Thursday, May 24, 2007

The Full Blessing of Holy Spirit

Suatu malam saya melihat acara berita televisi yang memuat kegiatan fenomenal kebaktian kebangunan rohani yang dipimpin oleh Rev. Dr. Morris Cerrulo. Kurang lebih 2000 orang menghadiri gedung tersebut dan mereka histeris memohon kepenuhan Roh Kudus melalui “ speaking in tongues “ maupun “ miracles “. Acara tersebut memuat betapa situasi agama seperti ini agak meresahkan masyarakat karena pengkajian pakar psikilogi terhadap orang yang “ speaking in tongues “ menunjukkan betapa mereka secara psikis mengalami problem. Jangan-jangan mereka mengalami “ alienasi “ diri sendiri ? Menurut seorang yang katanya jurnalis kristen mengatakan justru mereka mengalami kepenuhan Roh Kudus. Ia tertawa berjam-jam karena ia mengalami kepenuhan Roh Kudus. Ia berjingkrak-jingkrak berjam-jam karena kepenuhan Roh Kudus, Ia menangis berjam-jam karena kepenuhan Roh Kudus. Apakah kepenuhan Roh Kudus itu ?

Dalam Efesus 5:18 memang ada sebuah “ invitation “ semua orang kristen untuk menjadi penuh di dalam Roh Kudus ( Kisah 2:4, 4:31, 6:5, 7:55, 9:17, 11:24, 13:9 ). Saya mempercayai “ penuh di dalam Roh Kudus “ merupakan kiasan kalau hidup seseorang berpengharapan di dalam Roh Kudus maka sifat yang menonjol ya pengharapannya di dalam Roh Kudus. Maka “ penuh “ tersebut saya membacanya sebagai pengaruh dominan bagi perilaku seseorang. Kita harus kembali mengingat dengan tegas bahwa Roh Kudus bukanlah zat rohani maupun obat kuat penuh kuasa seperti bayamnya Popeye tetapi God Himself. Jika demikian, muncul lagi sebuah pertanyaan, Apakah seseorang menjadi “ penuh oleh Roh “ sekali selamanya ?

Di dalam Yunani, Efesus 5:8 menuliskan bahwa “ hendaklah kamu terus menerus hidup sebagai anak terang “. Jika demikian, how to understand ? Kita dibaptis oleh Yesus Kristus ( Kolose 1:23 ) dengan iman dalam pekerjaan Roh Kudus. Maka pada saat kita dibaptis maka saudara dipenuhi oleh Roh Kudus. Baptisan tidak bisa diulangi lagi tapi kepenuhan perlu diulangi terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus untuk mau menyerupai Kristus. Bagaimana saya bisa menikmati kepenuhan di dalam Roh Kudus ?

Pdt Stephen Tong menegaskan bahwa penuh di dalam Roh Kudus tidak pernah dikaruniakan kepada manusia untuk menyenangkan egoisme diri tetapi untuk pertumbuhan jemaat untuk kemuliaan Kristus ( Kisah 2:1-2 ) maka ia harus menerima Kristus sebagai satu-satunya juruselamat pribadinya dan dunia. Ia harus mengasihi Injil dan memiliki kehausan mendalam untuk memberitakan Injil. Jika kita menerima Injil maka kita harus mengimanina dengan memberitakan Injil tersebut. Seringkali kita kurang berani memberitakan Injil karena kitapun masih memberikan ruang kosong dalam diri kita . seringkali kita gampang sekali untuk meragukan kebaikan Tuhan, anugerah Tuhan, janji Tuhan, pertolongan Tuhan yang sebenarnya skeptis “ murahan “ yang kita bangun sendiri dari ketakutan kita sendiri terhadap realita yang lebih “ kejam “ nan “ membingungkan “.

Kedua, Pdt Stephen Tong mengatakan bahwa orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan menjaga hidup suci. Kita tidak bisa hidup sembarangan tetapi hidup yang dituntun oleh pekerjaan Roh Kudus baik secara mekanis maupun secara dinamis. Pekerjaan Roh Kudus dapat membuat seseorang sibuk di dalam pelayanan yang dinamis dan pekerjaan Roh Kudus dapat membuat seseorang berdiam diri dalam agenda kerja yang “ mekanik “. Hidup suci itu penting sekali. Apakah hidup suci menjadi prioritas kita sebagai orang kristen ? Masih terlalu banyak kita meragukan hidup kita mampu menggumuli hidup suci secara continous karena keinginan kita untuk berdosa tidak habis-habisnya muncul dan memporak porandakan prioritas kita terhadap hidup yang Tuhan telah berikan kepada kita. Pergumulan kita terhadap diri sendiri harus dikuasai oleh Roh Kudus agar setiap tindakan kita terus tegas menerima konfirmasi jelas dalam hidup kita mau melakukan apa buat Tuhan ? jangan kotori hidupmu, usahakanlah hidup suci untuk kemuliaan-Nya.

Ketiga, Pdt Stephen Tong menyatakan orang yang dipenuhi Roh Kudus memiliki kehausan yang gak habis-habis akan Kebenaran Firman Tuhan. Hari ini berapa banyak orang kristen yang menjalankan saat teduh baik malam hari, dini hari, pagi hari ? banyak kita menganggap murahan sebuah aktivitas yang sederhana ini tapi inilah poin yang berbahaya jika kita hanya menyepelekan saat teduh. Seringkali kita menganggap saat teduh kita membosankan karena kehilangan kuasa Tuhan yang memberikan “ nuansa baru “ setiap pagi dan setiap hari. Ini simple tetapi membutuhkan ketaatan dan ketekunan untuk terus memancarkan berkat Allah melalui Roh Kudus untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Pentakostalisme mempercayai kepenuhan Roh Kudus yang menyatakan “ realitas pengalaman rohani “, “ demonstrasi kekuatan rohani “ dan “ sukacita dalam ibadah publik “. Reformed Injili tidak menyalahkan poin-poin yang ada di atas, tetapi harus mengkritisi interpretasi atas poin-poin tersebut.

Pertama, Kita mempercayai pengalaman rohani adalah anugerah Allah yang cuma-Cuma dalam pertobatan yaitu spiritual power untuk melayani Tuhan di manapun kita berada dan spiritual power untuk dikuatkan dalam bertahan menghadapi tantangan penderitaan untuk memperbaiki konsep yang “ tidak karuan “, memimpin diri maupun kelompok kembali ke jalur Tuhan, menghibur anak-anak Tuhan yang diperlakukan tidak adil maupun memberikan kekuatan anak-anak Tuhan untuk berjuang demi Kristus.

Kedua, Perlu Anugerah Khusus untuk meletakkan dasar iman yaitu Firman Tuhan. Banyak orang mau meletakkan dasar iman yaitu Firman Tuhan dengan iklan-iklan “ spiritual “ seperti doktrin injil kemakmuran, kesembuhan ilahi, pujian bersama artis dan sebagainya. Abad 19 misalnya, Saat filsafatnya Hegel mempengaruhi Jerman – mempengaruhi prioritas hidup orang-orang disana. Hegel menekankan philosophy sebagai hal yang utama, baru kedua theology, ketiga baru arts. Maka gak heran kalo philosophynya kuat maka ini pasti orang itu dibilang berkualitas. Mana ! Justru Goblok ! kalo ada kesembuhan ilahi baru orang kristen beneran, Sempit! kalo ada injil kemakmuran baru orang kristen yang diberkati, Ngawur ! Kita harus rela kembali kepada apa yang dinyatakan Alkitab kepada kita, mari kita belajar daripada semangat Puritanisme yang mempercayai bahwa mujizat yang nyata adalah hidup kekal yang tidak pernah berubah, kemakmuran sejati di dalam Kristus yang menyatakan berkat Tuhan melalui Firman Tuhan hari demi hari, setiap hari, kesembuhan abadi diberikan kepada manusia berdosa untuk bangkit dari kematian dan hidup di dalam kesucian. Ini baru semangat kristen ! Firman Allah cukup ! gak perlu iklan-iklan “ sponsor “ maupun cheerleader “ bayaran “ ! Saya percaya Tuhan dapat memakai dengan heran pembicara yang akademis berintelektual tinggi, betul ! saya percaya betul hal tersebut ! Tapi sayapun percaya Tuhan dapat pakai pembicara yang sederhana. Saya percaya betul ! John Sung bertobat bukan karena pelayanan seorang Ph.D, tetapi pelayanan anak umur 14 tahun. Can you imagine it ? Saat engkau mendengarkan khotbah, kamu harus menempatkan diri sebagai murid, bukan juri. Saat Tuhan pakai hamba Tuhan berkhotbah “ choleric “ atau “ melancholic “ maka kita harus belajar mempercayai Firman Tuhan. Jangan terpaku memutlakkan cara-cara berkhotbah ! jangan buang-buang waktumu untuk menilai khotbah orang lain, kecuali khotbahnya ngawur ! isilah hidupmu dengan merenungkan setiap Firman Tuhan yang dibawakan baik secara rumit maupun sederhana karena KRISTUS

Ketiga, Sukacita dalam ibadah harus kembali kepada prinsip Kitab Suci. Allah kita adalah Roh Sukacita yang tidak terbatas dan semuanya ada di dalam Firman Tuhan. Orang yang merenungkan Firman Tuhan adalah orang yang menikmati sukacita Tuhan. Walaupun ada iklan-iklan “ lagu rohani, film rohani “ yang memberikan sukacita kepada kita tetapi itu boleh ada boleh tidak ada … jangan terpaku dengan metode-metode yang ngetrend tapi humanis … jangan-jangan itu SATAN TOOLS karena mencintai trend “ religius “ tetapi tidak mencintai Tuhan di atas trend. Kita harus kembali kepada hal yang esensial yaitu FIRMAN TUHAN menyatakan SUKACITA TUHAN. ADA SUKACITA ?

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Tuesday, May 22, 2007

Penghayatan Hidup

Bagaimana kita dapat menjadi manusia yang “ hidup “ ? Jika kita melihat tema-tema seperti ini maka banyak orang lebih mempercayai teori dari “ Chinese Philosophy “ khususnya Ajaran Konfusius. Mengapa demikian ? Etika Konfusius lebih dari sekadar tentang apa yang dilarang ( the don’t ) maupun dianjurkan ( the does ) yaitu sikap dasar bagaimana sebaiknya seorang susilawan ( Kuncu ) menghayati hidup dan kehidupannya. Konfusius mempercayai bahwa untuk memperbaiki dunia dan memperbaiki diri perlu proses seperti sebuah gerak pendulum yang berosilasi seumur hidup tanpa henti dalam rangka belajar menjadi orang yang sempurna. Oleh karena itu tidaklah heran jika Filsafat Konfusius banyak dijadikan dasar bagi masyarakat ( civil society ) karena mengajarkan setiap orang untuk melakukan kewajibannya dalam belajar menjadi manusia yangh bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri, bukan semata-mata untuk diri pribadinya sendiri yang terpisah melainkan sebagai kesatuan dengan memperbaiki lingkungannya. Kalo zaman dulu jika kita melakukan perkara yang tercela maka kita akan ditanya oleh orang “ siapa dosenmu “, “ siapa ortumu “, “ siapa pendetamu “. Tetapi zaman sekarang semuanya sudah “ bodo amat “ alias “ emangnya gua pikirin “. Maka Filsafat Konfusius memiliki jalan untuk menjembatani ini yaitu JALAN TENGAH SEMPURNA.

JALAN TENGAH SEMPURNA memiliki pengertian yang tidak menyeleweng itu adalah TENGAH. Pengertian yang tidak berubah adalah SEMPURNA. Kedua ini merupakan hukum tetap bagi dunia.

Konfusius juga mengatakan bahwa Jalan Suci ada 4 yaitu :
Apa yang kuharapkan dari anakku, belum dapat kulakukan kepada orang tuaku.
Apa yang kuharapkan dari menteriku, belum dapat kulakukan kepada rajaku.
Apa yang kuharapkan dari adikku, belum dapat kulakukan kepada kakakku.
Apa yang kuharapkan dari temanku, belum dapat kulakukan lebih dulu.

Di dalam menjalankan kebajikan sempurna, hati-hati ! Aku tidak berani tidak sekuat tenaga untuk berusaha. Kalau berlebihan, aku tidak berani hambur-hamburkan, dalam perbuatan ada kata-kata dan dalam kata-kata ada perbuatan. Inilah ketulusan seorang KUNCU. Dari sini kita dapat melihat goal dari Filsafat Konfusius mengajak manusia berkarya hingga dunia dapat menjadi tempat yang layak dan nyaman untuk dihuni. Apakah karya manusia dapat menjadikan dunia ini lebih nyaman ?

Dalam Filsafat Konfusius, manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengamati dunia bukan hanya sekadar sebagai kenyataan belaka tetapi kenyataan yang memperkenalkan adanya berbagai kemungkinan, yah kemungkinan yang mampu mengoncangkan sesuatu yang awalnya “ stabil “. Oleh karena itu Fuad Hassan, filsuf Indonesia mengatakan manusia jika masuk ke dalam area kemungkinan maka ia sedang merancang keberadaannya sebagai kesejarahan ( historicity ) tetapi tidak semua kemungkinan dibenarkan untuk diwujudkan karena ada dikotomi antara good and bad, virtue and evil. Oleh karena itu manusia perlu “ Integrity “. Konfusius membaca konsep “ Integrity “ hanya dalam batas tingkah laku, tindakan maupun perilaku manusianya. IS THAT ENOUGH ?

Konsep integrity manusia tidak bisa dilepaskan dari elemen atau natur dari manusia itu sendiri. Iman Kristen menegaskan manusia diciptakan menurut IMAGO DEI ( gambar dan rupa Allah ) yang harus dibaca di dalam 3 elemen atau natur yaitu SPIRITUAL, INTELLECTUAL AND MORAL.

1. SPIRITUAL – Allah adalah Creator dan Manusia adalah Created. Allah Bijaksana yang merancang semuanya dengan harmonis dengan segala kebenaran-Nya. Manusia tidak mungkin dapat menemukan Kebenaran-Nya jika bukan Allah yang membukakan jalan tuk menemukan-Nya. Maka Manusia hanyalah penemu kebenaran tetapi bukan pencipta kebenaran – semua harus kembali kepada Allah. Oleh karena itu St. Augustine dan Calvin mempercayai “ All Truth is God’s Truth “. Biblical Theology juga memaparkan hal yang sama yaitu pikiran-Ku bukanlah pikiranmu ( Yesaya 55:8 ). Berarti kita hanyalah memancarkan sumber kebenaran-Nya sahaja.

2. INTELLECTUAL – Seringkali kita menempatkan diri sebagai seorang akademis yang masuk ke dalam laboratorium yang “ menyeramkan “ untuk mengadakan eksperimen-eksperimen untuk mendapatkan formula yang beraplikasi. Maka hasil dari laboratorium tersebut yaitu kumpulan poin-poin akademis nan teoritis hasil analisa dalam pengetahuan kita yang “ limited “ ini.

3. MORAL – Secara umum, moralitas berbicara mengenai kesusilaan yaitu tatanan yang harus menjadi pedoman perilaku manusia dalam pergaulan manusia dengan sesamanya. Pertanyaannya adalah standar mana yang “ qualified “ ? Jika tiada satu standard yang satu-satunya berarti tidak ada standard yang obyektif alias subyektif dan akhirnya liar.

Oleh karena itu, manusia harus kembali kepada originalitas manusia itu sendiri yang terletak pada Tangan Allah sendiri yaitu IMAGO DEI di dalam COMMON GRACE dan SPECIAL GRACE yaitu Penciptaan dan Kelahiran Baru, untuk menemukan kehidupan manusia yang abadi. Amen.

Solideo Gloria
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Monday, May 21, 2007

Reflection on Marvell

Komik Marvell cukup mengesankan pribadi saya karena secara fenomenal mampu menarik animo masyarakat luas di seluruh dunia khususnya tokoh-tokoh animasi yang " superficial ". Jika kita melihat dari sejarah komik Marvell sendiri maka kita akan menemukan adanya sebuah kebutuhan universal akan pahlawan diwakilkan melalui komik yang memiliki relasi yang kuat dengan mitologi Yunani seperti Hercules yang menunjukkan jatuh bangunnya bangsa-bangsa dan kerapuhan manusia yaitu konsep pahlawan. Pahlawan adalah cerminan harapan kebudayaan. Dimulai dari DC 1938, Captain America yang " ganas ", Superman diciptakan lebih cepat dari peluru, lebih kuat dari lokomotif dan Batman diciptakan begitu cerdas, tubuh yang sempurna serta rekening bank yang melimpah sampai dewasa ini Spiderman yang yatim piatu, miskin tapi populer. Hal ini cukup menarik saya pikirkan yaitu mereka menutupi muka mereka dengan " topeng ". Topeng yang memuat identitas seseorang yang tidak diperbolehkan tuk diketahui oleh siapapun kecuali beberapa orang yang " layak " mengetahuinya maka kepribadian mereka begitu exclusive. Kedua, Kostum mereka keren sekali dan menurut hemat saya kostum mereka pasti memberikan " deep meaning " dalam identitas kepahlawanan mereka untuk memacu semangat kepahlawanan mereka yang superficial seperti dewa-dewa yang sedang turun ke bumi. Melihat fenomenal tokoh komik Marvell dilihat dari perspektif Kristen maka meskipun mereka diciptakan dari " Heroic Philosophy " tetapi secara " message ", masih ada poin-poin penting yang muncul dari fenomenal pahlawan-pahlawan tersebut.


1. Lemah tetapi Dikuatkan

Prinsip ini menyatakan bahwa yang lemah dapat berkata bahwa dirinya kuat dengan satu catatan yaitu tahu diri dengan " self control ". Jika kita lihat Superman kuat tapi tetap punya kelemahan yaitu red lasernya gak bisa tembus timah. Hulk memang kuat tapi hidupnya penuh penyangkalan diri. Batman memang kuat tetapi memiliki pergumulan yang besar terhadap ketakutan maupun ketidakadilan. Spiderman memang kuat tetapi hidupnya miskin. Meskipun mereka dikatakan sebagai pahlawan tetapi mereka tetap memiliki kelemahan yang terbatas. Menurut saya, ini gambaran yang realistik. Menurut saya, bagian ini juga dapat menjadi perenungan kita bahwa kita semuanya adalah manusia yang lemah juga tetapi di dalam Kristus maka kita kuat karena Kristus. Kuat dalam kelemahan – I korintus 1:26, II Korintus 12:9-10.


2. Pembalasan dendam

Tema Pembalasan dendam banyak digemari oleh para film director baik Hollywood, Bollywood maupun Blockbusters. Nuansa ketidakadilan yang dialami oleh manusia di dalam dunia ini menjadi salah satu pemicu lahirnya kisah-kisah penuh misterius dan violence. Dalam Produksi Film dari Marvell– Batman Begins punya konsep pembalasan dendam sendiri, baginya pembalasan dendam itu legal asal tidak bunuh orang. Kedua, legal asal menyelamatkan korban lebih penting daripada dirinya sendiri. Ketiga, legal asal orang lain gak jadi korban karena revenge. Jika demikian, berarti pembalasan secara setimpal disetujui oleh Batman. Bagaimana dengan kekristenan ? Justru kita mempercayai sebuah prinsip Firman Tuhan yaitu Pembalasan adalah HakTuhan. Memang kita harus menegakkan keadilan tetapi semuanya harus didasarkan atas Kasih-Nya karena jika demikian maka kita akan liar dalam menjalankan keadilan. Kasih Kristus harus menjadi dasar dari keadilan. Ini prinsip yang harus bertahta dalam diri kita yaitu Kasih Kristus.


3. Pengampunan

Tema ini muncul dalam Spiderman 3. Saat Parker harus kehilangan kakeknya karena ditembak oleh salah satu penjahat dari dua penjahat. ia begitu rasa bersalah sampai gak bisa mengampuni dirinya sendiri maupun mengampuni penjahat tersebut. Tetapi justru dalam scene pertemuan Parker dan Penjahat tersebut justru Penjahat menyadari kesalahannya dan memohon maaf kepada Parker, justru Parker melakukan respon yang berbeda dengan film-film action yaitu mengampuni. Mengampuni diri sendiri dan mengampuni orang lain. that was good point !


Tema-tema diatas hanyalah contoh-contoh message yang bisa kita nikmati tetapi sayapun harus mengingat bahwa message merekapun bukan message yang original. Konsep pahlawan yang lemah tapi dikuatkan, menegakkan keadilan maupun mengampuni itu justru semangat message Alkitab. Bedanya, mereka hanya membawa kita untuk belajar moral kebaikan dalam hidup fana sedangkan pahlawan iman membawa kita kepada Kebaikan itu sendiri yaitu Kristus yang membawa kita kepada hidup yang kekal. Maka jika saudara belum baca Alkitab, saya mengundang saudara untuk membacanya karena disana banyak kisah-kisah pahlawan-pahlawan iman yang lebih " berkualitas " dan memiliki " hidup yang kekal ".


Seorang teolog Reformed, Harvie Conn mengatakan film adalah ' cermin budaya ', maksudnya adalah suatu " reflection " yang bernilai baik dari sikap kontemporer, filsafat, nilai maupun pola hidup. Tentu saja, Film menjadi produk dari kebudayaan. Sayangnya, banyak film yang beredar justru memiliki misi yang berbau politis, sarkastis, violence, abuse, hujatan, bidat. Banyak film yang beredar cenderung liberal maupun berusaha menumbangkan nilai-nilai agama orthodoks. Misalnya liberal hari ini menekankan kesetaraan di antara laki-laki maupun perempuan, ras, kebudayaan, agama maupun kaya miskin - istilahnya semua jadinya sama. ini semangat ekumenikal yang membawa segala sesuatunya jatuh ke dalam relativisme. Dalam artikelnya, John. M. Frame mengatakan bahwa kita sebagai orang kristen harus berani untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan konsep Firman Tuhan karena bagaimanapun bagus atau jeleknya sebuah film tetapi irasionalisme dan rasionalisme ( vocabulary dari cornelius van til ) atau pesimisme dan optimisme ( vocabulary dari os guinness ). Oleh karena itu kita memang akan menemukan kehadiran moral irasionalisme dan rasionalisme ( vocabulary cornelius van til ) walaupun palsu tetapi kadang kita bisa menemukan jejak-jejak ide kristen yang muncul jelas. Oleh karena itu presuposisi menjadi penting. Kita berada " di dalam " dunia ( Yohanes 17:11, 15 ; Titus 2:12 ) tetapi bukan " dari " dunia ( Yohanes 15:9 ; 17:14, 16 ). Menghindari dunia ? Jelas bagi John M. Frame, itu tidak masuk akal. justru kita seharusnya berada di dalam dunia untuk menantang zaman. Bagaimana dengan kita ? Melihat Film-film tokoh Marvell, kita masih bisa mempelajari " something " meskipun ada yang pesimis maupun optimis palsu tetapi justru kita dipanggil untuk menemukan message Ilahi yang entah mereka sadar atau tidak sadar dalam alur mereka dan biarlah Roh Kudus menyatakan Kuasa Transformasi bagi anak-anak-Nya tuk membuka satu-satunya Kebenaran sejati yang menyatakan hidup yang kekal yaitu Kristologis. Amen.


Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Friday, May 18, 2007

In God They Trust

Biografi menjadi catatan sejarah yang penting bagi manusia untuk belajar dari pengalaman orang-orang yang telah melakukan kebajikan, kebijakan, kesalahan, kebaikan, kesuksesan, kegagalan dalam hidupnya. Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah majalah di Perpustakaan Shi Da, Taipei dan saya terpaku kepada catatan sejarah mantan-mantan presiden Amerika Serikat seperti William McKinley, Richard Nixon, James Kennedy, Abraham Lincoln, George Walter Bush maupun Bush Junior. Sebuah artikel yang berjudul “ in God they trust “.

Saya tergugah melihat beberapa statement mereka yang mengajak setiap kita mesti introspeksi diri terhadap kerohanian kita di dalam tantangan zaman dalam keagamaan maupun kebudayaan. Mantan Presiden William McKinley pada saat berada di White House mengatakan “ I went down on my knees and prayed Almighty God for light and guidance “. Meskipun statement McKinley begitu sederhana tetapi saya mengimani betul apa yang ia katakan. Hari ini berapa banyak orang-orang kristen yang berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa kepada Tuhan atas Visi dan Misi-Nya ? ironisnya, orang kristen sendiri tidak menyukai “ life style “ seperti ini karena mungkin dianggap kurang “ akademic “ atau “ old fashioned - traditional “. Inilah kejatuhan orang “ kristen “ yang hanya bersenang-senang di atas iman tanpa rasa tanggung jawab yang takut kepada Tuhan ! Saya belajar menghimbau diri saya sendiri maupun setiap orang kristen untuk mulai rela mengutamakan “ life style “ seperti ini …. “ I went down on my kness and prayed Almighty God for light and guidance “ karena saya percaya dari ketaatan berdoa dan merenungkan Firman Tuhan siang dan malam membawa saya untuk menikmati penyertaan Tuhan yang setia.

Mantan Presiden Abraham Lincoln juga memiliki sebuah statement yang saya imani betul dalam perjalanan saya sebagai orang kristen yaitu “ I must put all my trust in Almighty God. The Burden was more than I could bear “. Bagi saya, inilah statement orang beriman. Perjalanan hidup manusia penuh dengan liku-likunya sehingga terjalnya perjalanan hidup membuat setiap kita jatuh ke dalam rasionalisasi teologis sehingga kita kehilangan iman untuk mempercayai “ a divine work in us “ maupun “ the work of Holy Spirit “. Krisis iman terjadi karena semua “ worldview “ kita menjadi “ fragmented “ karena komunikasi yang rusak karena DOSA sehingga interpretasi, hermeneutika maupun aplikasi menjadi terbatas dan sempit. Jika demikian, gimana donk ? Dengan Iman meminta Tuhan memberikan ketaatan kepada kita meski situasi tidak memungkinkan. Saya percaya iman dari Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang berada di dalam dapur api yang menyala-nyala dan mereka tetap menyerahkan semua “ trust “ kepada Tuhan, meskipun mereka hidup atau mati, mereka tidak akan menyangkal Tuhan. Ini baru kehidupan orang beriman. Charles Spurgeon mengatakan kita bisa taat pada Tuhan berarti “ Sorga “ ada di dalam hati kita. Pertanyaannya, ketaatan kita sampai dimana ? kita harus belajar taat setia sampai mati seperti Daniel, Sadrakh, Messakh, Abednego dan lainnya, terutama Yesus Kristus yang setia menjalankan misi-Nya sampai mati dan bangkit dari kematian menyatakan kemenangan atas maut. Taat pada Tuhan melampaui segala sesuatu yang menjadi beban kita. TOTAL TAAT SEMUANYA KEPADA TUHAN secara “ mind “, “ understanding “, “ heart “ …. Mereka yang memberikan SEMUANYA kepada Tuhanlah yang diberkati dengan berlimpah-limpah oleh Tuhan. IMANILAH STATEMENT SEDERHANA INI DENGAN TEKUN.



By His Love
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Wednesday, May 16, 2007

Terrorist became Evangelist

China, sebuah negara yang menganut paham komunis, tidak mengakui maupun mengenal agama. Ini menjadi suatu pergumulan tersendiri bagi tersendiri bagi kita yang melayani di daratan ini. Komunisme di China dirintis oleh Mao Tze Dong dan Cheng To Siu pada sekitar tahun 1920 dengan pendirian partai komunis china. Partai Komunis China anti agama dan anti kebudayaan sehingga jika semua paham berbeda dengan komunis maka harus dihancurkan.

Di dalam sejarah komunisme lahir dari ide Karl Marx dan Frederich Engels melalui “ Communist Manifesto “. Dimulai dari konteks sejarah yang penuh kesenjangan yang sangat mencolok antara kaum borjuis ( kaum yang memiliki tanah, memproduksi sesuatu dan mempekerjakan buruh ) dengan kaum proletarian ( orang yang miskin tidak memiliki tanah dan menjadi buruh yang bekerja bagi orang borjuis ). Saat itu kaum borjuis didominasi oleh orang kristen yang mempekerjakan buruh untuk melakukan tugas yang berat dengan gaji yang sangat minim sehingga kesenjangan sosial itu timbul. Dari sinilah komunisme dicetuskan sebagai pembelaan kepada para buruh yang secara kuantitas lebih besar daripada kaum borjuis. Komunisme juga memiliki paham “ sama rata “ yang mengakibatkan terjadi banyak konflik agar tercipta masyarakat yang “ sama rata “ ini.

Semenjak China membuka dirinya kepada dunia luar, paham komunisme sedikit lunak dengan diperbolehkannya kegiatan agama diadakan termasuk gereja, tetapi gereja-gereja estabished bisa beribadah asal harus menyetujui “ policies “ dari pemerintah untuk tidak menyatakan Yesus sebagai Allah, harus menyetujui Communist Party. Banyak gereja memilih aman dengan “ dibungkamkan “ untuk memberitakan Injil yang sesungguhnya. Maka jangan heran kalo gereja bawah tanah sampai hari ini masih berlipatganda karena mereka hanya mau memberitakan Injil yang sesungguhnya yaitu Kristus adalah Allah dan Manusia yang memberikan Pengharapan hidup yang kekal selama-lamanya.

Dalam surat Galatia, Rasul Paulus pernah mengalami pergumulan terhadap jemaat di Galatia, jemaat yang telah dirintis dan didirikan oleh Paulus sendiri tetapi menyimpang dan menerima ajaran yang kelihatannya seperti Injil padahal itu bukan injil tapi yahudi. Yahudi menganut paham bahwa kaum pilihan Tuhan harus disunat. Paulus melayani untuk orang non Yahudi maka tiada lagi hukum sunat karena hukum sunat hanyalah simbol sedangkan keselamatan hanya melalui iman kepercayaan dalam Kristus Yesus satu-satunya. Maka Paulus menegaskan bahwa Injil itu bukan Injil manusia maupun diterima oleh kita karena manusia tetapi melalui pernyataan Yesus Kristus ( 12 ).

Kenapa Paulus begitu berani menegaskan hal ini ? Keberanian dia tidak bisa lepas dari sejarah pertobatan Paulus ( 14 ) ? Sebelum Rasul Paulus bertobat, ia bernama Saulus, seorang akademik yang pintar, rajin, belajar teologi, menguasai kitab suci. Namun Saulus punya jiwa teroris dengan usaha membunuh orang kristen sampai akar-akarnya. Saat ia bertemu dengan Tuhan, barulah jiwa teroris diubahkan dalam kuasa Roh-Nya menjadi jiwa ‘ evangelis ‘. Puji Tuhan ! Ini mujizat ! Sebuah refleksi sederhana buat kita harus mengintrospeksi diri kita, bagaimana dengan kita ? orang kristen yang mengalami pertumbuhan harus perlu belajar, jika tidak ada kemauan disiplin belajar maka orang kristen akan jatuh ke dalam kehidupan rohani yang stagnan. Belajar Firman Tuhan harus pula membuat kita mengalami pergumulan atas Firman tersebut. Kita harus berjuang dan menggumuli setiap Firman yang sudah kita terima, tidak sekadar menerima dan disimpan dalam memori otak kita. Sebab tanpa kita bergumul melakukan Firman Tuhan maka kita tidak akan pernah menjadi orang kristen yang bertumbuh.

Hari ini kita sudah banyak mendengar khotbah maupun visi gerakan yang berakar kepada satu-satunya kebenaran yaitu FIRMAN, tetapi sudahkah kita memiliki hati yang benar-benar berjiwa doktrin tersebut ? apakah kekristenan kita benar-benar berjiwa Injil ? atau jangan-jangan kita hanyalah kristen lahiriah tetapi hati kita tetap berjiwa “ komunis “ ?

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Monday, May 14, 2007

Hope and Victory

Sejak manusia berdosa, tiada seorangpun dapat mencari Allah dan Kebenaran-Nya secara “ perfectly “. Salah satu ketidakmampuan manusia mencari Allah dan kebenaran-Nya yaitu sebuah bangunan zigorad babilonia yang pernah tercatat di sejarah peradaban manusia yang desainnya diabadikan di Great Mosque, Samarra di Irak. Memiliki 23 pintu gerbang – tinggi 55 meter bentuk “ pisang molen “ or “ ice cream cone “ yang mampu menampung 80.000 jemaat. ( Kejadian 11 ). Mereka dengan visi yang satu membangun zigorad, komitmen yang satu menjalankan visi tersebut dengan susah payah, komunikasi yang efektif untuk mewujudkan visi yang mereka dambakan tetapi apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga manusia diceraiberaikan, bahasa manusia diporak-porandakan sehingga visi yang tadinya satu akhirnya kacau, komitmen yang tadinya begitu solid sekarang kacau, komunikasi yang tadinya efektif akhirnya tidak lagi berguna. Oleh karena itu Zigorad Babilonia menjadi peringatan sejarah manusia ! Mau punya manajemen sebagus mungkin tetapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan maka semuanya tidak mungkin dapat terlaksana ! Tetapi sayangnya manusia semakin bebal untuk kembali membangun zigorad pribadi mereka dengan ide-ide “ jahat “ yang justru melawan Tuhan. Hasilnya adalah sia-sia. Karena manusia tidak mungkin dapat mencari Allah dan kebenaran-Nya di dalam kapasitas sempitnya manusia yang terbatas. Hanya satu solusi satu-satunya yaitu Roh Allah sendiri yang menyatakan diri-Nya dan Roh Allah sendiri yang menyatakan Kebenaran-Nya maka barulah manusia dapat menemukan Allah dan Kebenaran-Nya yang “ asli “. Roh Allah datang membawa Firman turun ke dalam dunia melalui “ special revelation – wahyu khusus “ yaitu ALKITAB & INKARNASI. Melalui Alkitab dan Inkarnasi barulah kita memahami bahwa di dalam Kristus barulah kita dapat menemukan Allah dan Kebenaran-Nya. Alkitab dan Inkarnasi menjadi “ the crucial point “ untuk menyatakan “ Theology “ dan “ Action “ yang membawa manusia kembali kepada Tuhan. Kelahiran Yesus, Kematian Yesus, Kebangkitan Yesus adalah momen-momen optimistik yang menyatakan pengharapan bagi hidup manusia. Tanpa kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus maka tidaklah mungkin kita dapat memahami “ Theology “ secara “ hidup “. Justru melalui momen-momen tersebut kita dapat melihat betapa momen-momen Yesus turun ke dalam dunia menyatakan pengharapan kita melihat “ Action “ dalam “ Theology “. Hari ini kita memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Disini kembali setiap kita melihat momen yang berharga dalam inkarnasi Tuhan untuk menyatakan sekali lagi, Pengharapan bagi umat Tuhan yaitu Theology of Victory. Tuhan menang atas maut ! ini bukan statement “ klise “ ! ini “ real “. Oleh karena itu janganlah engkau lengah ! Jika gereja Tuhan dipenuhi oleh anak-anak Tuhan yang “ berpengharapan “ di dalam Kristus yang menang atas maut maka hidup mereka bukan jatuh ke dalam ketakutan tetapi mereka hidup di dalam kelimpahan dan pengharapan iman mereka memberikan “ fighting spirit “ untuk memperjuangkan “ Theology “ dan “ Action “ sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Puji Tuhan !

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...