Monday, November 10, 2008

Sola Scriptura

Detik-detik menjelang hari reformasi 2008 seharusnya membuat setiap kita kembali melakukan re-reading terhadap konsep theos maupun logos di dalam hati setiap kita. Mengapa “sola scriptura” begitu berharga? Mengapa semangat “back to the Bible” menjadi penting dalam sejarah?

Seringkali kita menganggap “sola scriptura” berharga atau tidak, hanya demi menikmati kemauan kita sebagai ciptaan. Hasilnya, kita tidak mengerti harga sesungguhnya dari “sola scriptura”. Akibatnya, definisi “sola scriptura” sendiri telah dikaburkan oleh beragam interpretasi-interpretasi inovatif manusia berdosa sehingga mereka menganggap mereka masing-masing telah menemukan definisi yang tepat mengenai “sola scriptura”, padahal mereka melewatkan Allah dari interpretasi inovatif mereka.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia mengalami delusion. Pertama, manusia meraba-raba di dalam kegelapan hanya melalui sebuah cahaya kecil yaitu akalnya sendiri. Dalam hal ini manusia hanya melegalkan standar self centered dalam hidup beragama. Kejatuhan gereja di masa lalu adalah penyalahgunaan akal budi demi kebutuhan dana renovasi dari gereja St. Peter, gereja melegalkan penjualan surat indulgensia sebagai “the newest doctrine” yang kelihatannya religius, tetapi tidak setia kepada Allah dan kebenaran-Nya. Akibatnya, orang kaya dapat membeli surat penebusan dosa dan memperoleh “keselamatan” dengan leluasa. Sedangkan, orang miskin tidak dapat membeli surat tersebut karena keterbatasan dana mereka. Pertanyaannya adalah apakah keselamatan diberikan hanya bagi kaum ber-uang saja? Keselamatan ada di tangan siapa? Allah atau gereja?

Kedua, manusia cenderung menyesuaikan diri secara fungsional pada lingkungannya. Doktrin sola scriptura seharusnya dibawa ke dalam intinya yaitu menyingkapkan kepada kita mengenai diri kita sesungguhnya. Apakah kita bersifat spiritual atau natural? Apakah kita dilahirkan dari Allah dan hidup secara rohani atau apakah kita sedang menipu diri kita dan mati secara rohani. Hanya Firman Allah yang mampu membeda-bedakan pikiran-pikiran dan maksud-maksud dari hati. Problemnya adalah kita tidak peduli dengan hidup kita sendiri. Akibatnya hidup manusia banyak diisi bukan dengan “Sola Scriptura” tetapi interpretasi inovatif manusia mengenai “sola scriptura”. Dalam hal ini, manusia lebih suka menimbun konsep sampah ketimbang mengejar konsep yang kekal.contoh: Gereja di era perang dunia II menerima makian dari sini sana karena gereja hanya peduli kepada dirinya sendiri. Mereka menyesuaikan diri mereka ke dalam kenyamanan fisikal. Hitler telah membunuh jutaan orang Yahudi di kamp konsentrasi. Gereja bukan bersuara, justru gereja “silent”. Tidak heran, jika Emmanuel Levinas berteriak “ dimanakah suara gereja saat jutaan kaum Yahudi dibantai? “. Bagaimana dengan GRII? Calvin berkata: Dunia adalah biaraku. Justru kita harus ambil komitmen berani hidup selaras dengan prinsip Firman Tuhan dan menolak pengaruh sekuler baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Itulah panggilan kita.

Ketiga, manusia cenderung percaya bahwa di luar Allah, semua dapat diketahui seperti lampu minyak yang punya energi sendiri. Orang non Kristen menganggap diri memiliki bukti-bukti maupun fakta-fakta logis (menurut mereka), padahal semuanya di dalam “kegelapan”. Sebagian orang anggap agama hanyalah pelengkap sehingga tidak perlu berdebat mengenai Allah dan kebenaran yang mutlak. Ini semangat satanis. Iblis tidak menyangkal Allah, tetapi Iblis menyangkal kemutlakan Allah. Justru orang Kristen harus meyakini sepenuhnya bahwa segala sesuatu “gelap” jika wahyu Allah tidak meneranginya. Tanpa terang Allah maka tiada fakta sejati. Allah adalah Sang Pencipta, Penebus dan Pewahyu. Hanya melalui Allah saja maka saya dapat menikmati Allah dan Kebenaran sejati. Itulah semangat sola scriptura yang diteriakkan oleh Martin Luther bahwa segala sesuatu harus kembali kepada otoritas Alkitab, tanpa-Nya maka manusia kehilangan fakta sejati.

Konklusi : Definisi terbaik adalah kembali kepada Allah (God centered) yang mewahyukan: Kristus sebagai wahyu yang hidup dan Alkitab sebagai wahyu tertulis.

Bagaimana saya dapat meresponi semuanya ini?

Dick Eastman dalam bukunya No Easy Road menulis komentar seorang komunis tentang Injil demikian, “ Injil merupakan senjata untuk membaharui masyarakat yang lebih ampuh daripada pandangan Marxisme yang kami anut. Namun demikian, pada akhirnya kamilah yang akan mengalahkan kalian orang Kristen. Kami orang-orang komunis tidak bermain dengan kata. Kami adalah orang-orang yang realis dank arena kami bertekad untuk mencapai tujuan, maka kami juga tahu bagaimana menyiapkan sarana yang perlu … kami orang komunis hanya mengambil apa yang betul-betul perlu dari gaji dan upah kami. Sisanya kami berikan untuk maksud propaganda. Kami juga menggunakan waktu senggang dan separuh dari liburan kami untuk propaganda tersebut. Sebaliknya, anda hanya memberikan sedikit waktu dan hampir tidak memberikan uang guna menyebarluaskan Injil Kristus … bagaimana orang akan percaya pada nilai Injil yang sangat tinggi itu bila anda tidak menyebarluaskannya, dan tidak mengorbankan waktu dan uang anda untuk maksud itu? Percayalah, kami yang akan menang karena kami percaya akan ajaran komunis dan rela mengorbankan segala-galanya, bahkan nyawa kami sendiri. Tetapi kalian orang Kristen takut mengotori tangan kalian.”

Benak saya mengeluarkan sebuah pertanyaan: inikah fakta orang Kristen hidup di dalam dunia? Orang Kristen lebih sibuk memperkaya diri mereka dengan aksesoris mahal guna memperindah tubuh sementara yang kelak bakal kembali menjadi tanah. Anasir modernisme dengan kapitalisme serta nafsu hedonistic semakin merusak dan memporak-porandakan kehidupan orang Kristen. Sola Scriptura adalah pustaka besar bagi kita melihat otoritas Allah memimpin manusia dan zamannya menuju kebenaran sejati.problemnya: kita tidak kuat. Kita lebih memperkuat ekspresi fenomenal kita bagi Tuhan daripada diam hening menikmati didikan Tuhan serta hajaran Tuhan setiap hari dan memberitakan injil kepada orang yang belum kenal Kristus. Apakah benar statement dari Goenawan Mohamed bahwa orang beragama cenderung sibuk dengan fenomenal (desain bangunan, struktur imperium, etc) dan kehilangan waktu hening dengan Firman, apakah orang beragama sudah seculum? Sola Scriptura! Kembali kepada Firman di dalam kuasa Roh Kudus menyatakan inti pelayanan hanya di dalam nama Kristus, satu-satunya pengharapan dunia.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Xiamen, China

Tuesday, September 09, 2008

Batik

Kemarin merupakan hari khusus di Istana Negara karena Presiden Rebuplik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merayakan ultah-nya ke 59 tahun. Tidak sedikit, para wartawan, para pejabat, keluarga sampai rakyat Indonesia memberikan selamat kepada beliau. Seluruh ruangan dipenuhi oleh para undangan yang berpakaian khas yaitu batik. Secara pribadi, saya suka baju batik, tetapi kenapa saya suka batik? Secara ideal, Batik merupakan gambaran ekspresi saya sebagai orang Indonesia yang menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia. Tapi, apakah benar itu ekspresi jujur saya terhadap batik? Apakah nasionalisme saya betul-betul memiliki “nyawa”? Apakah maraknya pemakaian batik tanda kebangkitan budaya Indonesia?


Batik berasal dari kata tik yang terdapat dalam kata titik yang berarti tetes. Tentu saja, proses pembuatan kain batik dilakukan dengan tetesan lilin. Sejarah Batik diperkirakan ada sejak abad 12 Masehi dengan memakai bahan kulit mengkudu, kulit pohon tarum, kulit kayu. Tahun 1815 batik dicetak dengan stempel tembaga yang berpola batik. Dulu motif hanyalah gambar binatang atau tanaman tapi sekarang motif lebih abstrak. Pemakai batik saat itu adalah keluarga kerajaan di zaman Majapahit, akhirnya meluas dikenakan oleh rakyat.


Pengaruh batik rupanya tidak hanya melanda Indonesia tetapi juga melanda dunia. Buktinya, Adidas mengeluarkan edisi batik Indonesia pada jacket, sepatu basketball, sepatu running, etc. Belum lagi, jam tangan terkemuka di Eropa Jaeger Le Coutre mengeluarkan salah satu jam tangan bermotif Indonesia. Bahkan Tiongkok tidak mau ketinggalan, desain baju batik diperjualbelikan di Asia sehingga banyak batik-batik made in China. Apakah semuanya ini menguntungkan Indonesia? Di satu sisi, citra Indonesia mengalami kemajuan karena dunia respek terhadap salah satu karya budaya Indonesia. Di sisi lain, ada sosok-sosok tradisional yang mengalami persaingan ketat. Betapa tidak, pasar tanah abang hari ini dipenuhi batik-batik dari Tiongkok karena murah. Bagaimana nasib batik produksi dalam negeri? Hanya kualitaslah yang dapat membedakan mana yang terbaik. Maju Indonesia!


Bangga sebagai WNI
Daniel Santoso
Jakarta, Indonesia

Dimana posisi Rumah Tuhan?

Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sebuah artikel dari majalah dinding seminari bahwa ada gereja yang dijual bersama dengan tiga ratus jemaatnya kepada pembaca surat kabar tersebut. Saya kaget dengan iklan kecil tersebut. Jika gedung gereja dijual, saya mungkin dapat memahaminya meskipun tidak 100% setuju. Tetapi gedung dijual bersama dengan jemaatnya, ini bukan hal biasa bagi saya. Mengapa dapat terjadi demikian? Pertanyaan yang timbul dalam benak saya adalah apakah perorangan dapat menjadi pemilik gereja? Kalau dapat, berarti perorangan dapat mengkontrol gereja, pendeta, penginjil, jemaat? Jadi boss gereja donk? Bagaimana dengan posisi Tuhan?


Gereja tidak dapat dilepaskan dari tahta Tuhan. Tuhan berdaulat atas keutuhan gereja sebagai kerajaan Allah di bumi. Tidak ada seorangpun dapat memiliki kedaulatan di atas gereja karena gereja harus berakar di atas batu karang yang kokoh yaitu Kristus. Di dalam Kristus, gereja mengajarkan doktrin yang ketat, disiplin rohani yang hidup, penginjilan dinamis dan melakukan semua aktivitas kehidupan dengan takut kepada Tuhan serta hati berkobar-kobar melayani Tuhan dan memuliakan Tuhan dengan kenikmatan Ilahi dari Tuhan. Sayangnya gereja hari ini kurang peduli dengan keketatan doktrin, disiplin rohani, pemberitaan Injil maupun aktivitas kehidupan dalam masyarakat sehingga sebagian gereja mengalami kelumpuhan rohani. Manusia mulai mengambil posisi di dalam gereja untuk mengatur umat Tuhan menurut analisa sendiri, observasi sendiri sehingga semuanya demi keuntungan sendiri. Persembahan demi persembahan dari anak-anak Tuhan bukannya dipakai untuk kemuliaan Tuhan tetapi digunakan untuk investasi diri terhadap material-material yang berlebihan. Inikah gereja Tuhan? Saya betul-betul mengaminkan statement dari Pdt. Dr. Stephen Tong bahwa banyak perampok-perampok rohani berkeliaran di dalam gereja. Jika demikian, masih adakah harapan bagi gereja untuk hidup suci melayani Tuhan? Gereja adalah milik Tuhan. Gereja adalah milik umat Tuhan. Gereja bukan milik perorangan. Gereja bukan milik orang kaya. Gereja bukan milik pejabat. Gereja bukan milik selebritis.


Dalam acara infotaiment Indonesia, Dorce membangun masjid megah di sebuah kompleks di Jakarta Selatan dengan motivasi religius; memuliakan nama Allah. Menurut saya, Dorce melakukan sebuah kebajikan bagi masyarakat supaya dekat kepada Allah, tetapi jika prinsip dan caranya salah, apakah nama Allah dipermuliakan? Dalam Alkitab, Seorang Kehat tidak boleh menyentuhkan dirinya kepada tabut Allah karena tabut Allah itu suci dan manusia itu berdosa. Prinsip menjadi penting. Posisi menjadi penting. Akhirnya karena gerobak sapi yang membawa tabut itu tersendat sehingga tabut suci itu mau jatuh. Ia memegang tabut Allah itu dengan motivasi untuk mengangkat tabut Allah itu kembali ke posisi semula. Motivasinya baik. Tapi ia juga tahu bahwa caranya dan prinsipnya salah. Akibatnya orang kehat tersebut meninggal di tempat. Dalam hal ini, saya belajar melihat bagaimana gereja harus kembali kepada prinsip Tuhan yang kudus, jika tidak, sebaik apapun motivasi kita, kita akan tetap salah karena kita sedang menekankan diri lebih daripada Tuhan. Mari kita berdoa untuk hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan, umat Tuhan agar mereka menghargai gereja sebagai tubuh Kristus, hidup sesuai standard Kristus dan memuliakan Tuhan dengan kenikmatan Ilahi dalam Kristus. Kiranya Tuhan mengampuni kita semuanya, terus melayani di gereja Tuhan dengan takut kepada Tuhan dan sukacita melayani Dia dengan prinsip yang benar dan suci. Tuhan memberkati kita semuanya …


Dalam kasih-Nya
Daniel Santoso
Jakarta, Indonesia

Monday, September 08, 2008

Persatuan; Moralitas atau Totalitas?

Setiap zaman akan melahirkan masalah dan aktornya tersendiri. Setiap jaman akan melahirkan semangatnya sendiri, dan akan melahirkan pahlawan-pahlawan tersendiri, yakni mereka yang akan menjadi kekuatan pelopor dalam memecahkan masalah zamannya. Di dalam hidup ada problematika yang terus membanjiri manusia dengan pertanyaan penuh teka-teki. Siapakah mereka yang dapat memecahkan masalah jaman ini? Hanya orang yang punya semangat pelopor rela berdialektika dengan zamannya dan keluar dari krisis. Pertanyaan yang muncul adalah apakah itu cukup?.


Pada awal abad XX, Indonesia (Hindia Belanda) diperlakukan sebagai pengemis di tanah air sendiri karena bangsa Eropa merebut kekayaan yang seharusnya dinikmati oleh Hindia Belanda. Spirit pengemis yang semestinya tidak melekat pada diri Hindia Belanda. Justru penjajahan dan penindasan yang diterima oleh Hindia Belanda. Kenapa Eropa merebut kekayaan Hindia Belanda? Sejarah memberikan informasi bahwa Eropa mengalami krisis kekurangan bekal hidup dalam tanah airnya sendiri sehingga rakyat Eropa mencari rejeki di negeri lain sampai Hindia Belanda miskin.


Sebuah buku dari Soekarno berjudul “Islam Nasionalisme Marxisme” memberikan konklusi betapa gandrungnya Soekarno terhadap satu kosa kata yang diimpikan yaitu persatuan. Menurut Soekarno, gelombang nasionalistis, islamistis dan marxistis dapat bekerjasama menjadi satu gelombang yang maha besar dan maha kuat, seperti satu ombak taufan yang tak dapat ditahan terjangnya. Dari mana pemahaman ini? Wahyu? Tidak. Soekarno hanya meyakini diatas penilaian dirinya sehingga hasil yang diperoleh bersifat relatif.


1. Nasionalisme
menekankan satu golongan/ satu bangsa (close system). Problemnya: gampang menjadi kesombongan bangsa (sosiologis) dan ras (biologis). Keinginan hidup menjadi satu. Jadi menurut Soekarno, golongan membuka kesempatan untuk perselisihan satu sama lain. Realitanya, sampai hari ini belum pernah ada persahabatan yang kokoh. Tapi apakah tidak dapat dicapai? Soekarno percaya persahabatan dapat dicapai dengan teladan spirit of down to earth. Soekarno mengutip Gandhi, cinta pada tanah air, cinta pada semua manusia (tidak peduli golongan apapun). Cinta harus menjadi wahyu dan melaksanakan wahyu tersebut sebagai bakti. Adakah teladan spriit down to earth hari ini? Nasionalisme yang dianggap sejati oleh Soekarno bukan Barat tapi Timur. Bagi Soekarno, nasionalisme barat itu bersifat serang mnenyerang, mengejar keperluan sendiri dan peduli untung rugi. Maksudnya buang waktu banyak hanya untuk berspekulatif ria dalam apologetika mereka.Sedangkan nasionalisme timur, Soekarno angkat topi, menurutnya jikalau islam sakit, roh kemerdekaan timur sakit juga.hal ini. Sama-sama merasakan sakit, seperti satu tubuh, satu keluarga … konsep yang penuh kekeluargaan. Kenapa persatuan ini tidak dapat dinikmati nasionalisme barat? Jawabannya karena kebimbangan mereka atas kekalnya persatuan.


2. Islamisme
Kaum Islam harus menanam benih keislaman kemana-mana. Kaum Islam harus mengambil teknik kemajuan Barat dan mempelajari rahasia kekuasaan Barat. Dari Turki, Mesir, Maroko, Kongo, Persia, Afganistan, India, Indonesia … gelombang tersebut masih terus menanam benih ke seluruh dunia. Islam adalah internasional. Problem dari islamisme adalah fanatic. Orang nasionalis dan marxis menuduh agam islam begitu rusak, rendah derajatnya dan hampir semuanya dibawah pemerintahan negeri Barat. Soekarno membela, itu bukan problem islamnya. Problem terletak pada budi pekerti pemeluknya yang rusak. Islamisme harus dapat mengerti aliran jaman. Persatuan dapat diperoleh dengan menjalankan perintah-perintah agamanya.


3. Marxisme
Karl Marx menjadi maha guru yang berkuasa menyatukan buruh dari seluruh negeri. Konsep dialek materialisme bahwa harga barang ditentukan oleh banyak kerja untuk bikin barang tersebut sehingga hasil pekerjaan kaum buruh lebih berharga daripada upah yang mereka terima. Komunis di Rusia ada orang-orang di distrik Samara makan daging anak-anaknya sendiri oleh karena laparnya. Dulu anti agama, anti kaum kebangsaan sekarang berubah justru ada persahabatan, contoh Tiongkok. Soekarno mengatakan bahwa teori Marx dan Engels harus dirubah kalau zaman itu berubah. Musuh marxisme adalah gereja. Memakai agama buat cari duit, membela keperluan atasan, menjalankan politik. Marxisme lebih dekat pada islam daripada Kristen. Islam dianggap agama tidak merdeka, kaum yang dibawah, sedangkan orang Kristen agama bebas dan agama kaum yang diatas.tapi kelemahan marxis yang kolot teori dan kuno taktiknya dapat menyebabkan diri mereka ingkar akan persatuan maka mereka dapat menjadi racun masyarakat.


Bagaimana respon kita sebagai orang kristen?
a. Soekarno mengajak kita harus dapat menerima tetapi harus bisa memberi. Persatuan tidak dapat terjadi kalau tidak mau memberi diri tuk bersatu. Menurut saya, Soekarno memiliki konsep moralitas yang cukup mendarat bagi bangsa Indonesia tetapi konsep menerima dan memberi tidak bisa hanya dianggap sebuah aktivitas tanpa dasar. Jika dasar memberi maupun menerima hanya diatas dasar kefanaan maka semuaya hanyalah aktivitas humanis yang dapat kembali menghancurkan masa depan manusia. Soekarno mengerti poin ini hanya dapat didasarkan melalui keinsyafan kepada Tuhan Yang Maha Esa tetapi bukan pertobatan melalui karya penebusan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Allah yang rela turun ke dalam dunia menebus dosa kaum-Nya. Dalam hal ini Soekarno tidak menekankan konsep Allah sejati didalam persatuan humanis maupun kekal. Persatuan hanya dapat diperoleh oleh mereka yang mengasihi Allah yang benar dan mengasihi sesamanya dengan benar.


b. Teologi Reformed justru mendasarkan semuanya diatas dasar Allah sebagai Sumber Kedaulatan Sejati yang Mutlak. Tidak ada satupun observasi manusia yang dapat melarikan diri dari Kebenaran Mutlak Allah. Soekarno seorang religius tetapi ia tidak mendasari seluruh prinsip-prinsipnya di atas dasar yang sejati. Soekarno hanya mendasarkan seluruh pemikirannya dari observasi dirinya terhadap gelombang-gelombang besar yang mempengaruhi peradaban hidup manusia. Dalam hal ini, hal praktis yang dapat kita pelajari bahwa tidak semua orang religius adalah orang berhikmat sejati/ orang benar. Banyak orang memakai topeng agama untuk bertahan hidup padahal mereka telah menghanyutkan kebenaran ke dalam dasar laut kebenaran relatif. Akibatnya manusia tidak dapat melihat kebenaran mutlak karena mereka telah dibutakan oleh dirinya sendiri yang telah jatuh ke dalam dosa.


c. Konsep persatuan Soekarno apakah alkitabiah atau tidak? Ketiga gelombang di atas bukanlah kebenaran mutlak. Semuanya hanyalah produksi manusia yang akarnya berbeda dan semuanya hanyalah dasar-dasar yang diperoleh melalui analisa kritis manusia berdosa yang lemah dan cenderung tidak akurat. Konsep persatuan tidak dapat dibicarakan oleh manusia karena manusia bertentangan satu dengan lainnya. Konsep persatuan harus dibicarakan di dalam satu-satunya konteks yang paling hakiki yaitu Persatuan di dalam Allah. Hanya Allah yang dapat menyatukan manusia dan memberikan definisi paling jelas dan akurat mengenai persatuan itu sendiri. Persatuan hanya dapat dilakukan oleh Allah, menurut standard Allah dan sesuai dengan rencana kekal Allah. Pertanyaannya siapakah yang dapat menyatukan manusia dengan Allah? Allah sendiri. Allah yang mana? Hanya Allah yang rela inkarnasi menjadi manusia yaitu Yesus Kristus. Konsep Inkarnasi hanya ada di dalam kekristenan. Jadi segala sesuatu harus dilihat dari perspektif Kristus sebagai Allah yang rela inkarnasi turun ke dalam dunia untuk menyatukan hubungan Allah-manusia di dalam ketetapan-Nya yang kekal.Kalau demikian, konsep persatuan Soekarno akankah terjadi? Menurut hemat saya, tanpa konsep Kristologis sebagai dasar mutlak, maka tidak mungkin ada apa yang namanya persatuan dan kesatuan yang kekal maupun humanis sejati.


Dalam Kasih-Nya

Daniel Santoso

Jakarta, Indonesia

Saturday, June 21, 2008

The Lack of Self Help

Pada mulanya Allah berfirman “ jadilah terang maka terang itu jadi “. Itulah Theology yang menyatakan konsep Theos ( God ) dan Logos ( Truth ) sebagai satu-satunya source of all creation, all definition, all application maka ciptaan Tuhan pasti memancarkan definisi Tuhan dan aplikasi Tuhan. Demikian juga dengan manusia. Problem terbesar muncul pada diri manusia disaat manusia jatuh ke dalam dosa ( fallen into sin ), sehingga manusia mengalami kerusakan total dalam membaca definisi Tuhan dan aplikasi Tuhan atas seluruh ciptaan-Nya termasuk dirinya sendiri. Oleh karena itu manusia membutuhkan “ SPECIAL REVELATION “ tuk membaca fenomena ciptaan Allah termasuk manusia.


Special Revelation hanya berada dalam Firman yang menjadi daging yaitu Yesus Kristus dan Alkitab sebagai Firman Tuhan yang menyatakan poin Alpha dan Omega sejarah manusia yang berada di tangan Allah. Maka Gereja berdiri sebagai “ radical community “ yang berbeda dengan dunia membaca segala sesuatu selaras dengan prinsip pengajaran Yesus Kristus untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan dengan memberitakan Injil, melaksanakan kehendak Tuhan serta membedakan mana yang benar dan mana yang salah dari perspektif Allah.Maka segala sesuatu harus diinterpretasi dari konsep Allah sendiri. Rela gak kita ?
Goal dari setiap penerima Firman adalah hati yang tunduk kepada Allah. Di dalam kitab Amsal dikatakan “ takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan “. Dimanakah orang kristen yang takut pada Tuhan hari ini ? kita semestinya gentar terhadap setiap Firman Tuhan karena Firman itu hidup dan aktif. Permasalahan yang muncul dari kita hanya mendapatkan jawaban yang paling akurat melalui bercermin di hadapan Firman ( Alkitab ). Sudahkah kau baca Alkitabmu hari ini ?


Membaca Alkitab bukan sebuah aktivitas yang legalistic tetapi justru harus memohon Roh Kudus bekerja dalam diri kita untuk menemukan kelemahan diri kita serta kelimpahan Firman yang memberikan “ new life “ dalam hidup kita.


Tapi manusia cenderung lebih menyukai kekreatifan dirinya untuk melakukan research maupun analisa kritis terhadap ciptaan Allah tanpa perspektif Allah sehingga mereka menamakan diri mereka sebagai kaum pecinta bijaksana ( philosopher ). Filsafat bukanlah wahyu umum. Filsafat hanyalah reaksi manusia dalam mencari kebijaksanaan baik melalui rasio, pengalaman, emosi maupun komunitas yang didasarkan pada selera manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Mereka mencari kebijaksanaan untuk kepentingan diri sendiri dan kepentingan others dengan jalan “ self – observation “.


Dale Carnegie, penulis buku self help pertama tahun 1936 yang menjadi best seller yaitu “ how to win friends and influence people “ telah menjadi raja etika kepribadian hari ini. Awalnya buku itu ditujukan pada “ sales “, akan tetapi pengaruhnya besar ke berbagai bidang sehingga self help menjadi marak hari ini untuk semua kalangan. Oleh karena itu tidak heran, Martin Luther Kings menolak konsep self-help tetapi menekankan social-help sebagai imago Dei.
Semua theory maupun analisa manusia apakah 100 % salah ? tidak, tetapi bukan berarti 100 % persen mutlak benar ! maka analisa self observation hanyalah alat bantu yang boleh ada boleh tidak ada tetapi semuanya harus diadili dalam perspektif kebenaran Allah sejati.


Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso, Taipei

Reflection on Yves Saint Laurent 1936-2008

Perjalanan dari Guangzhou-Hongkong-Taipei Dua hari yang lalu, Dunia fashion kehilangan seorang tokoh designer legendaris yang penuh inovasi di dalam mengikuti “ the evolution of women – ( fashion vocabulary ) “. Tidak heran jika South China Morning Post memberikan judul besar di kolom International halaman A9 “ YSL : The High Priest of High Fashion “. Julukan sakral itu diberikan oleh pengagum karya YSL dikarenakan dia menjadi orang pertama yang mmembawa perempuan tuk pakai celana,pakai tuxedo, baju maskulin, African style yang memberikan new inspiration kepada designer-designer lainnya. Mengagumkan. YSL lahir di Oran, Algeria – August 1, 1936 ( dahulu termasuk French territory ). Seorang pemalu, lonely child, homosexuality yang mati karena tumor otak.


Christian Lacroix memberikan tanggapan terhadap YSL bahwa YSL memiliki keunikan yang berbeda dengan designer besar lainnya. “ Chanel, Schiaparelli, Balenciaga and Dior all did extraordinary things. But they worked within a particular style. YSL is much more versatile, like a combination of all of them “. Dalam hal ini saya setuju dengan pendapat Lacroix. Di dalam pengamatan terbatas saya sebagai seorang awam, YSL memberikan inovasi yang “ simplicity “ plus “ versatility “ ( tentu saja secara humanis ).


Estetika YSL tentu saja termasuk seni, pertanyaannya bagaimana kita melihat seni hari ini ? Jika Plato melihat seni sebagai mimesis mimeseos ( tiruan atas tiruan ) dimana yang asali adalah dunia ide dan seni adalah tiruan atas dunia alamiah dan dunia manusia. Nietzche, Freud lebih menyukai definisi seni sebagai pemuasan atas hasrat jiwa. Nietzche mendasarkan definisi seni di dalam dua kecenderungan jiwa yaitu Apollonian ( dewa mimpi ) dan Dionysian ( dewa mabuk anggur ) yang akhirnya dapat disimpulkan bahwa seni adalah luapan hasrat jiwa manusia sebagai sebuah tiruan. Jadi seniman menukik ke kedalaman kemabukan Dionysian dan peniadaan diri dan terpisah dari kebanyakan orang yang menikmati seni dan kemudian melalui inspirasi impian Apollonian, keadaannya sendiri yaitu kesatuannya dengan dasar alam semesta ini, diwahyukan kepadanya dalam suatu gambaran impian simbolis. Sebagai seorang awam, saya melihat ekspresi kemabukan Dionysian para desainer juga muncul di permukaan bumi ini, salah satunya adalah Jean Paul Gaultier. Estetika Gaultier bukan sebuah tata harmoni dalam size, harmonisasi maupun keseimbangan yang normal melainkan tetapi justru penindasan keseimbangan harmonisasi. Kenapa demikian ? Christopher Caudwell, seorang pengagum Marxis mengatakan bahwa “ dream “ adalah asosiasi bebas, personal maka goalnya adalah hanyut ke dalam imajinasi sampai kesadaran akan ke-aku-an kita lenyap, seperti kita sedang bermimpi ( physiological introversion ). Kedua, Caudwell mengatakan bahwa seni adalah hubungan dialektis antara pengalaman personal dan dunia sosial yang membangkitkan self socialization. Ketiga, semua seni bersifat subyektif, emosional dan berkaitan dengan insting-insting ( alias liar ).


Jika kita kembali kepada Reformed Theology, seni adalah bagian dari kebudayaan ( culture ) yang merupakan reaksi manusia terhadap wahyu umum ( God’s creation ). Celakanya, kejatuhan manusia ke dalam dosa merusak setiap reaksi-reaksi sakral manusia terhadap wahyu umum Allah sehingga manusia banyak menghasilkan seni yang bidat – menyenangkan imajinasi dan idenya tuk menciptakan “ new revelation “ dalam dunianya ( kayak orang autism ) daripada kembali kepada “ God’s revelation “ yang memaparkan prinsip-prinsip manusia berespon kepada Tuhan diatas wahyu umum yang mereka nikmati ( rela dikakukan dalam prinsip Firman Allah. Manusia mengandalkan kekreatifan reason maupun emosional guna menciptakan “ new freedom “ dalam semua bidang termasuk seni. Oleh karena itu “ secularism “ menjadi popular daripada “ all things is sacred “. Mengapa popular ? karena manusia tidak netral. Manusia telah jatuh ke dalam dosa dan menikmati ketidak netralnya sebuah hasil kreasi entah milik penguasa, seniman atau siapa saja karena minimal manusia memiliki kepentingannya sendiri, entah ekonomis ataupun politis. All things sacred mengajak setiap kita untuk kembali menghargai kesakralan Tuhan di dalam setiap bidang yang kita geluti termasuk seni. Secara humanis, YSL menghasilkan kreasi design pakaian perempuan yang spektakuler dengan keanggunan yang ditawarkan tetapi itu bukanlah keindahan itu sendiri melainkan reaksi manusia bersosialisasi terhadap wanita dan bentuk tubuh sebagai ciptaan Tuhan sehingga menghasilan sebuah design pakaian wanita. Sayangnya, dirinya gagal di dalam menilai identitas manusia sebenarnya sebagai imago Dei. Begitu juga design Gaultier yang liar serta kacau di dalam kebebasan kreasinya. Saya percaya Gaultier belum mengamenkan identitas dirinya yang sebenarnya di hadapan Tuhan. Maka reaksi bisa “ standard humanis “ juga bisa “ liar “ akan tetapi di hadapan Tuhan, semuanya gagal karena tujuan hidup manusia tidak tercapai disana yaitu memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Pertanyaannya, masih adakah desainer-desainer hari ini yang mati-matian bekerja buat Tuhan, melalui setiap kreasinya merupakan reaksi yang jujur atas wahyu umum Tuhan melalui interpretasi yang akurat di dalam wahyu khusus Tuhan yaitu di dalam Kristus, Firman Kudus-Nya ?

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Thursday, May 22, 2008

is your God big enough ?

Hari ini banyak orang kristen kehilangan “ kekakuan “ terhadap doktrin dan pengajaran karena mereka mengalami pergumulan “ problematic “ antara doktrin dengan realita kehidupan manusia dan dunia yang seakan-akan berkontradiksi alias saling bertentangan. Hans Kung di dalam bukunya “ Why I am still a Christian ? “ memberikan beberapa kesulitan mengenai idea of God :


a. Idea of God as The Creator of Heaven and Earth

Jika kita melihat science, tema “ creation “ diisi bukan dengan kehadiran Allah tetapi diisi dengan “ human observation “ sehingga lahir konsep big bang atau gap theory. Tentu saja “ human observation “ lebih masuk akal karena konsep itu dibikin menurut “ selera “ manusia, bukan kemauan Tuhan. Justru “ selera “ Tuhan diberikan hanya melalui Alkitab – kesaksian iman yang menyatakan Allah adalah the origin of everthing and everbody.

b. Idea of God as the One who guides history

How are we to understand this ? seringkali kita sebagai orang kristen mengetahui bahwa Allah adalah Allah sejarah tetapi seringkali pertanyaan kita muncul meragukan “ kalo Tuhan ada, kok Tuhan mengizinkan banyaknya agama, cara pandang, relativisme yang bikin bingung ? “. Kebanyakan orang jatuh ke dalam selera “ human beings “ khususnya suara masyarakat ( voice of society ) yang menjadi legitimate karena rating tinggi. Kemarin saya membeli buku no.1 new York times bestseller dari Christopher Hitchens “ god is not GREAT “. Menurut Hitchens, sejarah manusia sudah dirusak oleh agama-agama. Religion poisons everthing ! agama bukan menciptakan perdamaian tapi kebingungan. Coba liat, Yesus lahir di rahim seorang perawan namanya Maria oleh pekerjaan Roh Kudus. Bagi Hitchens, ini gak original karena legenda Greek, Perseus juga lahir dari perawan bernama Damae oleh God Jupiter. Anak perempuan Raja Mongol yang bertemu dengan cahaya dan melahirkan Genghis Khan, Krishna yang lahir dari perawan Maia, Romulus yang lahir dari perawan Rerea Slyvia. Hitcheens juga menilai bahwa agama membawa sejarah kepada hal yang buruk. Misalnya dalam old testament, Tuhan no 1 ( dari suara, mimpi, astrologi ) sedangkan istri, harta, binatang secondary. Itu tidak mengajarkan konsep solidaritas, compassion to others. Bagi Hitcheen, ini contoh “ failed society “. Coba liat dalam perumpamaan Yesus – dikatakan orang yahudi dirampok, imam cuek, lewi cuek, samaria menolong – tapi mental bos, kasi duit lalu dia pergi. Jelas, Hitcheen menafsir semuanya ini bukan dengan “ exegesis “ tapi “ self observation “ maka tentu saja pemaparan dia didasarkan dengan “ seleranya “, bukan “ selera Tuhan “.

Jika kita kembali kepada Alkitab maka kita menemukan kembali Allah sebagai Allah atas sejarah baik dalam makna “ beginning until the end of everthing “ dalam dunia termasuk dalam seluruh proses sejarah dunia. Justru “ selera Tuhan “ mengajak kita bukan untuk hanya menerima “ good situation “ saja tetapi dituntut belajar bagaimana “ struggling “ di dalam dunia yang menawarkan “ relativism “ maupun “ bad situation “ dan belajar menerapkan iman kepercayaan di dalam Kristus untuk “ transforming “ dunia di dalam kuasa pelayanan oleh Roh Kudus.

c. Idea of God as The Perfecter of the world and human beings

Tidak sedikit orang Barat tidak dapat menerima realita ini karena sejarah hidup manusia begitu “ complicated “ dan bukan sesuatu yang mudah untuk dapat segampang membalik tangan di dalam melihat teladan Allah sebagai teladan yang sempurna. Tidak sedikit orang kristen yang “ murtad “ seperti : Karl Marx melihat Allah = God of rulers ( banyak hukumnya – kaku dan kejam ), Nietzche melihat Allah = God of pitiable weakling ( lemah, kasihan ), Sigmund Freud melihat Allah = A Tryranical Super Ego ( memaksakan super ego sendiri ). Kenapa bisa demikian ? Marx hanya melihat “ Old Testament = nightmare “. Nietzche melihat New Testament = super weakman, Freud melihat Old Testament = sombong. Kejatuhan mereka karena membaca Alkitab secara “ fragmented “ sehingga kesempitan logika mereka hendak memberikan “ judgement “ kepada Tuhan yang melampaui logika mereka. Ini tindakan kurang ajar ! Go out, you unholy spirit ! Pandanglah pada Yesus maka mereka akan tahu bahwa judgement mereka terlalu “ bodoh “. Ini gambaran kita juga. Jangan anggap otakmu encer lalu bisa judge Allah seenaknya ! Berdoalah minta Roh Kudus bekerja di dalam kita untuk melihat pekerjaan Tuhan yang memerdekan kita.


Dalam Kasih-Nya

Ev. Daniel Santoso

Kowloon, Hongkong

Wednesday, May 21, 2008

May 12 Memorial Day


12 Mei 2008, gempa bumi Shichuan berkekuatan 7,9 skala richter di Wenchuan, Sichuan yang telah menewaskan 15.000 orang lebih merupakan tragedy terbesar dialami china after tahun 1976 yaitu gempa bumi Thangsan yang menewaskan 242.000 orang. Pemerintah RRC mengelar tiga hari belasungkawa tuk mengenang korban gempa Sichuan. Tidak sedikit, orang china maupun overseas yang menyatakan belasungkawanya baik melalui memasang bendera setengah tiang, memasang lilin di malam hari bahkan membaca puisi-puisi penghiburan terhadap keluarga korban. Sebagai seorang foreigner yang “ numpang “ tinggal di China, saya cukup terbawa untuk hanyut ke dalam kesedihan bangsa komunis ini, betapa tidak, setiap hari kuikuti perkembangan upaya militer menyelamatkan jiwa-jiwa disana, hasilnya hampir nihil karena hampir semuanya ditemukan dalam keadaan mengenaskan dan mati. Saya cukup respek ( sebatas kagum ) terhadap kepedulian sosial Yayasan Tzu Chi dari Taiwan yang always cepat tanggap dalam memerankan dirinya sebagai tim luar negeri menolong korban. Di dalam dunia artis, Leehom Wang mewakili World Vision Taiwan menghimbau muda-mudi untuk mengambil bagian dalam menggalang dana sosial untuk korban gempa disana. Mengapa mereka melakukan semua ini ?


Semua karena diri mereka belajar mengasihi others. Kenapa demikian ? karena mereka sama-sama manusia, bisa merasakan atau meraba-raba bagaimana hidup di dalam kesulitan, kepedihan, kesakitan maupun ketakutan apalagi kurangnya kebutuhan sandang, pangan, papan. Akan tetapi apakah kasih mereka kepada others adalah the best goal dari kehidupan manusia ? Di dalam Reformed Theology, kita harus belajar mengasihi Allah dengan benar maka kita dapat mengasihi others dengan benar juga. Akan tetapi kesulitan manusia hari ini adalah melihat bencana alam yang merenggut ribuan nyawa manusia termasuk anak-anak kecil yang masih ingusan. Bagaimana orang kristen menanggapi hal ini ?


Di dalam CNN Weekend, Larry King mengangkat sebuah topic marak “ September 11 ; Where was God ? “, diajukan kepada beberapa tokoh-tokoh agama dan spiritualitas. Salah satunya adalah John Macarthur, senior pastor dari Grace Community Church, Sun Valley, yang kembali kepada kemutlakan Alkitab sebagai Firman Tuhan yang memaparkan kedaulatan Allah yang sesuai dengan rencana kekal-Nya dan Macarthur menanyakan “ jika kita bertanya “ why didn’t God stop that “ maka sebenarnya kita memiliki “ a huge question “. Maksudnya “ Is God going to stop all dying ?”.


Dalam Lukas 13:3, mereka bertanya kepada Yesus “ apakah 18 orang yang tertimpa menara dekat Siloam lebih “ parah “ daripada orang lain yang diam di Yerusalem ? “. Yesus justru menjawab “ you better repent or you will likewise perish “. Yesus sendiri yang mengatakan sendiri bahwa “ repentance is the key to life and salvation “. Bagaimana kita bercermin melihat korban ? Seharusnya kita dapat melihat kerusakan total kehidupan kita sebagai manusia yang “ fallen into sin “ dan mengalami “ total depravity “ sehingga kita masih hidup karena belas kasihan Tuhan diberikan “ more longer “ untuk menikmati anugerah Tuhan, menikmati hidup tetapi setelah kematian, setiap kita harus mempersiapkan diri bahwa kita tidak bisa melarikan diri dari maut karena itulah upah dosa. Siapakah yang dapat memberikan pengharapan kepada manusia after death. Kembali kepada otoritas Alkitab, Kristus satu-satunya pengharapan kita, Allah yang rela inkarnasi menjadi manusia tanpa dosa, rela mati menebus dosa saudara dan saya maka pertobatan harus diatas nama Kristus karena dialah satu-satunya jaminan keselamatan yang memberikan pertobatan sejati kepada kita. Oleh karena Allah mengasihi kita maka selayaknyalah kita belajar mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita seperti Allah mengasihi mereka juga.


Hanya kembali kepada Allah di dalam Alkitab ( bukan humanis) yang menyatakan identitas Allah sebagai “ The Creator and Sustainer of Universe “ , Ia berdaulat atas semuanya … Ia yang berinkarnasi dalam Yesus Kristus, turun ke dalam dunia, mati diatas kayu salib untuk menebus dosa manusia agar manusia dapat diselamatkan dan menikmati surgawi. Bagaimana dengan korban gempa bumi di Sichuan bagi kita semua ? John Macarthur memberikan sebuah inspirasi kepada setiap kita untuk melihat kematian mereka sebagai “ a wake up call for us to prepare for that “. So guys, are you ready ?


Dalam Kasih-Nya

Daniel Santoso

Beijing. China

Saturday, May 17, 2008

All that's left ...

Di atas pesawat Air China, saya membaca Koran “ The Straits Times “ yang memberikan saya bahan perenungan pada hari ini yaitu Sichuan Quake. Lempengan bumi yang bergerak menyebabkan beberapa kota di Sichuan lumpuh, 250.000 luka-luka, 28.881 orang meninggal dunia. Puluhan ribuan orang hilang. Benar-benar gempa yang dasyhat ! hari ini hari kelima dan masih banyak korban baru yang ditemukan. Belum lagi, saya melihat berita mengenai Li Yi, seorang anak perempuan cantik dari Mioba, Beichuan county, berumur 10 tahun yang kaki kanannya diamputasi petugas medis di tempat ia ditemukan guna menyelamatkan jiwanya. Foto Li Yi dengan ekspresi kesakitan, desperate, kecewa, sedih membuat saya mulai kembali merenungkan hidup yang mengalami keterhilangan.

Dalam kitab Ayub 1:20-22, Ayub memberikan proklamasi doctrinal yang absolute tentang Allah di dalam kondisi hidupnya yang “ complicated “.


a. Tuhan memberi, Tuhan mengambil. Disini saya belajar melihat kesementaraan yang ada dalam diri saya baik termasuk keluarga, harta, perjuangan kita karena semua milik Allah. Hidup manusia adalah milik Allah maka manusia tidak memiliki hak mutlak untuk complain kepada Tuhan. Seringkali kita tidak menyukai kondisi seperti ini karena kita tidak memiliki “ kebebasan “ dalam mengunakan hak mutlak yang ada pada diri Tuhan sendiri sehingga akibatnya kita seringkali jatuh ke dalam budaya “ complaining “ tanpa konsep “ positioning “ yang tepat sehingga pergeseran posisi menyebabkan manusia semakin “ liar “ dalam perspektif membaca dengan akurat makna keterhilangan dalam hidup manusia di dalam kehendak-Nya.


b. Telanjang lahir, telanjang mati. Proklamasi doctrinal Ayub ini mengetarkan diri saya di dalam menyadari “ theology of weakness “. Siapakah Ayub ? dia bukan siapa-siapa ! dia hanyalah manusia yang dilahirkan telanjang ( tanpa membawa apa-apa ) dan mati juga dengan telanjang ( tanpa membawa apa-apa ). Itulah manusia ! hari ini kita sudah kehilangan “ theology of weakness “ dalam menilai hidup kita. Hari ini kita lebih banyak bicara mengenai “ successful life style “ dengan pendidikan tinggi, perhiasan mahal, pakaian brand terkemuka, teknologi elektronik canggih ketimbang definisi ketelanjangan hidup dari Ayub. Akibatnya, banyak dari mereka yang terbiasa dengan successful life style mengalami “ culture shock “ saat mereka jatuh ke dalam keterhilangan.


c. Being and Gifts. Ketika kita menerima respek dari seseorang, seringkali kita menilai respek itu dari pemberian demi pemberian yang dinyatakan kepada kita, padahal itu hanyalah masalah supplemen. Ayub menyadari betul bahwa hidupnya adalah dari Allah. Meskipun ia kehilangan kekayaan, orang yang dikasihinya tetapi ia tetap bersandar kepada Being yang memberi semua kelimpahan dalam hidupnya. Luar biasa ! jika doktrin benar, meskipun hidup lebih sulit, kita harus belajar rela menjalaninya karena Being adalah esensi yang paling penting.


Saya mengajak saudara sekalian berdoa untuk korban Sichuan Quake yang mengalami keterhilangan harta maupun orang-orang yang mereka sayangi agar mereka dapat belajar bersandar kepada Tuhan, Sang Being yang memberi dan mengambil hidup manusia karena semua hanya karna Anugrah-Nya buat manusia yang tidak memiliki modal apa-apa selain ketelanjangan dalam lahir dan matinya. Berdoa bagi korban, agar mereka senantiasa menengadah ke atas berdoa memohon Tuhan memberikan kekuatan bertahan hidup serta menyatakan proklamasi iman yang akurat seperti apa yang dikerjakan oleh Ayub. Tuhan memberkati kita semua …


Dalam Kasih-Nya

Ev. Daniel Santoso

Beijing, China

The Lordship of Holy Spirit

Apakah kuasa Roh Kudus itu real ? banyak orang kristen kurang menyadari pentingnya kuasa Roh Kudus karena mereka menganggap itu adalah konsep denominasi tertentu. Benarkah demikian ? Bagaimana pekerjaan Roh Kudus turun atas hamba-hamba-Nya ?


Di dalam perjanjian lama, Samson membunuh 30 orang filistin sendirian, Samson melawan singa. Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Apakah kuasanya beda ? The same spirit is present in you. Pahamkah engkau ? seringkali kita kurang paham atas besarnya kuasa Tuhan dalam hidup kita karena pekerjaan Roh Kudus. saya bukan orang yang pesimis tetapi saya mengajak saudara sekalian tuk meremind diri kita untuk melihat diri manusia yang telah mengalami “ crisis value “.


Dalam 1 Tesalonika 1:5 , Rasul Paulus menyatakan “ Injil bukan hanya disampaikan dengan kata-kata, tetapi juga dengan kuasa Roh Kudus dengan kepastian yang kokoh “. Di dalam Roh Kudus ada 3 atribut Ketuhanan ( Lorship Attribute ) yang penting yaitu :


1. Power – controlled by God.

Kok power dikontrol ama God ? karena Tuhan sendiri yang tahu mengapa kuasa Roh Kudus diberikan kepada manusia. Manusia di dalam kecacatannya, dapat menyalahgunakan kuasa untuk kepentingan sendiri. Oleh karena itu John Calvin mengatakan bahwa kuasa Roh Kudus harus kembali kepada Kristus. Kristus sebagai satu-satunya juruselamat dunia dan kuasa Roh Kudus tidak bisa lepas dari tahta Kristus. Maka orang kristen hanya dapat menikmati kuasa Roh Kudus jika mereka kembali kepada Kristus. Dilematisnya, orang kristen sendiri sudah kehilangan kuasa Roh dalam pelayanannya, mereka lebih over-confidience dengan skill dirinya sehingga mereka menganggap diri mereka adalah penting dalam pelayanan. Orang seperti ini melayani dengan konsep “ ubermench “, itu bukan ajaran Alkitab. Itu ajaran humanis dari Nietzche. Jika saudara suka liat komik Marvell tahun 1940 an, konsep “ Ubermench “ banyak muncul dalam tokoh-tokoh yang digambarkan sebagai pahlawan yang “ perfecto “, berbeda dengan komik Marvell tahun 90 an yang mulai “ realistis “ dengan kelemahan mereka, misalnya red laser superman gak bisa tembus timah, spiderman bergumul dengan kemiskinan, hulk kuat tapi hidup dalam penyangkalan diri. Maka ubermench hanyalah konsep yang tidak realistis. Perlu theology of weakness tuk memahami kelemahan diri dan kelemahan orang lain. Tapi bukan minder tetapi menyadari semua karena pekerjaan Roh Kudus yang berpusat pada Kristus, bukan original dari diri kita. Di dalam Kristus baru ada kerinduan kepada Injil yang memberikan semangat sejati yang tersirat makna kekal.


2. Authority – God’s Authoritative Word.

Kuasa Roh Kudus tidak lepas dari otoritas Allah. Pertama, Otoritas Allah gak bisa dilepaskan dari Firman. Melalui Firman maka kita dapat mengenal Allah dengan benar, mengenal Kristus dengan benar, mengenal kuasa Roh Kudus dengan benar sehingga kuasa Roh Kudus pasti membangun iman orang kristen dengan kepercayaan dan ketentraman hati. Disini kuasa Roh Kudus menyucikan rasio manusia tuk mengecap kebenaran dan hati dikokohkan oleh kebenaran untuk melayani. dimanakah kuasa Roh dalam hidupmu ? hari ini kita banyak sudah tidak peduli dengan iman maupun “ the work of holy spirit “ karena kita tidak rela bercermin di hadapan Firman Tuhan. Mau jadi kristen apa loe ? taklukan dirimu pada Firman dengan mental rela dididik. Kedua, otoritas Allah gak bisa dilepaskan dari janji anugerah Tuhan. Di dalam Kristus, kita melihat penggenapan janji anugerah Tuhan dalam keselamatan. Jika kita tidak melihat Kristus sebagai pengenapan janji anugerah Tuhan maka kita pasti memposisikan diri sama seperti orang yahudi hari ini yang masih menunggu mesias, padahal Mesias adalah Kristus. Kasihan sekali ! Ketiga, otoritas Allah = absolute. Otoritas Allah adalah haknya untuk mengatakan kepada ciptaan-Nya apa yang mereka harus kerjakan. Saat Allah berkata kepada Musa “ let my people go “ – statement itu bukan spekulasi tetapi otoritas Allah yang absolute.


3. Covenant Presence – Meditating His Powerful control over all things

( kemanakah aku dapat pergi menjauhi roh-Mu Tuhan – psalm 139:7 ). Allah bersama-sama dengan umat-Nya. Seringkali kita tidak melihat Allah hadir karena kita kurang setia kepada covenant Allah yang berkata “ Aku adalah Allah dan engkau adalah kaum-Ku “ ( Keluaran 6:7 ).

Inilah konsep lordship yang ada pada para rasul dan para nabi, dalam old testament maupun new testament, semua karena pekerjaan Roh Kudus di dalam God’s control, God’s authorities, God’s Covenant Presence.


Seringkali kita menjadi orang kristen yang kurang berani di dalam memberitakan Injil karena kita kehilangan konsep God’s control, God’s authorities dan God’s Covenant Presence. Kita lebih banyak memerankan diri sebagai “ penonton “ Injil, bukan “ pemberita “ Injil karena kita gak melihat hubungan Injil terhadap others … padahal Paulus memberitakan Injil karena others yang membutuhkan Injil. Oleh karena itu bagaimana dengan saudara ? Maukah saudara melayani bukan hanya dengan kata-kata “ fisik “ tetapi melayani dengan kekuatan Roh Kudus, kepastian yang kokoh untuk jiwa yang butuh Injil. Tuhan memberkati kita semuanya …


Dalam Kasih-Nya

Ev. Daniel Santoso

Shanghai

Wednesday, April 09, 2008

Beauty of His Creation

Dalam Majalah Tempo edisi 13-19 Februari 2006 halaman 16, sebuah rubrik inovasi memberikan informasi mengenai Surga Papua yang Hilang, dimana ditemukan fauna “ baru “ di pegunungan Foja, Memberamo, Papua. Selama sebulan 13 orang peneliti menjelajah ke hutan, mereka menemukan kembali ratusan spesies lama yang dianggap telah punah. 30 spesies reptile, 60 spesies amfibi, 215 spesies burung, 37 spesies mamalia dan 170 spesies kupu-kupu adalah hasil penelitian mereka selama sebulan dan masih banyak kekayaan hayati Memberamo yang belum tersingkap. Setelah membaca rubrik inovasi ini saya belajar melihat Tuhan sebagai Sang Pencipta yang memiliki “ greater creativity “ untuk mendesain ciptaan-Nya dengan “ jutaan desain “ yang tidak bisa digeser oleh zaman, kalaupun punah itu karena kegagalan manusia di dalam menjaga dan mengusahakan dunia. Siapa desainer terbesar hari ini yang bisa membikin desain sebanyak Allah dengan kualitas yang abadi ? no ones !


Sebagai Calvinis, saya mempercayai alam semesta dan segala ciptaan maupun culture adalah general revelation yang memuat pengertian mutlak God as creator dan man as creatures. Sebenarnya saya kurang bisa mengerti dengan pendapat orang Konfusianisme seperti Prof. Tu Wei Ming dari Harvard University, Yen Ching Institue yang tidak menerima pengertian mutlak ini sebagai prinsip dasar dalam kehidupan manusia tetapi terus menekankan “ self-cultivation “ guna “ to cultivate centrality and harmony with throughness “ di dalam “ Process of Learning “. Tidak heran jika Konfusianisme terus menekankan “ Chung Yung “ dalam definisi “ what heaven impact to man is called human nature, to follow human nature is called the way, cultivating the way is called teaching “. Dimana Tu wei ming lebih menyukai metode “ interpretive “ ketimbang kekristenan yang “ exegetical “ karena Tu wei ming menganggap exegetical itu bermain di dalam kata-kata “ language game “. Ia begitu enjoyed di dalam prinsip-prinsip humanis dari paham Konfusianisme yang digumulinya setiap hari sehingga setiap studi, observasinya menjadi kumpulan prinsip-prinsip yang dilanggengkan dan diwariskan turun temurun ke generasi berikutnya. Memang tidak heran, jika Konfusianisme begitu kelihatan agung karena setiap prinsipnya seakan-akan begitu “ down to earth “ dan selaras harmoni seperti alam yang ditekankan juga oleh Lao Tze. Secara humanitas, ada keagungan alam semesta yang memberikan “ pembelajaran “ kepada manusia untuk hidup bermasyarakat maupun hidup berbakti kepada Negara serta setia memegang Mandat Surga yang diberikan oleh Langit ( unknown ).



Bagaimana dengan kekristenan ? Justru wahyu umum memberikan “ kelimpahan “ kepada manusia untuk melihat keindahan karya Tuhan dan tidak bisa memungkiri bahwa di atas semua karya alam semesta, designernya adalah Tuhan sendiri. Tidak seorangpun dapat memungkiri Allah tidak ada, bahkan orang atheist berusaha melarikan diri dari pengetahuan tentang Allah sehingga mereka menipu dirinya seakan-akan Tuhan itu tidak ada padahal mereka lupa bahwa dirinya bisa exist dalam dunia ini karena Tuhan. Inilah kebodohan manusia yang mendukakan hati Tuhan ! banyak orang meminta bukti akan kehadiran Tuhan padahal setiap yang manusia nikmati adalah karya Tuhan yang Maha hadir tetapi kebebalan manusialah yang menyebabkan Tuhan cenderung dilupakan oleh manusia. Dasar ! wahyu umum sudah cukup menyatakan eksistensi Tuhan tetapi Tuhan memberikan wahyu khusus kepada manusia untuk dapat melihat keindahan karya-Nya di dalam keakuratan yang tepat yaitu melalui Firman yang menjadi daging yaitu Yesus Kristus yang menjadi satu-satunya message dalam Alkitab sebagai Firman Tuhan. Oleh karena itu keindahan ciptaan Tuhan lebih tajam dilihat dari perspektif Tuhan yang akurat dari sumber yang khusus yaitu Alkitab sebagai Firman Tuhan yang memberikan pengharapan kepada manusia untuk dapat menerima kehadiran-Nya di dalam ciptaan dan di dalam jiwa manusia yang berdosa yang membutuhkan penebusan dosa dan pengharapan hidup yang kekal yaitu di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Allah yang menjadi manusia untuk rela mati menyatakan keindahan hidup berdamai dengan Allah dan menyatakan kemenangan bersama-Nya dan orang-orang kudus-Nya menikmati hidup kekal yang indah – new creation !



Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Xiamen, Fukien

Arti sebuah pengorbanan nyawa

Sebuah berita duka muncul dari televisi Guangzhou tempat saya tinggal yaitu brother chow, seorang calon serdadu komunis yang meninggal dunia bukan karena sakit penyakit, kecelakaan maupun menerima kutukan sang dewa. Di Beijing, Ia bersama temannya menolong anak-anak yang sedang bermain di atas sungai es yang meleleh. Mereka menolong anak-anak tapi anak-anak selamat, brother chow meninggal di tempat karena kedinginan. Angkatan darat mengangkatnya sebagai “ hero “ yang telah menyelamatkan jiwa manusia, tidak sedikit mereka datang ke tempat peringatan jasanya dengan derasnya air mata di wajah mereka sambil suara yang terisak-isak menahan tangisan. Belum lagi, papa, mama brother chow yang histeris menangis karena 2 tahun tidak melihat anaknya, eh dirinya telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Ketika anak-anak yang diselamatkan oleh brother chow bersama dengan orang tuanya menemui orang tua brother chow, hanya satu vocabulary yang keluar dari mulut mereka yaitu “ I am Sorry “. Melihat jasa brother chow, kota Beijing memperingati hari kepahlawannya dan kota kelahirannya, brother dianggap sebagai pahlawan berjasa bagi “ people rebuplic of china “.

Scene 30 menit ini membuat saya tertegun atas arti sebuah pengorbanan seorang serdadu yang rela mengambil resiko demi menyelamatkan jiwa generasi penerus bangsa. Tapi tiba-tiba saya tersentak dengan sebuah pertanyaan dari hati kecilku, jika pengorbanan brother chow membuatmu tertegun, bagaimana dengan pengorbanan Yesus bagimu, anak malang ? oh gosh ! saya gelisah dengan pertanyaan sederhana dari suara hatiku ! seakan-akan saya diperhadapkan di sebuah mahkamah agung yang memberikan dakwaan kepada saya mengenai respon saya terhadap brother chow dan kepada Yesus. Saya bisa tertegun dengan kisah brother chow karena saya melihat ada “ evidence “ yang memberikan saya “ jaminan “ bahwa ketertegunan saya memiliki bukti nyata yang terekam di dalam tayangan documenter angkatan darat tahun 2008, sedangkan Yesus, saya menyadari bahwa mungkin saya hanya tertegun dengan “ stories “ yang memberikan “ redemption “ kepada diri saya sehingga karena gak ada yang mati buat saya maka Yesus, oklah ! atau jangan-jangan saya hanya mempercayai pengorbanan Kristus hanyalah sebuah pengorbanan yang diberikan Allah kepada kita sebagai “ door prize “ sehingga kita seperti menerima tiket pesawat untuk terbang ke sebuah tempat yang namanya “ Heaven “. Atau jangan-jangan saya merasa Yesus hanyalah legenda yang memberikan “ pendidikan moral “ kepada kita untuk belajar mengorbankan diri untuk orang lain.

Mengapa aku lebih mudah tertegun atas pengorbanan brother chow ketimbang pengorbanan Kristus ? saya merenungkan betapa sulitnya manusia memahami pengorbanan Kristus karena diri-Nya adalah Allah yang rela turun menjadi manusia dan menyerahkan nyawanya mati di atas kayu salib demi menebus dosa saudara dan saya dan ia bangkit dari kematian memberikan pengharapan kepada saudara dan saya serta ia naik ke surga dan akan datang kedua kalinya. Di MRII Shanghai saya ada putarkan scene singkat via dolorosa dari Passion of the Christ dan seorang anak kecil “ Winelson “ masuk tanpa sepengetahuan saya dan melihat penderitaan Kristus. Ia bisa begitu tertegun. Waktu saya tahu dia sedang melihatnya, saya matikan. Tetapi winelson berkata “ I wanna see Jesus “. Oh God. Dimanakah teriakan kita ? kita sudah hidup terlalu sibuk sehingga kehilangan keingintahuan kita untuk melihat Yesus. Tetapi saya belajar sesuatu dari semuanya ini, justru saya diberkati Tuhan karena saya terlalu “ stupid “ untuk memahami pengorbanan Kristus sehingga Tuhan memberikan “ ilustrasi “ yang menyentuh diriku untuk tertegun sehingga aku belajar menyadari di dalam “ faith “ bahwa pengorbanan Kristus melampaui apa yang dikerjakan oleh brother chow. Puji Tuhan! Bagaimana dengan saudara ? sudahkah engkau realized atas “ ilustrasi-ilustrasi “ yang Tuhan berikan kepadamu ? sudahkah kau melihat pengorbanan-Nya dalam iman?

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Guangzhou, China

On Forgiveness

Tema Forgiveness kurang popular di dalam dunia philosophy karena banyak asumsi-asumsi akademik yang mengatakan bahwa tema tersebut lebih bersifat theological. Akan tetapi beberapa filsuf postmodern memilih tema “ theological “ ini di dalam pergulatan pemikiran mereka. Dalam era postmodern ini, kita banyak mendengar nama Jacques Derrida, Emmanuel Levinas maupun Paul Ricouer, akan tetapi kita jarang mendengar nama Vladimir Jankelevitch. Saya percaya Vladimir Jankelevitch adalah orang besar yang mempengaruhi konsep Forgiveness dari Derrida. Vladimir Jankelevitch mengatakan “ forgiveness is not an attitude, mindset, ideology but is just event. It happen once and then it is gone “. Hanya dua kondisi manusia bisa mengampuni : pertama, miracle dan extra juridical nature of forgiveness. Menurut Vladimir Janekelevitch, forgiveness forgives that which cannot be excused or forgotten. Luar biasa ! tentu saja Vladimir memahami hal ini di dalam temporality dan process becoming dimana guilty person gak berubah tetapi relasi saya dengan guilty person berubah. Relasi yang berubah ini merupakan transfigures hatred into love. Disini Vladimir mempercayai forgiveness itu spontan, supernatural dan gracious acts. There’s no suck things as an unforgiveable.

Jacques Derrida menyatakan isi hati Vladimir Jankelevitch di dalam konsep forgivenessnya – Pertama, to forgive is to welcome offence and to absorb a violation from another. Forgiveness forgive only the unforgiveable. Derrida mengatakan jika kita hanya memberikan forgiveness kepada mereka yang forgiveable maka kita adalah orang Farisi yang hanya mengasihi teman-teman mereka sendiri di dalam Matius pasal 5. Oh gosh ! orang Farisi melayani Tuhan dan relasi dengan orang lain kotor. Ingatlah … we are called to love our enemies, to forgive the unforgiveable ! saya betul-betul terkesima dengan orang-orang ini ! Kedua, Forgiveness itu bersifat unconditional. Biasanya forgiveness diberikan kalau ada “ economic logic – ada balas jasa / profit maka menerima pengampunan “ atau “ logic of exchange – barter keperluan orang yang diampuni dengan yang memberikan pengampunan “. Itu namanya bukan unconditional ! luar biasa ! Derrida bahkan menegaskan konsep forgiveness yang unconditional juga berlaku untuk mengampuni setan ! benar gak ?

Jika saudara mengatakan benar maka saudara telah menjadi musuh Allah. Karena pengampunan yang diberikan Tuhan adalah terbatas. Bagi siapakah Kristus mati ? Kristus mati bagi semua orang ( arminian ) atau Kristus mati bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya ( calvinis ). Arminian mendasarkan pengampunan Tuhan secara universal ( 1 Yohanes 2:2 dan II Korintus 5:14 ) dan Calvinis mendasaran pengampunan Tuhan secara terbatas ( Matius 1:21, Yohanes 10:15, Yohanes 10:26, Yohanes 15:13, Kisah Para Rasul 20:28 dan Efesus 5:25 ). Sebagai Calvinis, saya mempercayai pengampunan Tuhan hanya didasarkan pada penebusan Kristus yang tiada terbatas dalam kemampuan-Nya, sempurna di dalam rencana-Nya dan tidak terbatas nilai-Nya tetapi secara jangkauannya terbatas karena Kristus menghapuskan dosa orang-orang yang dikasihi Allah dengan kasih khusus sejak kekekalan. Mungkin kita iseng memikirkan kenapa ya setan kok gak diampuni ? kalo diampuni nanti kamu gak punya penghargaan terhadap pengampunan yang Tuhan berikan kepada kamu. Karena manusia adalah makhluk yang paling suka membandingkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu di dalam kekristenan, pengampunan Tuhan diberikan secara “ universal “ kepada semua anak-anak Tuhan yang mempercayai Yesus Kristus sebagai satu-satunya juruselamat dunia yang lahir, mati, bangkit dari kematian, naik surga dan akan datang kedua kali-Nya “ limited “.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Causewaybay, Hongkong

Tuesday, March 18, 2008

The Fulfillment of His Promise

Sejak jatuh ke dalam dosa, pengetahuan manusia mengenai Allah dan relasi manusia dengan Allah mengalami “ total depravity “ sehingga terpecah-pecah bagai gambar puzzle yang belum terbentuk alias tercerai berai. Maka tidak ada seorangpun manusia yang baik, semuanya telah jatuh ke dalam dosa ( Roma 3 ), maka Tuhan memberikan “ Janji Messianic “ kepada manusia, dimulai dari Adam – Hawa, dari keturunan perempuan ini Ia akan meremukkan kaki tulang dan muka ular, siapakah Dia ?, Yesaya 7: 14 dimana seorang perawan akan memiliki seorang anak di Betlehem dan dinamainya Immanuel, diulang kembali oleh nabi mikha ( mikha 15:1-2 ). Siapakah Anak itu ?

Prof. Walter Bruegemann mengatakan “ janji messianic “ tersebut memiliki hubungan “ covenant “ dengan kaum pilihan-Nya yang membangun kehidupan kaum-Nya, dunia dan masa depan kaum-Nya di atas satu nama yaitu Yesus, Anak Allah. Sayang sekali, hari ini promise of God menjadi “ problematic ‘ karena sampai hari ini jewish masih menunggu “ messiah “ karena mereka belum dapat menerima realita sejarah bahwa Yesus = Mesias yang diutus Allah sebagai pengenap janji keselamatan-Nya. Jika demikian, apa yang menjadi “ messages “ orang kristen di dalam pengenapan janji-Nya?


Di dalam pengenapan Janji-Nya, kita mempercayai bahwa Janji Tuhan tidak dapat dilepaskan dari :


Pertama, GOSPEL. Dari Perjanjian Lama, ada benang merah dari kitab Kejadian – Maleakhi di dalam janji Tuhan dengan “ Gospel “ yang dituliskan oleh Rasul Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan message di dalamnya tidak mengalami kontradiksi tetapi justru semakin lengkap, padahal beda zaman, beda setting dan context, beda figure-figur sejarah – tetapi justru tetap berada di atas satu alur yang jelas yaitu : Messiah. Kenapa bisa begini ? bukan manusia yang setia memproklamasikan Janji-Nya tetapi justru Allah setia di dalam memproklamasikan janji-Nya !


Kedua, Work of Grace – Salvation. Janji Tuhan tidak bisa dilepaskan dari pekerjaan Anugerah-Nya karena manusia tidak mungkin dapat kembali kepada Sang Pencipta karena dosa manusia adalah kekejian bagi Allah, maka pengenapan janji-Nya diberikan kepada manusia agar manusia dapat memahami bahwa hanya karena anugerah Tuhan sahaja maka manusia dapat menikmati keselamatan dan kembali kepada Dia.


Ketiga, Is In Christ – The Absolute Necessity. Janji Tuhan tidak bisa dilepaskan dari Kristus karena hanya Kristus – representative yang dipakai Allah untuk menyatakan keselamatan bagi manusia, oleh karena itu nama Kristus = exclusive. Hanya di dalam Kristus, ada jalan, kebenaran dan kehidupan. Jika kita kembali kepada “ Gospel “ maka kita melihat bahwa di saat Yesus lahir, mati dan bangkit dari kematian – ada pekerjaan “ mystical “ yang Tuhan kerjakan untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi-Nya dan diperkenan-Nya.


Keempat, Spiritual seeds born of the promise ( Galatia 3:16 ). Janji Tuhan kepada Abraham bukan diberikan kepada keturunan orang-orang Abraham ( jamak ) tetapi anak keturunan Abraham ( tunggal ). Siapakah anak keturunan Abraham ( tunggal ) itu ? Rasul Paulus menyatakan, Dialah Yesus Kristus ! Abraham percaya kepada janji Tuhan maka Ia diberkati. Bagaimana dengan saudara ?


Kelima, Unto Your children – disini janji Tuhan bukan stag tetapi juga dibutuhkan oleh generasi kita dan generasi masa depan. Kristus dibutuhkan oleh segala zaman, baik dari zaman perjanjian lama, perjanjian baru sampai abad 21 hingga Maranatha. Jika demikian, Yesus mati bagi dosa siapa ? orang-orang berdosa di segala zaman. Kelihatannya “ non-sense “ tetapi justru disinilah kita seharusnya menilai Yesus sebagai “ Allah yang sanggup “ menyatakan keselamatan di segala zaman baik yang sudah lewat maupun yang akan terjadi karena Kristus adalah “ beyond space and time “. Jadi jangan kita mutlakan kesempitan logika kita yang telah terkontaminasi dengan dosa tetapi taat kepada logika Allah yang digambarkan di dalam wahyu khusus yaitu Firman Tuhan yang menyatakan bahwa hanya Yesus, satu-satunya jalan, kebenaran dan kehidupan bagi manusia untuk kembali kepada Bapa di Sorga.


Dalam Kasih-Nya

Ev. Daniel Santoso

Beijing, China

Friday, March 14, 2008

Redemptive Spirituality

Di dalam Yesus, Allah bekerja di dalam penderitaan, kejahatan dan mengubahnya menjadi kebaikan untuk semua. Sebenarnya dari manakah penderitaan dan kejahatan ? darimanakah asal mula dosa ? adalah misteri ( ulangan 29:29 ) tetapi realita yang kita dapat lihat bahwa semua karena “ self “ yang menyebabkan diri kita jatuh ke dalam dosa. Kita kembali kepada Alkitab, tujuan utama Alkitab bukan memperjelaskan asal mula dosa tetapi bagaimana Allah bekerja di dalam penderitaan dan mengubahnya menjadi kebaikan dan sukacita. Di dalam Christian Philosophy, Agustinus memiliki pandangan bahwa penderitaan memperindah panorama kehidupan. Kalau demikian, yang buruk itu adalah bagian dari sebuah keteraturan yang lebih tinggi walaupun kita tidak selalu dapat memahami dan melihatnya. Agustinus mempercayai penderitaan yang kita alami di dunia ini memiliki makna sebab dia sudah direncanakan dank arena dalam perencanaan itu dia akan berguna bagi sesuatu yang belum kita kenal seluruhnya. Agustinus menuliskan dalam “ De Gratia et Libero Arbitrio “ yang berbunyi demikian : “ Allah tidak menghendaki dan mencintai keburukan, Namun Dia mempunyai kesanggupan untuk mengangkat keburukan itu dan memadukannya ke dalam keteraturan-Nya. Penderitaan tidak terjadi atas keputusan Allah. Baru ketika sudah ada keburukan, Allah memasukkan-Nya ke dalam tatanan-Nya. Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk segala sesuatu yang dapat berdosa ; namun bukan supaya mereka berdosa, melainkan supaya mereka memperindah universum, entahkah dengan atau tanpa dosa “

Bagaimana, Yusuf anak Yakub yang dijual oleh saudara-saudaranya ke saudagar mesir selama 17 tahun, eh malah jadi pemimpin muda di Mesir. Yusuf mempercayai sebuah doktrin dalam Kejadian 50:20 bahw manusia dapat mereka-reka yang jahat tetapi Tuhan mereka-reka yang baik. Kenapa Yusuf dibuang ? untuk diselamatkan ! Oleh karena itu Agustinus benar di dalam menekankan Allah pemilik hak cipta Ilahi bagi keburukan tetapi ia menekankan kesanggupan Allah untuk menggunakan keburukan yang diproduksi manusia menjadi sesuatu yang berguna.


Yesus, dihujat dan dipermalukan karena kesalahan-Nya. Tidak heran, Yesaya 53 mengambarkan orang kira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Di dalam kisah 2:23, Ia diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya. Anak Allah mengalami suffering untuk apa ? hancurkan suffering ( Yesaya 53:5 ) – Ya Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Tema salvation muncul dari penderitaan Kristus yang memberikan pengharapan kepada manusia untuk mengambil keputusan mengikuti dia, meski hidup menderita ada pengharapan yang memberikan “ secure “. Puji Tuhan ! Sebab Tuhan baik, bahwasanya sampai selama-lamanya …


Selamat Paskah

Daniel Santoso

Beijing, China

Thursday, March 13, 2008

From Grief To Glory

Siapakah Yesus Kristus ? hari ini banyak orang memiliki pengetahuan tentang Yesus Kristus ( Gnosis ) tetapi mereka tidak memiliki pengenalan terhadap Yesus Kristus ( Epignosis ). Oleh karena itu tidak heran jika banyak orang memakai Yesus tetapi mereka hanyalah kolektor teori-teori Yesus tapi tidak mengenal siapakah Yesus itu sebenarnya. Seperti kalian sedang beli bukunya J.K Rowling, kalian tahu imajinasi dari J.K Rowling tapi apakah engkau mengenal Rowling sebenarnya ? bagaimana dengan kita ? mengetahui Kristus atau mengenal Kristus ? Gnosis atau Epignosis ? kalo hanya gnosis maka kita hanya jadi “ scholar “ yang punya pengetahuan tentang Kristus tetapi tidak memiliki relasi yang intim dengan Yesus. Tetapi Epignosis – saya mengetahui Kristus dan saya mengenal Kristus maka saya memiliki relasi dengan Kristus, selain pengetahuan mengenai Kristus. Apakah relasi dengan Kristus berharga ?

Pertama, banyak orang kurang menghargai Kristus karena di dalam akhir hidupnya Yesus “ mati konyol “ seperti nabi-nabi dan diikuti oleh rasul-rasul-Nya. Mereka menganggap Yesus bukan memberikan “ kemerdekaan “ kepada orang kristen tetapi memberikan “ beban psikologis “. Padahal Ia menyerahkan dirinya untuk manusia karena kasih-Nya kepada manusia sehingga ia rela menerima “ penderitaan “ yang kelihatan konyol tersebut.

Kedua, banyak orang kurang mengerti signifikansi Yesus sebagai juruselamat dunia, karena “ covenant “ yang suci telah diinterpretasikan ulang oleh manusia sesuai dengan standar manusia, bukan standar Tuhan sehingga konsep covenant tentang Mesias menjadi kabur. Yesus adalah Allah yang rela turun ke dalam dunia untuk mengantikan dosa-dosa manusia agar manusia dapat menikmati kedamaian yang diberikan oleh Allah Bapa. Hanya Kristus satu-satunya jalan, kebenaran dan kehidupan yang sejati bagi manusia. Justru Kristus memiliki signifikansi penting dalam hidup kita. Adakah relasi itu di dalam hatimu ?

Ketiga, banyak orang menganggap Yesus tidak berharga karena kisah hidupnya yang penuh “ suffering “ dan “ violence “. Bukankah hidup manusia sudah penuh dengan suffering ? jangan-jangan kalo ikut Yesus, justru hidup saya malah tambah suffer. Akibatnya banyak orang tidak rela mengikuti Yesus karena low profit bahkan mungkin no profit yang dapat mereka dapat. padahal masalah low profit itu hanyalah persoalan secondary tapi yang paling penting adalah keselamatan. Dalam Yes 53, “ Oleh bilur-bilurnya, engkau sembuh “. Ini bukan kalimat sembarangan. Saya percaya betul kalimat ini penuh kuasa di dalam keselamatan / salvation. Dimana Darah-Nya mengalir menyembuhkan hidup kita sehingga kita dapat menikmati “ kesembuhan “ untuk menikmati Tuhan dan memuliakan Tuhan.

Terlintas sebuah pertanyaan classic di dalam benakku, mengapa Kristus rela mati bagi dosa manusia ?
1 Petrus 2:24.
Mengapa Kristus rela mati bagi dosa saya ?
Pertama, supaya kita mati. Ini reason yang sangat sulit untuk saya mengerti karena semestinya kalo Tuhan rela mati bagi dosa saya maka saya mestinya terluput dari kematian tetapi kok malah kristus mati supaya saya mati. Benar-benar gak masuk akal ! untuk memahami hal ini saya harus kembali merefleksikan diri saya bahwa saya manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dan after death saya pasti masuk neraka. Maka Kristus mati supaya kita mati bersama dengan Kristus maka bersama dengan Kristus, akan tetapi Kenapa harus mati bersama Kristus ?
Kedua, supaya kita hidup. Bersama Kristus saya mati terhadap dosa dan saya hidup di dalam Kristus, hidup yang bukan dikendalikan oleh dosa tetapi kebenaran Tuhan dan kita hidup untuk kebenaran. Disini Kristus menjadi hal yang paling “ berharga “ di dalam diri kita. Dari penderitaan Kristus justru menyatakan kemuliaan Kristus. Puji Tuhan ! Hanya di dalam Kristus ada kemuliaan, maukah engkau menerima-Nya ? Selamat Paskah !

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...