Thursday, May 22, 2008

is your God big enough ?

Hari ini banyak orang kristen kehilangan “ kekakuan “ terhadap doktrin dan pengajaran karena mereka mengalami pergumulan “ problematic “ antara doktrin dengan realita kehidupan manusia dan dunia yang seakan-akan berkontradiksi alias saling bertentangan. Hans Kung di dalam bukunya “ Why I am still a Christian ? “ memberikan beberapa kesulitan mengenai idea of God :


a. Idea of God as The Creator of Heaven and Earth

Jika kita melihat science, tema “ creation “ diisi bukan dengan kehadiran Allah tetapi diisi dengan “ human observation “ sehingga lahir konsep big bang atau gap theory. Tentu saja “ human observation “ lebih masuk akal karena konsep itu dibikin menurut “ selera “ manusia, bukan kemauan Tuhan. Justru “ selera “ Tuhan diberikan hanya melalui Alkitab – kesaksian iman yang menyatakan Allah adalah the origin of everthing and everbody.

b. Idea of God as the One who guides history

How are we to understand this ? seringkali kita sebagai orang kristen mengetahui bahwa Allah adalah Allah sejarah tetapi seringkali pertanyaan kita muncul meragukan “ kalo Tuhan ada, kok Tuhan mengizinkan banyaknya agama, cara pandang, relativisme yang bikin bingung ? “. Kebanyakan orang jatuh ke dalam selera “ human beings “ khususnya suara masyarakat ( voice of society ) yang menjadi legitimate karena rating tinggi. Kemarin saya membeli buku no.1 new York times bestseller dari Christopher Hitchens “ god is not GREAT “. Menurut Hitchens, sejarah manusia sudah dirusak oleh agama-agama. Religion poisons everthing ! agama bukan menciptakan perdamaian tapi kebingungan. Coba liat, Yesus lahir di rahim seorang perawan namanya Maria oleh pekerjaan Roh Kudus. Bagi Hitchens, ini gak original karena legenda Greek, Perseus juga lahir dari perawan bernama Damae oleh God Jupiter. Anak perempuan Raja Mongol yang bertemu dengan cahaya dan melahirkan Genghis Khan, Krishna yang lahir dari perawan Maia, Romulus yang lahir dari perawan Rerea Slyvia. Hitcheens juga menilai bahwa agama membawa sejarah kepada hal yang buruk. Misalnya dalam old testament, Tuhan no 1 ( dari suara, mimpi, astrologi ) sedangkan istri, harta, binatang secondary. Itu tidak mengajarkan konsep solidaritas, compassion to others. Bagi Hitcheen, ini contoh “ failed society “. Coba liat dalam perumpamaan Yesus – dikatakan orang yahudi dirampok, imam cuek, lewi cuek, samaria menolong – tapi mental bos, kasi duit lalu dia pergi. Jelas, Hitcheen menafsir semuanya ini bukan dengan “ exegesis “ tapi “ self observation “ maka tentu saja pemaparan dia didasarkan dengan “ seleranya “, bukan “ selera Tuhan “.

Jika kita kembali kepada Alkitab maka kita menemukan kembali Allah sebagai Allah atas sejarah baik dalam makna “ beginning until the end of everthing “ dalam dunia termasuk dalam seluruh proses sejarah dunia. Justru “ selera Tuhan “ mengajak kita bukan untuk hanya menerima “ good situation “ saja tetapi dituntut belajar bagaimana “ struggling “ di dalam dunia yang menawarkan “ relativism “ maupun “ bad situation “ dan belajar menerapkan iman kepercayaan di dalam Kristus untuk “ transforming “ dunia di dalam kuasa pelayanan oleh Roh Kudus.

c. Idea of God as The Perfecter of the world and human beings

Tidak sedikit orang Barat tidak dapat menerima realita ini karena sejarah hidup manusia begitu “ complicated “ dan bukan sesuatu yang mudah untuk dapat segampang membalik tangan di dalam melihat teladan Allah sebagai teladan yang sempurna. Tidak sedikit orang kristen yang “ murtad “ seperti : Karl Marx melihat Allah = God of rulers ( banyak hukumnya – kaku dan kejam ), Nietzche melihat Allah = God of pitiable weakling ( lemah, kasihan ), Sigmund Freud melihat Allah = A Tryranical Super Ego ( memaksakan super ego sendiri ). Kenapa bisa demikian ? Marx hanya melihat “ Old Testament = nightmare “. Nietzche melihat New Testament = super weakman, Freud melihat Old Testament = sombong. Kejatuhan mereka karena membaca Alkitab secara “ fragmented “ sehingga kesempitan logika mereka hendak memberikan “ judgement “ kepada Tuhan yang melampaui logika mereka. Ini tindakan kurang ajar ! Go out, you unholy spirit ! Pandanglah pada Yesus maka mereka akan tahu bahwa judgement mereka terlalu “ bodoh “. Ini gambaran kita juga. Jangan anggap otakmu encer lalu bisa judge Allah seenaknya ! Berdoalah minta Roh Kudus bekerja di dalam kita untuk melihat pekerjaan Tuhan yang memerdekan kita.


Dalam Kasih-Nya

Ev. Daniel Santoso

Kowloon, Hongkong

Wednesday, May 21, 2008

May 12 Memorial Day


12 Mei 2008, gempa bumi Shichuan berkekuatan 7,9 skala richter di Wenchuan, Sichuan yang telah menewaskan 15.000 orang lebih merupakan tragedy terbesar dialami china after tahun 1976 yaitu gempa bumi Thangsan yang menewaskan 242.000 orang. Pemerintah RRC mengelar tiga hari belasungkawa tuk mengenang korban gempa Sichuan. Tidak sedikit, orang china maupun overseas yang menyatakan belasungkawanya baik melalui memasang bendera setengah tiang, memasang lilin di malam hari bahkan membaca puisi-puisi penghiburan terhadap keluarga korban. Sebagai seorang foreigner yang “ numpang “ tinggal di China, saya cukup terbawa untuk hanyut ke dalam kesedihan bangsa komunis ini, betapa tidak, setiap hari kuikuti perkembangan upaya militer menyelamatkan jiwa-jiwa disana, hasilnya hampir nihil karena hampir semuanya ditemukan dalam keadaan mengenaskan dan mati. Saya cukup respek ( sebatas kagum ) terhadap kepedulian sosial Yayasan Tzu Chi dari Taiwan yang always cepat tanggap dalam memerankan dirinya sebagai tim luar negeri menolong korban. Di dalam dunia artis, Leehom Wang mewakili World Vision Taiwan menghimbau muda-mudi untuk mengambil bagian dalam menggalang dana sosial untuk korban gempa disana. Mengapa mereka melakukan semua ini ?


Semua karena diri mereka belajar mengasihi others. Kenapa demikian ? karena mereka sama-sama manusia, bisa merasakan atau meraba-raba bagaimana hidup di dalam kesulitan, kepedihan, kesakitan maupun ketakutan apalagi kurangnya kebutuhan sandang, pangan, papan. Akan tetapi apakah kasih mereka kepada others adalah the best goal dari kehidupan manusia ? Di dalam Reformed Theology, kita harus belajar mengasihi Allah dengan benar maka kita dapat mengasihi others dengan benar juga. Akan tetapi kesulitan manusia hari ini adalah melihat bencana alam yang merenggut ribuan nyawa manusia termasuk anak-anak kecil yang masih ingusan. Bagaimana orang kristen menanggapi hal ini ?


Di dalam CNN Weekend, Larry King mengangkat sebuah topic marak “ September 11 ; Where was God ? “, diajukan kepada beberapa tokoh-tokoh agama dan spiritualitas. Salah satunya adalah John Macarthur, senior pastor dari Grace Community Church, Sun Valley, yang kembali kepada kemutlakan Alkitab sebagai Firman Tuhan yang memaparkan kedaulatan Allah yang sesuai dengan rencana kekal-Nya dan Macarthur menanyakan “ jika kita bertanya “ why didn’t God stop that “ maka sebenarnya kita memiliki “ a huge question “. Maksudnya “ Is God going to stop all dying ?”.


Dalam Lukas 13:3, mereka bertanya kepada Yesus “ apakah 18 orang yang tertimpa menara dekat Siloam lebih “ parah “ daripada orang lain yang diam di Yerusalem ? “. Yesus justru menjawab “ you better repent or you will likewise perish “. Yesus sendiri yang mengatakan sendiri bahwa “ repentance is the key to life and salvation “. Bagaimana kita bercermin melihat korban ? Seharusnya kita dapat melihat kerusakan total kehidupan kita sebagai manusia yang “ fallen into sin “ dan mengalami “ total depravity “ sehingga kita masih hidup karena belas kasihan Tuhan diberikan “ more longer “ untuk menikmati anugerah Tuhan, menikmati hidup tetapi setelah kematian, setiap kita harus mempersiapkan diri bahwa kita tidak bisa melarikan diri dari maut karena itulah upah dosa. Siapakah yang dapat memberikan pengharapan kepada manusia after death. Kembali kepada otoritas Alkitab, Kristus satu-satunya pengharapan kita, Allah yang rela inkarnasi menjadi manusia tanpa dosa, rela mati menebus dosa saudara dan saya maka pertobatan harus diatas nama Kristus karena dialah satu-satunya jaminan keselamatan yang memberikan pertobatan sejati kepada kita. Oleh karena Allah mengasihi kita maka selayaknyalah kita belajar mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita seperti Allah mengasihi mereka juga.


Hanya kembali kepada Allah di dalam Alkitab ( bukan humanis) yang menyatakan identitas Allah sebagai “ The Creator and Sustainer of Universe “ , Ia berdaulat atas semuanya … Ia yang berinkarnasi dalam Yesus Kristus, turun ke dalam dunia, mati diatas kayu salib untuk menebus dosa manusia agar manusia dapat diselamatkan dan menikmati surgawi. Bagaimana dengan korban gempa bumi di Sichuan bagi kita semua ? John Macarthur memberikan sebuah inspirasi kepada setiap kita untuk melihat kematian mereka sebagai “ a wake up call for us to prepare for that “. So guys, are you ready ?


Dalam Kasih-Nya

Daniel Santoso

Beijing. China

Saturday, May 17, 2008

All that's left ...

Di atas pesawat Air China, saya membaca Koran “ The Straits Times “ yang memberikan saya bahan perenungan pada hari ini yaitu Sichuan Quake. Lempengan bumi yang bergerak menyebabkan beberapa kota di Sichuan lumpuh, 250.000 luka-luka, 28.881 orang meninggal dunia. Puluhan ribuan orang hilang. Benar-benar gempa yang dasyhat ! hari ini hari kelima dan masih banyak korban baru yang ditemukan. Belum lagi, saya melihat berita mengenai Li Yi, seorang anak perempuan cantik dari Mioba, Beichuan county, berumur 10 tahun yang kaki kanannya diamputasi petugas medis di tempat ia ditemukan guna menyelamatkan jiwanya. Foto Li Yi dengan ekspresi kesakitan, desperate, kecewa, sedih membuat saya mulai kembali merenungkan hidup yang mengalami keterhilangan.

Dalam kitab Ayub 1:20-22, Ayub memberikan proklamasi doctrinal yang absolute tentang Allah di dalam kondisi hidupnya yang “ complicated “.


a. Tuhan memberi, Tuhan mengambil. Disini saya belajar melihat kesementaraan yang ada dalam diri saya baik termasuk keluarga, harta, perjuangan kita karena semua milik Allah. Hidup manusia adalah milik Allah maka manusia tidak memiliki hak mutlak untuk complain kepada Tuhan. Seringkali kita tidak menyukai kondisi seperti ini karena kita tidak memiliki “ kebebasan “ dalam mengunakan hak mutlak yang ada pada diri Tuhan sendiri sehingga akibatnya kita seringkali jatuh ke dalam budaya “ complaining “ tanpa konsep “ positioning “ yang tepat sehingga pergeseran posisi menyebabkan manusia semakin “ liar “ dalam perspektif membaca dengan akurat makna keterhilangan dalam hidup manusia di dalam kehendak-Nya.


b. Telanjang lahir, telanjang mati. Proklamasi doctrinal Ayub ini mengetarkan diri saya di dalam menyadari “ theology of weakness “. Siapakah Ayub ? dia bukan siapa-siapa ! dia hanyalah manusia yang dilahirkan telanjang ( tanpa membawa apa-apa ) dan mati juga dengan telanjang ( tanpa membawa apa-apa ). Itulah manusia ! hari ini kita sudah kehilangan “ theology of weakness “ dalam menilai hidup kita. Hari ini kita lebih banyak bicara mengenai “ successful life style “ dengan pendidikan tinggi, perhiasan mahal, pakaian brand terkemuka, teknologi elektronik canggih ketimbang definisi ketelanjangan hidup dari Ayub. Akibatnya, banyak dari mereka yang terbiasa dengan successful life style mengalami “ culture shock “ saat mereka jatuh ke dalam keterhilangan.


c. Being and Gifts. Ketika kita menerima respek dari seseorang, seringkali kita menilai respek itu dari pemberian demi pemberian yang dinyatakan kepada kita, padahal itu hanyalah masalah supplemen. Ayub menyadari betul bahwa hidupnya adalah dari Allah. Meskipun ia kehilangan kekayaan, orang yang dikasihinya tetapi ia tetap bersandar kepada Being yang memberi semua kelimpahan dalam hidupnya. Luar biasa ! jika doktrin benar, meskipun hidup lebih sulit, kita harus belajar rela menjalaninya karena Being adalah esensi yang paling penting.


Saya mengajak saudara sekalian berdoa untuk korban Sichuan Quake yang mengalami keterhilangan harta maupun orang-orang yang mereka sayangi agar mereka dapat belajar bersandar kepada Tuhan, Sang Being yang memberi dan mengambil hidup manusia karena semua hanya karna Anugrah-Nya buat manusia yang tidak memiliki modal apa-apa selain ketelanjangan dalam lahir dan matinya. Berdoa bagi korban, agar mereka senantiasa menengadah ke atas berdoa memohon Tuhan memberikan kekuatan bertahan hidup serta menyatakan proklamasi iman yang akurat seperti apa yang dikerjakan oleh Ayub. Tuhan memberkati kita semua …


Dalam Kasih-Nya

Ev. Daniel Santoso

Beijing, China

The Lordship of Holy Spirit

Apakah kuasa Roh Kudus itu real ? banyak orang kristen kurang menyadari pentingnya kuasa Roh Kudus karena mereka menganggap itu adalah konsep denominasi tertentu. Benarkah demikian ? Bagaimana pekerjaan Roh Kudus turun atas hamba-hamba-Nya ?


Di dalam perjanjian lama, Samson membunuh 30 orang filistin sendirian, Samson melawan singa. Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Apakah kuasanya beda ? The same spirit is present in you. Pahamkah engkau ? seringkali kita kurang paham atas besarnya kuasa Tuhan dalam hidup kita karena pekerjaan Roh Kudus. saya bukan orang yang pesimis tetapi saya mengajak saudara sekalian tuk meremind diri kita untuk melihat diri manusia yang telah mengalami “ crisis value “.


Dalam 1 Tesalonika 1:5 , Rasul Paulus menyatakan “ Injil bukan hanya disampaikan dengan kata-kata, tetapi juga dengan kuasa Roh Kudus dengan kepastian yang kokoh “. Di dalam Roh Kudus ada 3 atribut Ketuhanan ( Lorship Attribute ) yang penting yaitu :


1. Power – controlled by God.

Kok power dikontrol ama God ? karena Tuhan sendiri yang tahu mengapa kuasa Roh Kudus diberikan kepada manusia. Manusia di dalam kecacatannya, dapat menyalahgunakan kuasa untuk kepentingan sendiri. Oleh karena itu John Calvin mengatakan bahwa kuasa Roh Kudus harus kembali kepada Kristus. Kristus sebagai satu-satunya juruselamat dunia dan kuasa Roh Kudus tidak bisa lepas dari tahta Kristus. Maka orang kristen hanya dapat menikmati kuasa Roh Kudus jika mereka kembali kepada Kristus. Dilematisnya, orang kristen sendiri sudah kehilangan kuasa Roh dalam pelayanannya, mereka lebih over-confidience dengan skill dirinya sehingga mereka menganggap diri mereka adalah penting dalam pelayanan. Orang seperti ini melayani dengan konsep “ ubermench “, itu bukan ajaran Alkitab. Itu ajaran humanis dari Nietzche. Jika saudara suka liat komik Marvell tahun 1940 an, konsep “ Ubermench “ banyak muncul dalam tokoh-tokoh yang digambarkan sebagai pahlawan yang “ perfecto “, berbeda dengan komik Marvell tahun 90 an yang mulai “ realistis “ dengan kelemahan mereka, misalnya red laser superman gak bisa tembus timah, spiderman bergumul dengan kemiskinan, hulk kuat tapi hidup dalam penyangkalan diri. Maka ubermench hanyalah konsep yang tidak realistis. Perlu theology of weakness tuk memahami kelemahan diri dan kelemahan orang lain. Tapi bukan minder tetapi menyadari semua karena pekerjaan Roh Kudus yang berpusat pada Kristus, bukan original dari diri kita. Di dalam Kristus baru ada kerinduan kepada Injil yang memberikan semangat sejati yang tersirat makna kekal.


2. Authority – God’s Authoritative Word.

Kuasa Roh Kudus tidak lepas dari otoritas Allah. Pertama, Otoritas Allah gak bisa dilepaskan dari Firman. Melalui Firman maka kita dapat mengenal Allah dengan benar, mengenal Kristus dengan benar, mengenal kuasa Roh Kudus dengan benar sehingga kuasa Roh Kudus pasti membangun iman orang kristen dengan kepercayaan dan ketentraman hati. Disini kuasa Roh Kudus menyucikan rasio manusia tuk mengecap kebenaran dan hati dikokohkan oleh kebenaran untuk melayani. dimanakah kuasa Roh dalam hidupmu ? hari ini kita banyak sudah tidak peduli dengan iman maupun “ the work of holy spirit “ karena kita tidak rela bercermin di hadapan Firman Tuhan. Mau jadi kristen apa loe ? taklukan dirimu pada Firman dengan mental rela dididik. Kedua, otoritas Allah gak bisa dilepaskan dari janji anugerah Tuhan. Di dalam Kristus, kita melihat penggenapan janji anugerah Tuhan dalam keselamatan. Jika kita tidak melihat Kristus sebagai pengenapan janji anugerah Tuhan maka kita pasti memposisikan diri sama seperti orang yahudi hari ini yang masih menunggu mesias, padahal Mesias adalah Kristus. Kasihan sekali ! Ketiga, otoritas Allah = absolute. Otoritas Allah adalah haknya untuk mengatakan kepada ciptaan-Nya apa yang mereka harus kerjakan. Saat Allah berkata kepada Musa “ let my people go “ – statement itu bukan spekulasi tetapi otoritas Allah yang absolute.


3. Covenant Presence – Meditating His Powerful control over all things

( kemanakah aku dapat pergi menjauhi roh-Mu Tuhan – psalm 139:7 ). Allah bersama-sama dengan umat-Nya. Seringkali kita tidak melihat Allah hadir karena kita kurang setia kepada covenant Allah yang berkata “ Aku adalah Allah dan engkau adalah kaum-Ku “ ( Keluaran 6:7 ).

Inilah konsep lordship yang ada pada para rasul dan para nabi, dalam old testament maupun new testament, semua karena pekerjaan Roh Kudus di dalam God’s control, God’s authorities, God’s Covenant Presence.


Seringkali kita menjadi orang kristen yang kurang berani di dalam memberitakan Injil karena kita kehilangan konsep God’s control, God’s authorities dan God’s Covenant Presence. Kita lebih banyak memerankan diri sebagai “ penonton “ Injil, bukan “ pemberita “ Injil karena kita gak melihat hubungan Injil terhadap others … padahal Paulus memberitakan Injil karena others yang membutuhkan Injil. Oleh karena itu bagaimana dengan saudara ? Maukah saudara melayani bukan hanya dengan kata-kata “ fisik “ tetapi melayani dengan kekuatan Roh Kudus, kepastian yang kokoh untuk jiwa yang butuh Injil. Tuhan memberkati kita semuanya …


Dalam Kasih-Nya

Ev. Daniel Santoso

Shanghai

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...