembala dan domba-domba-Nya. Mazmur 119:125 – Hamba-Mulah aku ; berilah aku pengertian, agar aku mengenal kesaksian-Mu. Biarlah ini menjadi doa kita semua di dalam melayani Tuhan dan mengasihi Tuhan semaksimal mungkin.



Dalam Kasih Kristus

Daniel Santoso

Taipei, Taiwan, ROC

Sebuah doa sederhana ....

Kehormatan dan Penderitaan

Sampai hari ini, kasus pendakwaan kristenisasi terhadap anak-anak kaum Muslim di daerah Indramayu oleh dr. Rebecca, eti pangesti maupun ratna bangun terus melekat di dalam benak saya untuk terus berefleksi maupun berkontemplasi di hadapan keberadaan Allah satu-satunya yang masih mempercayakan seluruh kenikmatan Ilahi melayani-Nya. Ketika vonis pengadilan menyatakan “ hukuman penjara selama 3 tahun “, terdengar ratusan suara yang berteriak “ Allahu Akbar – Allah is Great “ sehingga kesan “ loser “ seakan-akan telah menempel pada dr. Rebecca, eti pangesti, ratna bangun. Tetapi Pekerjaan Tuhan itu nyata ! Meskipun mereka berada di dalam penjara yang tidak menyediakan makanan yang “ pantas “ untuk dimakan oleh manusia tetapi justru kehadiran mereka di penjara Indramayu mampu membuat 12 tahanan mulai tertarik terhadap kekristenan dan mereka-pun berdoa bagi 400 tahanan yang lain agar dapat mengalami “ pertobatan “ di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Ketika Open Doors ( nama sebuah organisasi misi ) mengunjungi mereka, mereka bersyukur karena justru Open Doors dihibur oleh sukacita mereka ketimbang penghiburan Open Doors yang dinyatakan kepada mereka bertiga. Dalam hal ini saya mengingat sebuah momentum yang penting di dalam hidup saya yaitu saat saya bersama rekan-rekan sepelayanan pergi ke rumah sakit di Jakarta untuk mengunjungi ibunda dari salah satu rekan sepelayanan kami yang mengalami sakit parah sekali. Alangkah terkejutnya kami saat kami datang justru kami mengalami penghiburan yang “ meaningfull “ meski dirinya sudah mendekati ajalnya tetapi ia tetap menebar pesona-Nya bagi setiap kami untuk menghargai setiap hidup dan pelayanan yang Tuhan anugerahkan bagi kami. Di saat kematian ibunda rekan kami tiba, kesedihan yang dalam benar-benar kami rasakan karena ia telah tiada tetapi penghiburan seorang tua yang sekarat tersebut memberikan kekuatan baru untuk melayani Tuhan dengan lebih berani. Bagaimana jika kita berada di posisi dr. Rebecca, eti pangesti, ratna bangun hari ini? Apa yang akan kita katakan kepada “ dunia “ saat kita mengalami hal yang mereka alami hari ini ? Saat saya membaca email dari seseorang anggota dari salah satu milis Kristen, mereka berdoa minta kepada Tuhan untuk membebaskan mereka tetapi realitanya Tidak. Meski demikian mereka tetap berkata “ saya hanya akan terus mengasihi Dia lebih dari segalanya, Dia Berkuasa ! “. Puji Tuhan … Inilah jiwa hamba Tuhan, mental hamba Tuhan, spiritualitas hamba Tuhan. Saya percaya dengan sepenuh hati jika gereja-gereja Tuhan dipenuhi dengan pendeta, penginjil, majelis, pengurus, aktivis, pekerja, tukang, pembantu yang berjiwa hamba Tuhan, mental hamba Tuhan, spiritualitas hamba Tuhan maka gereja-gereja Tuhan menjadi tangguh ! Meski di saat mereka berada di dalam penjara, tidak sedikit pergumulan yang mereka pikirkan, salah satunya adalah keluarga mereka. Saat anak dari Eti Pangesti mengalami depresi, setiap hari Linda ( anak adopsi dari dr. Rebecca ) membawakan makanan sehat dari rumah ke penjara ( jarak sekitar 75 mil ). Sebuah kesaksian dari ratna bangun dimana ia kuatir terhadap kesehatan ayahnya yang telah 78 tahun. Justru ayahnya mengatakan “ Jangan kuatir, Jangan takut, Jadilah teguh, Papa bangga ! Papa akan keliling kampung dan memberitahukan kepada mereka kebanggaanku kepadamu ! Jangan berharap keluar dari penjara terlalu cepat ! hanya cepat selesaikan apa yang Tuhan tugaskan untuk kamu “. Apa yang kita dapat pelajari dari ayah ratna bangun ? Adalah sebuah kehormatan bagi kita untuk menderita bagi Kristus. Why ? Kunci jawaban terletak pada Inkarnasi ( Allah jadi manusia ) Kristus yang menyatakan cinta-Nya adalah fakta. Sangkal dirimu, ikut Dia, pikul salib ( Matius 16:24 ). Pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah kenapa kita kurang dapat memahami kata “ kehormatan “ menderita bagi Kristus ? kita tidak dapat memahaminya dengan clear karena diri kita sendiri yang terlalu “ manja “. Jika demikian, mau jadi Kristen macam apa kita ? kedua, karena kita kurang mempedulikan orang lain. Justru Kristus datang tuk menjalankan kehendak Tuhan yaitu menanggung dosa orang lain ( sesuatu yang Ia tidak lakukan ). Inilah “ action – ( Incarnation )“ dari Kasih yang nyata ( Christology ) yang membawa mereka kepada “ Spiritual Love “ – St. Bernard of Clairvaux.

Pesan mereka dari penjara kepada gereja-gereja di luar penjara yang menguatkan kita semua sebagai pelayan Tuhan


1. Tetaplah berjalan bersama dengan Tuhan. Tuhan berfirman “ Barangsiapa mengikuti Daku tiadalah ia berjalan di dalam kegelapan – Yohanes 8:12 “. Nats ini mengajak setiap kita untuk “ imitating “ hidup di dalam Kristus. How ? Tentu saja prioritas awal kita hanyalah Kristus sahaja sehingga kita belajar memahami sedalam-dalamnya kenikmatan makna dan semangat Firman Tuhan di dalam Kristus. Oleh karena itu tidak sedikit gangguan demi gangguan hadir dalam perjalanan anak-anak Tuhan untuk berjalan di dalam Tuhan karena “ SELF “ yang telah terkontaminasi dosa menjadi “ motor “ dalam hal ini.


2. Jangan Takut Saya percaya kita semua mengemban panggilan yang sama yaitu untuk bersaksi. Tidak sedikit kesaksian demi kesaksian dihujani dengan penghujatan, pembantahan, penolakan maupun perlawanan tetapi Tuhan tetap diperkenan oleh kesaksian Injil yang benar terlepas dari bagaimana reaksi orang terhadap pemberitaan tentang-Nya. Jangan merasa gagal, takut, malu untuk ditolak. Mari kita mengamini perkataan dari Agustinus “ Hati kami gelisah sampai beristirahat di dalam-Mu “.


3. Nantikan penganiayaan Perjalanan manusia tidaklah mudah dan seringkali kita mengalami stagnasi di setengah perjalanan karena mata fisikal maupun rohani kita tidak lagi melihat suatu keoptimisan tuk melanjutkan perjalanan untuk setia di dalam Kristus. Thomas A Kempis di dalam bukunya “ The Imitation of Christ “ mengatakan bahwa “ Penderitaanmu sungguh sangat sedikit sekali, jika dibandingkan dengan kesengsaraan para suci yang begitu banyak, dengan pencobaan-pencobaan mereka yang begitu sering terjadi, maka kamu harus mengenangkan kesukaran-kesukaran orang lain yang lebih berat agar kamu yakin bahwa penderitaanmu itu ringan, sebab hanya mengenai soal-soal kecil saja. Makin besar semangatmu untuk menderita, makin bijaksana tindakanmu dan makin banyak rahmat-Nya yang engkau kumpulkan “. Seorang tukang besi membuat ladam atau sepatu kuda. Besi itu dibakar dulu dalam api yang bersuhu tinggi bahkan sampai merah membara. Setelah merah membara, lalu dipukul dan dipukul, serta diberi bentuk. Dibakar lagi, dipukul lagi terus menerus. Mengapa harus dibakar ? supaya dapat dibentuk. Mengapa harus dipukul terus ? supaya menjadi kuat. Surat II Timotius 2:3 mengatakan “ Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupan, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya “. Inilah logika Alkitab !


Saya teringat apa yang pernah dikatakan oleh almarhum Pdt. Eka Darmaputera “ anda dan saya tidak hanya dipanggil untuk menjadi pemberita Injil tetapi juga untuk menjadi penderita Injil. Dalam I Petrus 2:20 juga dikatakan “ menderita justru karena kita benar, berbuat baik, beriman dan percaya kepada Kristus – itulah kasih karunia pada Allah. Hari ini terlalu sedikit hamba-hamba Tuhan yang rela menderita sehingga mereka melahirkan “ theology of prosperity “ dan bebas dari “ suffering “ padahal secara esensial, bagi saya “ theology of prosperity “ itu penipuan rohani. Jika kita kaya maka kita diberkati Tuhan, itu konsep yang tidak biblical, jika demikian bagaimana mereka menjelaskan para nabi dan para rasul melayani Tuhan ? Mereka melayani Tuhan hanya bermodalkan tongkat tetapi sekarang hamba Tuhan tidak bisa khotbah kalo gak ada notebook, PDA maupun Tablet PC. Apa-apaan ini ? Yohanes Pembaptis saja pakai bajunya “ CAMEL LEATHER “, Hamba Tuhan pakainya “ CAMEL ACTIVE “. Apakah berarti salah pakai barang bagus ? Not at all. Hamba Tuhan boleh pakai “ Camel Active “ tetapi bukan berarti kesuksesan hanya dinilai dari situ karena ada juga hamba Tuhan yang sederhana pakai baju merk “ BOSSOC “ pun dipakai Tuhan maupun dibuang oleh Tuhan. Oleh karena itu, poinnya adalah entah hamba Tuhan itu kaya atau miskin – mereka harus rela menderita. Titik ! Biarlah setiap kita terus rela diproses oleh Tuhan untuk berjuang di dalam kondisi apapun hanya untuk memuliakan Tuhan. Jadi orang Kristen yang gigih, kuat, ulet, tahan banting.

Amen ! Keep praying for dr. Rebecca, eti pangesti, ratna bangun and others !
Dalam Kasih Kristus
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Forever Love


Di dalam dunia ini banyak insan-insan mengejar “ forever love “ dengan segala imaginasi mereka yang “ happy ending “, sayangnya sebagian fakta membuktikan “ forever love “ benar-benarlah imaginasi sempurna yang tidak dapat dipahami oleh manusia secara sempurna. Dari putus hubungan antara sesama saudara, keluarga, kekasih kita membuat setiap kita mengalami kepesimisan di dalam menegakkan satu motto “ forever love “ yang real dan kita banyak mengatakan “ come on man, be realistic “. Apa yang terjadi disini ? Disinilah krisis pondasi cinta manusia terjadi. Apakah memang krisis itu arus terjadi ? Jika memang demikian apa yang seharusnya menjadi pondasi atau kekuatan di dalam hubungan kasih sayang ? Apakah Allah berperan di dalam hal ini ?


Ada sebuah kisah dimana ada seorang narapidana yang bernama Jean Valjean yang baru dibebaskan setelah mendekam selama 19 tahun dalam penjara yang dingin dan gelap, memperoleh kesulitan untuk menginap di motel karena masa lalunya. Walaupun kini ia memiliki uang dan berperilaku tetap cukup sopan , tidak seorangpun mengizinkan tinggal ; berita sudah tersebar luas; bahwa ia seorang bekas narapidana. Setelah seorang penduduk setempat menolak permintaan Valjean yang hanya memesan semangkuk sup dan ingin berteduh sejenak di kebun, seorang petualang yang malang itu harus menahan terpaan angin yang dingin seraya memutar otak. Ia menyelinap ke dala gubug kecil di kebun lain dan tempat berjerami sudah siap menunggunya. Tidak alam setelah ia melepaskan mantelnya, ia mendengar suara mengeram di luar. Di pintu luar tiba-tiba muncul kepala anjing bulldog yang besar. Ternyata ia salah masuk ke rumah seekor anjing.

Valjean cepat-cepat keluar tetapi sebelumnya anjing yang galak itu sudah mengoyakkan pakaiannya. Valjean berhasil melarikan diri , melompat pagar dan akhirnya duduk di atas sebuah batu besar. “ Saya bahkan kurang beruntung dari si anjing “. Katanya. Petualang yang malang itu terus berkelana. Tidak lama kemudian ia menemukan bangku kosong di depan sebuah kantor percetakan, lalu berbaring di sana. Baru saja ia mau duduk, muncul seorang wanita yang ramah dan mengatakan kepadanya bahwa ada penginapan Cuma-Cuma di seberang jalan di sebuah rumah kecil. Valjean pergi ke sana dan diterima dengan hangat di rumah pastor Myriel. Pastor yang ramah itu memberi mantan narapidana itu makanan, pakaian , penginapan Cuma-Cuma dan membantu Valjean memulihkan tenaganya. Petualang itu sangat heran melihat keramahan dan perhatian pastor tersebut. Setelah tidur nyenyak yang singkat, mantan narapidana itu bangun. Dengan berjingkat-jingkat ia pergi ke dapur, mencuri perak dari penolangnya lalu melarikan diri ke kegelapan malam. Penguasa setempat menangkap Valjean dengan hasil curian perak tersebut dan mengantarnya kembali ke rumah pendeta itu dan siap memenjarakannya sekali lagi. Valjean sangat terkejut ketika Pastor Myriel turun tangan “ Dan kamu membawanya kembali kemari ? “. Myriel berkata kepada polisi itu “ Semuanya salah paham “. Kemudian pastor itu berkata kepada Valjean, “ Temanku, sebelum engkau pergi, ini uang perakmu, ambillah . “ Myriel mengambil 2 mata uang perak dari mantelnya dan memberikannya kepada mantan narapidana itu.
Ungkapan Kasih dan Pengampunan dari Pastor Myriel telah mengubah karakter pribadi dari Valjean. Setelah momen itu berlalu ,Ia kemudian merantau ke tempat lain dan ia menjadi seorang pekerja industri dan kelak menjalankan sebuah pabrik dimana ia dikenal karena sikapnya yang adil dan penuh kasih terhadap pekerjanya. Penduduk kota mendukungnya untuk menjadi walikota dan akhirnya ia memenangkan pemilihan itu. Ia dikenal menjadi seseorang yang murah hati dan kemurahhatiannya sudah dikenal oleh masyarakat.
Pernahkah saudara mendengar kisah ini ? Kisah ini saya ambil dari novel “ Les Miserables “ , kisah tentang bagaimana si narapidana Jean Valjean menerima kasih tanpa syarat dari seorang pastor dan membuka dirinya untuk mencintai orang lain. Kisah ini begitu mengharukan serta mengerakkan hati para pembacanya pada abad ke 19 lalu dikembangkan di dalam dunia teater sehingga kisah inipun menjadi kisah drama musikal yang begitu populer bahkan sampai pada abad ke 20, kisah ini dikembangkan lagi menjadi sebuah film drama yang lebih mengerakkan hati para penontonnya. Penyerahan dan kasih yang penuh pengorbanan demikian menghasilkan kisah yang amat mengagumkan. Les Miserables dianggap sebagai novel klasik karangan Victor Hugo. Namun cinta kasih yang diberikan pendeta itu dan kelak diteruskan Jean Valjean dan perwujudan kasih itu bukan sekedar kisah dongeng semata.

Hikmah yang dapat kita terima di dalam kisah ini adalah suatu realita paling penting untuk membantu hubungan kasih sayang yang bermasalah. Karena apabila kita memberi cinta, mereka yang sangat memerlukannya – khususnya mereka yang paling dekat di keluarga kita – dipulihkan dan mendapat harapan baru. Pengarang Perancis, Victor Hugo melukiskan betapa kasih tanpa syarat dari seorang pastor berhasil meluluhkan kekerasan hati Jean Valjean dengan kasih bahkan mengasihi orang lain dengan penuh pengorbanan sehingga Valjean termotivasi berbuat baik kendati hal itu berarti ia harus kehilangan kenyamanan pribadi dan mengancam kepentingan dirinya sendiri. Victor Hugo pernah menulis demikian. “ Kebahagiaan sejati dalam hidup merupakan pengakuan atau conviction bahwa kita dicintai “.

Banyak yang sependapat dengan sang pengarang termasuk Freud dan William James. Sigmund Freud mengatakan Kasih adalah persyaratan utama dari kesehatan mental. William James mengatakan bahwa prinsip terutama di dalam sifat manusia adalah keinginan atau hasrat ingin dihargai.

Parapemimpin agama dan aliran masa kinipun setuju bahwa cinta kasih menduduki pusat atau inti dalam pencarian seseorang. Tetapi sangat disayangkan bahwa dalam dunia sekarang ini, pusat perhatian kita lebih banyak pada penerimaan kasih ketimbang memberikan kasih.
Sebagian besar pasangan yang banyak saya kenal dan temui mengeluhkan hubungan mereka dengan pasangan dengan alasan kurangnya perhatian, rasa dihargai dan kurangnya kasih sayang selama berjalannya tahun mereka jalani. Mereka merasakan ada kekurangan di dalam hal ini dan mereka mulai berusaha menjelajah untuk mencari apakah cinta yang sejati itu. Kasih sayang merupakan suatu kebutuhan emosional manusia yang paling sensitif dan dalam. pendapat yang bernada sama dikemukakan oleh Gary Chapman dan Dr. James Dobson. Adalah suatu realita bahwa banyak sekali masalah-masalah yang terjadi khususnya di dalam hubungan kasih sayang antar pasangan. Apa yang menjadi masalah disini ? Masalahnya adalah Fokus dari kasih sayang itu sendiri. Mengapa demikian ? Karena begitu banyak hubungan pacaran maupun perkawinan salah menetapkan suatu fokus bahwa kita hanya memusatkan perhatian kepada menerima kasih. Itu adalah fokus yang salah dan fatal ! Justru selain kita memusatkan perhatian menerima kasih, kita juga harus memberikan kasih. Itulah Fokus yang benar dan suatu fakta dasar bahwa setiap orang ingin menjadi orang yang berarti. Disinilah kesalahan yang sering kali dilakukan khususnya oleh sebagian pasangan pria. Pasangan pria sangat mengharapkan cinta kasih dari pasangan wanita dan biasanya sang pria suka mengambil suatu keputusan bahwa jika sang wanita tidak mendekati ia dan tidak mengasihi dia maka sang pria merasa ingin jauh pergi daripadanya. “ Ia menunggu cinta sebelum ia mencintai. Akan tetapi, seseorang harus mulai mengambil inisiatif. Mengapa hal itu harus datang dari orang lain ?

Inilah masalah dari hubungan kasih sayang antar pasangan. Di dalam dunia ini kita dapat melihat begitu banyaknya pasangan-pasangan baik sudah menikah maupun masih di dalam tahap pacaran tetapi sebagian dari mereka memiliki konsep tentang cinta yang salah. Love is not emotion ! Love is not Passion ! Dalam kenyataannya, cinta kasih merupakan sikap dengan perilaku yang sesuai. Cinta adalah sikap yang menyatakan “ Saya memilih untuk memperhatikan minat dan kepentinganmu. Bagaimana saya bisa membantumu ? “. Kemudian kasih itu diungkapkan dalam perilaku. Kalau cinta itu berbau emosi dan nafsu maka cinta itu menguntungkan alias duniawi tetapi cinta yang sejati adalah cinta yang rela dirugikan. Mengapa demikian ? Jika kita melihat Allah Bapa yang mencintai manusia baik dan jahat, Allah tidak menerima keuntungan di dalam kasihNya. Justru KasihNya membuatNya rugi. Pertanyaan yang muncul adalah “ Mengapa Allah kok rela menjalani semuanya ini ? Semuanya karena kasihNya yang tanpa syarat buat kita semua. Itulah Kasih sebenar ! Saudara … Cinta bukanlah sesuatu yang gampang atau sederhana ! Lazimnya, banyak sebagian dari para remaja memiliki suatu pemikiran bahwa cinta adalah hal yang paling sederhana didunia untuk dimengerti: sangat mudah untuk dimengerti: sangat mudah untuk mencintai: tidak membutuhkan pemikiran ataupun upaya. Cinta hanya sekadar melakukan sesuatu yang alami. No !!! Suatu fakta bahwa cinta itu mahal dan cinta meminta banyak dari orang yang mencintai bahkan apabila memberi merupakan sukacita yang sesungguhnya.

Pepatah emas mengatakan “ Lakukan terhadap orang lain apa yang ingin mereka lakukan terhadapmu “. Hal ini sesungguhnya merupakan definisi cinta. Cinta adalah perbuatan yang keluar dari hati dan pikiran. Cinta adalah perbuatan yang tumbuh dari sikap “ I will give my best to him / her “. Cinta adalah melakukan sesuatu bagi orang lain yang juga diinginkan diperbuat terhadapmu. Dasar Cinta Kasih adalah cara berpikir dan berperilaku. Dari dasar itu maka akan tumbuh suatu pengertian, saat kita mencintai kekasih kita, walaupun kita memiliki perasaan negatif tentang dia ataupun sakit hati terhadapnya … tidak mengurangi bobot cinta kasih kita kepada kekasih kita. Saya dengan penuh keyakinan berani menyatakan bahwa pada saat hubungan kasih sayang berada di dalam komitmen perkawinan maka saudara akan melihat orang yang menjadi pasangan saudara, yang akan berjuang dan mempertahankan saudara dan setia berdoa demi saudara walaupun keadaan menjadi buruk. Itulah anugerah Allah kepada manusia. Di dalam Kitab Kejadian 2:18, kita dapat melihat bahwa meskipun Adam akrab dengan
Tuhan, Ia hidup dalam taman Firdaus tanpa kemiskinan, kelaparan, penderitaan, tangisan. Ia memiliki bumi dengan segala yang dilimpahkan Tuhan kepadanya, Ia memiliki Allah sebagai Bapanya tetapi ia tetap memerlukan seseorang lainnya. Ia memerlukan hubungan antar manusia. Disini D. Sscheunemann berpendapat bahwa Adam merasakan adanya pengalaman kesunyian dan kegelisahan eksistensial. Lalu Allah Bapa berkata “ Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia ( Kejadian 2:18). Kata ‘ Sepadan ‘ memiliki makna yang begitu dalam yaitu saling melengkapi. Sesudah menciptakan manusia agar saling mencintai lalu Allah menyatakan kehendaknya tentang keluarga “ Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu . Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia ( Markus 10:7-9 )”. Tetapi karena dosa manusia menghalangi semuanya itu sehingga cinta sudah diselewengkan oleh egoisme, nafsu, kecemburuan, kecurigaan, ketidakmatangan, kelemahan manusia sehingga cinta tidaklah romantis seperti yang dijanjikan.

Kenyataan bahwa cinta itu suatu perbuatan ketimbang emosi berarti bahwa saya bisa mencintai pasangan saya walaupun saya tidak memiliki perasaan emosional yang hangat terhadapnya. Anda dan saya mungkin saja mempunyai perasaan negatif dan masih memilih untuk mencintai pasangan kita. Itulah sebabnya mengapa dalam abad pertama, rasul Paulus menuliskan kepada para suami “ Cintailah Istrimu, sebagaimana Kristus mencintai gereja dan mengorbankan nyawanya “ ( dengan mati di atas kayu salib ). Dalam surat yang lain, Paulus menantang seorang wanita tua untuk ‘ mendidik mereka yang lebih muda untuk mencintai suaminya ‘. Cinta kasih bisa dipelajari karena bukan merupakan suatu emotion. Mengapa ? Karena Emosi yang berdiri sendiri tidaklah berarti. Perasaan yang tidak dibimbing oleh pemikiran rasional terkadang dapat menyesatkan kita. Jika memang demikian, maka cinta yang tidak dibantu oleh intelek memang merupakan cinta yang buta.

Perbuataan kasih kita cenderung menstimulir perasaan positif dalam diri pasangan. Emosi ini mendorong pasangan kita untuk menanggapi. Apabila pasangan kita mengungkapkan perbuatan kasih terhadap kita, maka perasaan kita bereaksi dan kita mulai merasa hangat terhadapnya. Dengan demikian perasaan cinta itu tumbuh dari perbuatan kasih. Kehangatan emosional bisa dilahirkan kembali dalam sebuah perkawinan, namun merupakan hasil dari perbuatan kasih. Jika kita hanya sekedar menunggu agar perasaan hangat itu muncul kembali, kita mungkin menunggu dengan sia-sia; akan tetapi jika kita memilih melakukan perbuatan kasih terhadap pasangan kita; kita mengerakkan siklus perputaran yang menstimulir perasaan yang hangat.
Dari semua yang dijabarkan di atas , apakah yang menjadi kekuatan cinta sebenar bagi manusia ? Bagi saya , kekuatannya adalah komitmen. Komitmen kepada Tuhan, Komitmen pada diri sendiri, komitmen pada kekasih kita selama hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, bukan kehendak diri sendiri. Beri yang terbaik buat Tuhan, Beri yang terbaik buat kekasih kita, beri yang terbaik buat diri kita sendiri sesuai dengan apa yang diperkenankan oleh Tuhan. Tanpa komitmen maka hubungan kasih sayang lemah karena tidak ada dasar yang kuat ! Tanpa komitmen maka tidak ada tempat berpijak untuk melangkah bersama menuju tujuan ! Tanpa komitmen maka tidak ada harapan tuk berjuang ! Disinilah bentuk suatu pengabdian ! Tetapi Pada saat saudara memproklamirkan komitmen, saudara harus terlebih dahulu bergumul kepada Tuhan. Jika saudara memproklamirkan komitmen berdasarkan kehendak diri sendiri lalu saudara mengandalkan diri saudara sendiri maka saudara tetap gagal ! Mengapa demikian ? Karena saudara tidak memiliki kekuatan di dalam memelihara komitmen yang saudara proklamirkan. Tiada seorangpun yang dapat mengandalkan dirinya sendiri selain bersandar kepada kehendak Allah.

Oleh karena itu, kita sebagai orang kristen haruslah selalu meyakini apa yang dinyatakan oleh John Calvin bahwa Selain Diri Allah, tidak ada hal yang lebih besar dari kehendak Allah. Kekuatan cinta bukanlah keluar dari manusia tetapi Allah. Dialah yang empunya Kasih Abadi yang tidak pernah dapat dimiliki oleh ilah-ilah lain. Karena kasihNya yang begitu besar sehingga Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi Juruselamat dunia ini. Melalui apa ? penderitaan dan kematianNya di atas kayu salib di bukit Golgota tetapi ia tidak hanya mati meninggalkan kita sebatang kara tetapi ia bangkit dari kematian membuktikan bahwa Ialah Kasih yang sanggup mengubah segalanya. Ia bangkit dan naik ke sorga menyediakan tempat bagi anak-anakNya. Ini menunjukkan KasihNya yang tidak pernah berubah. Salah satu pekerjaan Tuhan Yesus saat ia turun ke dunia adalah menyatakan kepada saudara dan saya bahwa Allah mengasihi saudara dan saya dengan cara yang sangat pribadi. Kematian Kristus di atas kayu salib adalah suatu Pengabdian atau komitmen Terbesar yang tidak pernah dilakukan oleh seorangpun selain Allah karena tidak ada yang mampu memberikan cinta tanpa syaratNya kepada manusia yang penuh dengan dosa ini. Oswald Chamber menegaskan bahwa Allah tidak menuntut kita untuk meniru Yesus Kristus, namun Dia menghendaki kita untuk mengundang hidup Yesus untuk dinyatakan dalam daging kita. Ialah empunya Kasih Abadi itu. Saudara … Seberapa luas kasih Allah ? Cukup luas untuk seluruh dunia ini. Apakah saudara termasuk dalam dunia ini ? kalau begitu maka saudara dan saya termasuk dalam kasih Allah. Saya setuju dengan John Owen bahwa “ Tidak akan ada cinta sejati atas hal-hal rohani dalam diri manusia, kecuali bila terjadi pembaruan rohani atau kelahiran baru dalam hidup mereka, sebagai karya dari anugerah Allah dan kuasa IlahiNya. “ Sebab jika Allah tidak menghendaki karya mencipta maka penciptaan itu tidak ada dan tidak ada ciptaan apapun yang terjadi. Jika Allah tidak menghendaki karya penebusan , maka tentu tidak ada umat siapapun yang ditebus. Begitu juga jika Allah tidak menghendaki adanya karya pewahyuan maka tiada satupun yang bisa mengenal Dia akan kebenaranNya. Maka kehendak Allah adalah unsur mutlak yang menentukan segala sesuatu di dalam alam semesta. Disinilah teologi reformed berperan dalam penegasan konsistensi kehendak Allah dan kedaulatan Allah berdasarkan rencana yang tidak berubah sepanjang sejarah. Maka kekuatan cinta adalah komitmen yang sesuai dengan kehendak Allah. Biarlah kita kembali kepada Alkitab bahwa hubungan yang dikehendaki Allah tidaklah dapat dipisahkan oleh siapapun juga. Dan satu hal lagi yang selalu saya ingat bahwa kita harus menegakkan tekad yang kuat hanya untuk mau mempermuliakan nama Tuhan Yesus Kristus. ( Di dalam Westminster Shorter Catechism ( Katekismus Westminster ) diungkapkan “ Apakah yang menjadi tujuan tertinggi dari hidup manusia ? “ Jawabnya adalah “ untuk mempermuliakan Tuhan dan bersukacita di dalamNya senantiasa. Bagaimana dengan kita ? Sudahkah kita memuliakan Dia ? Apakah kita telah memahami betapa besar kasih yang Ia berikan kepada kita semua ? Bagaimana saudara dengan pasangan saudara ? Sudahkah kita memperhatikan orang yang kita sayangi dengan tulus hati, tidak mengharapkan untuk menerima cinta saja tetapi memberikan cinta kita kepada mereka. ? Sudahkah kita berdoa bagi kekasih saudara, mendukungnya pula di dalam segala kebutuhannya ? Terakhir, Sudahkah saudara menerima komitmen saudara sebagai kekuatan kasih sayang saudara kepada orang lain ? Sudahkah saudara menyerahkan semua komitmen saudara kepada Tuhan agar semuanya berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak terjeblos ke dalam ambisi pribadi ? Kiranya melalui Firman Tuhan, kita semakin dikuatkan oleh Tuhan melalui komitmen yang Tuhan telah percayakan kepada kita semuanya dan biarlah kita tidak semena-mena menikmati anugerah Allah yang indah ini. amen ...
Forever Love
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

Declaring The Only Gospel

Berawal dari seorang rekan di MRII Taichung memberikan “ sounding “ mengenai film “ THE GOSPEL “ mengajak setiap kita untuk berefleksi secara theologis maupun spiritual. Film ini merupakan hasil dari kontemporerasi Injil Lukas 15:11-32 mengenai hidup manusia yang penuh konflik, pengejaran karier di dalam maupun luar gereja, kisah cinta yang “ complicated “ dan … “ THE PRODIGAL SON “. Menurut saya film ini dikemas sangat berbau “ Hollywood “ dan jika dibandingkan dengan apa yang dipaparkan dalam Injil Lukas 15:11-32 maka sejujurnya banyak “ meaning “ yang tidak nampak dari film tersebut karena gaya kontemporer yang cukup berlebihan. Tetapi meski demikian, ada “ goal “ secara general yang baik yaitu “ The Prodigal Son – He’s Back “.

Pastor Fred Taylor adalah gembala senior dariRevelation Church dan ia begitu bangga kepada anaknya “ David Taylor “ beserta teman baiknya “ Charles Frank “ yang begitu energik dalam melayani Tuhan dan belajar Firman Tuhan. Sebuah tragedi kematian ibundanya membuat David tidak bisa menerima realita bahwa ayahnya masih sibuk di gereja dan terlambat datang ke rumah sakit. David begitu marah dan meninggalkan papanya dan gereja selama 15 tahun. Selama 15 tahun, David hidup di dalam keglamouran sehingga ia menjadi “ Hip Hop Star “. Mendengar ayahnya jatuh sakit, David menjenguknya dan berkecimpung kembali dalam gereja dan saat ayahnya meninggal dunia, ia begitu marah kepada Tuhan dan juga melihat Charles Frank yang mengambil tempat ayahnya dan menyalahgunakan gereja sebagai ajang promosi pribadinya. Akhirnya semuanya “ bertobat “, Pastor Charles Frank bertobat dari egoisme dirinya dan David kembali bertobat ke rumah Tuhan.

Beberapa pergumulan spiritual yang saya alami setelah saya melihat film kontemporer ini yaitu sebagai berikut :
1. Apakah HIP HOP yang membawa orang datang ke gereja atau KRISTUS ? Memang kita dapat melihat background film bagi African American Christian dalam Black Church di Atlanta dimana HIP HOP dan JAZZ adalah keseharian mereka. Musik mereka terkesan terlalu expressive daripada “ Ron Kenoly “ maupun “ Alvin Slaughter “ dari Integrity Music ( atau mungkin satu community ? ). Saya mengajak saudara sekalian tuk memikirkan bagaimana gereja berperan di dalam “ culture “ ? Gereja dipanggil bukan untuk “ dipengaruhi “ oleh culture tetapi “ mempengaruhi “ culture. Saya kira ini hal ini penting untuk setiap kita gumulkan karena jika gereja dipengaruhi oleh culture maka jangan-jangan culture menjadi raja dalam gereja. No way ! Jika culture menjadi raja maka kekreatifan manusia menjadi raja maka kembali gereja bukan lagi berlandaskan kepada “ God Centered “ tetapi jatuh ke asas “ self centered “. Gereja berdiri tegak atas pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup ! Kita bukan dipanggil untuk menyenangkan jemaat tetapi kita dipanggil untuk mengembalakan jemaat membawa mereka kepada jalur yang benar. Saya tidak habis-habisnya berkata-kata di atas mimbar bahwa seringkali kita membawa “ perspektif – perspektif “ ke dalam gereja padahal perspektif tidak memiliki hak untuk menggantikan tempat dari “ Prinsip “. Prinsip tetaplah Prinsip dan Perspektif tetaplah Perspektif. Janganlah kita memutarbalikan prinsip menjadi perspektif dan perspektif dijadikan prinsip, akibatnya fatal dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
2. Apakah semua hamba Tuhan pasti memiliki motivasi murni dalam menggembalakan jemaat-Nya ? Dari film tersebut, kita menemukan bahwa Pastor Charles Frank memiliki motivasi yang mengerikan yaitu menjadi “ spiritual celebrity “. Setelah mengantikan Pastor Fred Taylor, ia mengubah gereja menjadi begitu modis dan Pastor Charles Frank teracuni oleh “ kenikmatan dalam power “ dan jatuh ke dalam “ self promotion “. Apakah ini hanya problem dari Pastor Charles Frank ? ini problema semua hamba Tuhan, jika hamba-hamba Tuhan tidak setia kepada Tuhan maka hidup mereka akan gampang sekali dikendalikan oleh “ POWER – MONEY – WOMAN “. Saya mengingat Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengatakan bahwa hamba Tuhan yang mengharapkan kenikmatan itu bukan hamba alias binatang ! Adalah benar statement yang keras tersebut ! Hari ini banyak hamba Tuhan maunya cepat-cepat sukses jadi hamba Tuhan terkenal, mereka bangun organisasi penginjilan meniru hamba-hamba Tuhan besar seperti BGEA, RZIM, STEMI, etc dan mengharapkan seluruh dunia bisa mengenal mereka. Mereka lupa bahwa hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan adalah orang yang mengalami proses “ in making “ dalam Tuhan. Sayangnya banyak hamba Tuhan tidak menghiraukan proses pertumbuhan “ in making “ tersebut sehingga banyak hamba Tuhan begitu rentan jatuh ke dalam dosa “ POWER – MONEY – WOMAN “. Mereka lebih suka “ instant “ dalam perjalanan mereka sebagai hamba Tuhan. Saya tertarik kepada ungkapan dari Karl Marx, kenapa banyak orang mau jadi hamba Tuhan ? karena mereka kepingin menjadi selebritis. Hamba Tuhan, mulai pakai baju bersih, jas rapi dan sepatu mengkilap, jika bukan hamba Tuhan, profesi apa yang pakai pakaian demikian jika bukan orang kaya ? ia memberikan sindiran yang mengelitik saya karena image hamba Tuhan dinilai jadi kaum borjuis tetapi lewat jalan “ tikus “. Kedua, setiap statement yang hamba Tuhan ucapkan apakah pasti murni dari Tuhan ? Dewasa ini, banyak gereja yang sudah kurang memiliki keberanian untuk menegur dosa jemaat sehingga mereka jatuh ke dalam satu ekstreme untuk menyenangkan jemaat agar uang kolektenya bisa banyak dan mengalir terus menerus. Apa-apaan ini ? Mereka khotbah sesuai dengan apa yang disukai oleh jemaat maka tidak heran gereja mereka secara kuantitas kelihatan banyak dan bertumbuh karena mereka menyukainya. Hamba Tuhan yang mental seperti ini tidak beda dengan salesman yang menawarkan barang dengan bahasa yang indah-indah sehingga konsumen tergiur dan membelinya. Berarti hamba Tuhan jual kata-kata donk biar dapat “ fulus “ ? Dimanakah hamba-hamba Tuhan bermental “ kesucian “ berani menegur dosa saudara dan saya ? Dimanakah hamba-hamba Tuhan yang memiliki semangat seperti Jonathan Edwards, Martyn Llyod Jones, John Sung di abad ini ?
Adapepatah Hokien mengatakan “ Janganlah engkau menjual kata-kata untuk bekerja tetapi bekerjalah dengan keringatmu ! “. Menjadi peringatan kepada kita sebagai hamba Tuhan agar dalam pekerjaan kita, kita bukan “ menjual Firman “ tetapi “ Firman “ hidup dalam kita dan bekerja melayani Tuhan bagi kemuliaanNya. Awalnya Pastor Charles Frank jatuh ke dalam dosa “ POWER – SELF PROMOTION “ tetapi saat waktu-Nya tiba, ia tidak dapat berdalih bahwa dirinya telah berdosa dan Tuhan masih berbelas kasihan memanggilnya kembali kepada motivasi suci yang sesungguhnya dan melayani dengan “ semangat pelayanan “ dari Tuhan. Tuhan bekerja memanggil jemaat-jemaat dari berbagai background bahkan dari gangster pun bertobat dan David Taylor pun “ bertobat “ kembali kepada Tuhan. Itulah belas kasihan Tuhan buat mereka dan itupun berlaku bagi saudara dan saya … dimanakah engkau hari ini ?


Dalam Kasih Kristus
Ev. Daniel Santoso
Taipei , Taiwan, ROC
Keep Your " Fire " Burning

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...