Friday, December 10, 2010

Reason for the season 1

Desember 2010 telah tiba, dekorasi natal telah menghiasi kota-kota besar di seluruh penjuru dunia. Banyak Mall udah mempersiapkan sale besar-besaran bagi pengunjung konsumerisme yang “gila shopping” terhadap barang-barang bermerk. H&M penuh sesak oleh pengunjung muda-mudi dalam memburu koleksi Lanvin dan H&M dalam rangka Natal. Belum lagi, pohon natal besar berwarna warni dengan nyala kelap kelip lampu natal memberikan nuansa “celebration” di Central, Hongkong. Tidak sedikit, penduduk Hongkong dan sebagian foreigner memenuhi area Central untuk menikmati “happy holidays” mereka. Sebenarnya, bagaimana kita seharusnya merayakan Natal? Sebagai orang kristen, kita seharusnya memakai waktu kita untuk stop dan reflect just why we really celebrate this season?

Dewasa ini, kebangkitan gerakan ateisme cukup berani menyuarakan “freedom of speech” mereka baik secara lisan, tertulis maupun secara organisasi. Buku “The God of Delusion” dari Richard Dawkins dan “God is not great: How religion poisons everything” dari Christopher Hitchens menjadi aksi serangan kaum ateis kepada orang-orang teistik. Dawkins menyerang Katolik Roma sebagai “the greatest force for evil in the world” . Dawkins anggap Katolik Roma sebagai “disgusting institution” dan “cannibal feast”. Dawkins menganggap agama sebagai mitologi yang kelihatan indah tapi salah dan berbahaya. Hitchens juga mengajak setiap pembaca bukunya untuk melihat kepada fakta/evidence bahwa keberadaan agama menyebabkan dunia tidak semakin baik, malah semakin complicated and so confusing. Tidak heran, Dawkins dan Hitchens menilai Allah dan keberadaan agama sebagai hal yang “non-sense” karena tidak sesuai dengan fakta/ evidence dalam sejarah. Mereka menganggap “From Faith to Faith” tidak relevan. Lebih baik “From Evidence to Faith”. Sungguhkah? Alkitab justru memberikan sebuah proklamasi bahwa “God loved therefore i am”. Jadi, kepercayaan soal Allah dan agama tidak dapat hanya dinilai dari “reason” manusia yang bersumber pada “cogito ergo sum” ala Rene Descartes, tetapi harus setia kepada “God centered” sehingga definisi iman dimengerti di dalam kembalinya reason, emotion, will kepada Kebenaran Allah yang absolut.

Sebagai orang kristen, kita harus kembali berbalik kepada fokus yang asli yaitu kembali kepada Yesus Kristus. No Jesus, No Christmas! Inilah our duty untuk menyatakan sebuah proklamasi Injil Kristus di dalam kepenuhan dan kelimpahan anugerah-Nya, bukan melakukan “editing” terhadap Injil Kristus. Ironisnya, Kontradiksi demi kontradiksi silih berganti menodai keakuratan Natal dalam aksi manusia memperingatinya.

Contoh, ketika bayi Yesus berada di Bethlehem, orang majus datang dari tempat jauh untuk bertemu dengan bayi Yesus dan mereka memberikan persembahan mas, kemenyan dan mur sebagai persembahan terbaik mereka. Bukankah Natal membuat saudara dan saya belajar memberikan yang terbaik kepada Tuhan? Natal seringkali membuat setiap kita hanya terjebak dalam ornamen-ornamen plastik pohon natal yang “menarik” secara fenomenal tapi kehilangan makna dari Natal tersebut. Jadi, Seharusnya saudara sibuk merayakan Natal untuk memberikan yang terbaik buat Tuhan, ataukah karena saya hanya mau terlibat dalam “keramaian” Natal?

Sekali lagi, kita harus “straight-forward” untuk membawa fokus utama Natal ada dalam Yesus Kristus. Bagaimana kita belajar memahami pentingnya Yesus Kristus dalam kita merayakan Natal? Saya mengajak saudara merenungkan satu perikop yaitu Surat Filipi 2:5-11. Paulus mengajarkan setiap kita untuk menjadikan:

Pertama, Yesus Kristus menjadi standar pikiran dan perasaan kita. (ayat 5). “Having this mind among yourselves, which you have in Christ Jesus”. Dalam tradisi Yahudi, kita dapat belajar bahwa pikiran dan perasaan tidak dapat lepas dari hati. Semuanya connecting dan tidak dapat dilepaskan. Jadi, dalam hal ini, hati kita seharusnya terpaut dalam Yesus Kristus sebagai satu-satunya fondasi iman yang dianugerahkan Allah kepada kita (Yohanes 8:24, Yohanes 14:6). Dalam hal ini, kita harus menjadi saksi Kristus yang berani mendasarkan setiap aksi hidup kita dalam pengertian Kristus yang benar yaitu Yesus 100% Allah dan Yesus 100% Manusia, inilah kualitas Allah yang “qualitative difference” nan “radical” yang kembali bersumber pada anti-tesis antara kaum percaya dan kaum non-percaya. Presuposisi kita adalah kembali dalam Kovenan Allah yang absolut, bukan “new thesis” dari tesis dan anti tesis versi Hegelian.

Bersambung

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Shanghai, China

Friday, December 03, 2010

Natal di dalam Kristus

Natal 2010 telah tiba. Dikotomi Natal “marak” bergelombang baik dari kalangan orang kristen yang merayakan kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat Dunia yang berinkarnasi turun ke dalam dunia tuk menebus dosa kaum pilihan-Nya dan kalangan kaum ateis dan kaum sekular yang menekankan pembebasan Natal dari Kristus, “freedom of religion” dan “freedom from religion” mendefinisikan Natal hanya dalam”event” libur panjang musim dingin dan imajinasi budaya “Santa Claus” paganisme. Banyak hal-hal yang paradoks dalam Natal Kristen dengan Paganisme. Paganisme menyediakan Santa Claus, Pohon Natal dengan aksesoris plastik, kelap kelip lampu hiasan natal serta Christmas Sale di shopping mall seluruh dunia. Inti Natal Paganisme hanya terletak pada konsumerisme. Seperti apa yang diucapkan oleh Jeff Locke dari truthxchange.com, Christmas is a Pagan Holiday. Paganisme telah mereduksi makna sakral Natal mula-mula, saat orang majus datang memberikan persembahan yang terbaik kepada bayi Yesus, Paganisme hanya membeli ornamen-ornamen plastik pohon natal sebagai “accessoris” mereka merayakan Natal. Saat orang majus memberikan persembahan kepada Yesus dengan “humility gift”, justru Paganisme memberikan “indulgence of selfishness gift” tanpa melupakan keuntungan profit. Saat Bethlehem menjadi kota yang sepi nan sunyi, Paganisme merubah kesunyian menjadi keramaian Natal yang “blink-blink”. Saat inkarnasi Yesus turun ke dalam dunia secara nyata dan serius, justru Paganisme mengajak dunia bermain di dalam party-party yang memalukan. Sebagai orang kristen, kita harus “straightforward” kepada esensi Natal yang sejati yaitu Yesus Kristus, bukan bermain-main di dalam area supplemen yang tidak jelas di luar Yesus Kristus. Seringkali kita terlalu berani menggunakan alasan “ah hanya main-main doang”, padahal “doang” itu termasuk jawaban aksi dari permainan dunia. Sekali lagi, Kita harus “straightforward” kepada fokus Natal yang sejati. Natal tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus, satu-satunya “Allah yang rela turun menjadi manusia” yang menjadi juruselamat manusia satu-satunya tuk membawa manusia berdosa kembali kepada Allah. Tantangan postmodernisme dan sekularisme banyak memberikan ruang negatif bagi dunia melihat kekolotan para fundamentalisme kekristenan dalam memproklamasikan Kebenaran Fundamental dalam Firman Tuhan, baik Firman yang menjadi daging yaitu Yesus Kristus dan Firman yang ditulis oleh para rasul dan para nabi dalam Kitab Suci yaitu Alkitab. Namun, orang kristen bukanlah orang yang sedang berada di dalam bahaya, justru “prostitusi kristen” itulah yang berada dalam bahaya. Mereka kelihatannya kristen, padahal mereka tidak berjiwa “kristen”. Meski demikian, kita harus “straightforward” tanpa henti-henti memberitakan Injil Kristus kepada dunia karena seperti kata Rasul Paulus, celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil (1Korintus 9:16-19).Dari atas mimbar, Pdt Dr. Stephen Tong mengingatkan bahwa Injil tidak cukup hanya kita terima dan percayai, tetapi juga harus dikabarkan. Masih adakah Injil diberitakan oleh orang kristen di hari Natal? Selamat memberitakan Injil di hari Natal! Tuhan memberkati kita semua.

Selamat Natal
Daniel Santoso
Beijing, China

Monday, November 29, 2010

Understanding Your Sloth/ Laziness

Berita-berita Indonesia memberikan rapor merah terhadap anggota-anggota DPR yang sering bolos dalam mengikuti rapat paripurna, tidak cekatan dalam pelaporan kekayaan mereka maupun pengurusan NPWP anggota-anggota DPR, tidak ada inisiatif untuk mengerjakan tugas ideal wakil rakyat untuk membawa aspirasi rakyat untuk digodok dalam rapat wakil rakyat. Mereka cenderung malas, tidak segan2 bolos tanpa sebab dan banyak mereka sudah kehilangan kepekaan untuk bagaimana memperjuangkan aspirasi rakyat demi Indonesia yang lebih adil dan makmur. Kursi-kursi anggota DPR tetap kosong melompong dan kalopun ada orang yang duduk di kursi mereka, kebanyakan dari mereka sudah tidak memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan amanat tugas kenegaraan mereka alias mereka santai dan lebih memilih tertidur dalam ruang rapat. Di berbagai media komunikasi, banyak foto-foto dan tayangan media televisi yang mempertontonkan kekonyolan anggota-anggota DPR yang suka “bolos” maupun yang suka “tidur” di ruang rapat. Meski keadaan anggora DPR begitu memprihatinkan, namun mereka berani menuntut fasilitas-fasilitas wakil rakyat yang serba mewah itu baik dengan menikmati kunjungan-kunjungan luar negeri yang kagak jelas visi misinya apa, menuntut renovasi rumah dinas mewah mereka maupun kenaikan gaji. Sebenarnya virus kemalasan ini bukan hanya melanda pemerintahan saja, namun gereja mengalami hal yang sama. Immanuel Kant dalam bukunya “What is Enlightement?” memaparkan salah satu kegagalan gereja modern adalah gereja jatuh ke dalam “laziness”. Kemalasan untuk berpikir sesuai dengan pikiran Tuhan. Secara teologis, Alkitab banyak berbicara tentang kemalasan yang merusak, mematikan dan terkutuk itu, terutama dari Kitab Amsal (Amsal 6:6, 6:9, 10:26, 13:4, 15:19, 19:15, 19:24, 20:4, 21:25, 22:13, 24:30, 26: 13-16).

Mengutip dari buku “Bebas dari 7 Dosa Maut”, Billy Graham memaparkan bahwa Dosa kemalasan menyebabkan cara hidup negatif yaitu hidup yang terhenti dan tidak efektif yang kesemuanya membuat orang itu tidak layak menjadi pengikut Kristus. Bagi Billy Graham, kemalasan rohani bukan saja dosa terhadap Allah tapi juga dosa terhadap diri sendiri. Kemalasan adalah pembinasa kesempatan dan pembunuh jiwa. Ini statement besar. Seorang yang tekun adalah seorang yang terus menggunakan setiap kesempatan sebanyak mungkin. Dalam hal ini ketekunan hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki jiwa mau berkorban dan rela capek dalam mewujudkan kesempatan demi kesempatan karena ketekunan mereka adalah perjuangan untuk memberikan apa yang paling “the best” untuk dapat menikmati kualitas yang “qualitative difference”. Jika demikian, bagaimana kita memahami vocabulary “kemalasan” dalam spiritualitas kita? Dalam Yakobus 4:17, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”. Jadi, kemalasan adalah dosa?

Seringkali kita membiarkan semua hal menghalangi kita melakukan kehendak Tuhan dengan tekun. Kemalasan adalah dosa! disaat kamu malas baca alkitab, kamu berdosa! disaat kamu malas memberitakan injil, kamu berdosa! disaat kamu malas melayani Tuhanm kamu berdosa! Kemalasan selalu mengendorkan kamu, itulah kehebatan dosa! Roma 12:11 menasihati setiap kita agar “janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”. Iblis sangat menyukai pengikut-pengikut Kristus berdosa di dalam kemalasan mereka dan membangkang pengikutan mereka kepada Kristus dengan kemalasan rohani mereka untuk memberitakan Injil. Jangan malas, saudara! Bangkitlah bagi Kristus! Mari kita tekun melayani Tuhan karena kemuliaan Tuhan adalah worth it bagi kita semuanya untuk kerjakan yaitu melakukan apa yang Tuhan tuntut dalam hidup kita, kita berikan sebaik mungkin sampai ajal kita tiba, sampai kita kembali kepada Tuhan menikmati hidup kekal-Nya.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Sunday, November 28, 2010

Pendoa Syafaat yang Tekun

Bapak Tri Wahyudi,Sosok beliau terlalu berkesan di dalam diri saya karena di dalam hidupnya, beliau senantiasa berperan besar menjadi seorang pendoa syafaat yang tekun mendoakan pelayanan hamba-hamba Tuhan. Tahun 2002, masa dimana saya dikirim dari Reformed Institue, Jakarta untuk menjalani masa praktek pelayanan di MRII Yogyakarta selama 2 bulan. Banyak pengalaman-pengalaman indah yang tidak dapat saya lupakan, baik melayani di rumah sakit Bethesda, Persekutuan Reformed di Semarang, mengajar 2 mata kuliah di Sekolah Teologia Reformed Injili Yogyakarta yaitu: “Integrity of Christian Life” dan “Christian Ethics”, mengunjungi Candi Borobudur, Pantai Parang Tritis, Villa Pak Susilo di Kaliurang, mengisi renungan di PMK Melisia Christi, memimpin 2 session di Retreat Remaja GKI Magelang di Wisma Baptis Salatiga, melayani di Mimbar Reformed Injili Indonesia Yogyakarta, termasuk berkenalan dengan beliau, sang pendoa syafaat.

Beliau begitu ramah dan rendah hati mau berkawan dengan saya bahkan memperkenalkan istri dan anak-anaknya seperti saudara sendiri, padahal umur kami jauh berbeda. Kisah pelayanan beliau di Gereja Kristen Jawa, mengambil studi akupuntur dan kemauan belajar teologia Reformed di Sekolah Teologia Reformed Injili Yogyakarta membuat saya tidak dapat melupakan beliau. Setiap kali saya lihat motor vespa melintas, memori saya hanya mengingatkan saya kepada dua pribadi yaitu Frans Magnis Suseno dan Tri Wahyudi. Pak Tri selalu berkata “Saya memang semakin tua, justru saya harus banyak belajar”. Luar biasa! Hari ini banyak anak-anak muda gak mau belajar teologia, malas ke gereja, gak pernah saat teduh, hanya peduli dengan komik-komik bergambar, games-games virtual, shopping barang-barang “sekunder”, anak muda macam demikian lebih baik dibuang ke tempat sampah (kalo boleh pinjam statement dari Soe Hok Gie). Beliau berkata “Oleh karena itu Saya senantiasa doakan Pak Daniel dapat dipakai Tuhan untuk melayani Tuhan, jadi berkat bagi orang lain yang belum kenal Tuhan”. Saat itu, saya hanya berkata “ kami sangat membutuhkan doa-doa seperti bapak. Mohon doakan kami!’. Do you know watt? He did it.

After 2 bulan melayani di Yogyakarta, saya kembali ke Jakarta dengan jam “seiko” yang baru saya beli dari toko loak dekat tugu, Yogyakarta. Tidak lama kemudian, saya menerima secarik surat dari Pak Tri. Apa isinya? Isi doa syafaat beliau untuk saya. Ia juga memberikan doa syafaat agar saya mendoakan ujian praktek akunpuntur beliau. Saya begitu terharu dan berdoa bagi beliau. Tak lama kemudian, datang kembali secarik surat dari Pak Tri. Isinya juga doa syafaat mendoakan pelayanan saya dan doa syafaat untuk saya mendoakan beliau. Saya sungguh tertegun dan saya berdoa bagi pergumulan Pak Tri. Namun, saya baru dapat membalas surat Pak Tri setahun kemudian karena saya telah kembali melayani di Taiwan dan mulai menjajaki medan pelayanan yang baru di China. Setelah itu kami telah “lost contact”. Saya hanya sempat bertanya tentang kabar beliau kepada teman-teman sepelayanan yang dikirim ke Yogyakarta. Saya mendengar beliau justru tetap aktif melayani dan semakin tekun belajar. Saya sungguh-sungguh senang mendengar berita tersebut.

Now, Beliau telah kembali ke rumah Bapa. Meski informasi kepulangannya terlambat 2 bulan kepada saya, saya tak dapat memungkiri bahwa ada kesedihan mendalam dalam diri saya yang membuat saya sungguh merasa terpukul karena saya kehilangan seorang pendoa syafaat yang tekun. Namun, saya sadar bahwa Tuhan hendak memberikan pelajaran penting buat saya untuk bukan terpuruk dalam kesedihan terlalu dalam. Justru Pak Tri telah diselamatkan oleh Kristus. Maka Tidak ada gunanya kita menumpahkan seluruh airmata kita hanya untuk keterhilangan kita. Namun bagaimana kita harus tetap teguh di dalam Kristus untuk tetap melayani dengan lebih “mati-matian” untuk Tuhan dan belajar dari hidup beliau untuk berdoa bagi pelayanan hamba-hamba Tuhan dan tetap semangat belajar dan bekerja di dalam Kebenaran Tuhan.

Terakhir, Ketika saya melihat foto-foto sebelum beliau meninggal dunia, Pak Tri masih memimpin liturgi KKR Regional dan kebaktian MRIIY. Beliau masih enerjik meskipun raut wajah telah menua. Sebuah refleksi sederhana muncul dalam benak saya, wajah saya kelak pasti akan menua, masihkan kita melayani dalam Kebenaran Kristus dengan enerjik? Selamat jalan Pak Tri ... Kami tetap akan mendoakan pelayanan hamba-hamba Tuhan dan berjuang mati-matian melayani Tuhan karena Kristus mengasihi kita semua!

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Wednesday, November 17, 2010

God is better than Sex

Skandal Seksualitas di kalangan Selebritis telah menjadi nilai merah bagi masyarakat untuk menilai kehidupan selebritis secara positif, dalam hal ini selebritis identik dengan kehidupan yang negatif. Betapa tidak, Selebriti seharusnya dapat menempatkan diri sebagai teladan masyarakat yang turut mengembangkan kehidupan moralitas yang baik dan benar bagi generasi penerus bangsa. Di Indonesia, Skandal Seks Ariel Peter Pan begitu gempar hingga sampai mancanegara, sampai hari ini, Ariel masih berada di dalam tahanan di Bandung.

Di Hongkong, Skandal Seks Edison Chen juga mengemparkan Hongkong dan dunia entertaiment sampai hollywood. Melalui jumpa pers, Edison Chen menyampaikan permintaan maaf kepada setiap perempuan yang telah menjadi korban dalam video-video tersebut dan memohon maaf kepada keluarga korban, keluarga Edison dan seluruh rakyat hongkong. Dirinya begitu kepukul dan ia meninggalkan Hongkong menuju Canada untuk memulihkan dirinya. Tidak sedikit, Selebritis-selebritis yang memiliki moralitas yang rendah dan tidak punya kesadaran untuk menjadi teladan masyarakat. Mereka hanya mau hidup glamour dan diperlakukan seperti King & Queen. Seharusnya, mereka sadar bahwa sebagai public figure harus memiliki hati untuk mendidik masyarakat dan mengarahkan masyarakat untuk hidup di dalam kebaikan dan kebenaran termasuk etika seksualitas. Bagaimana kita seharusnya mendidik generasi muda terhadap free sex?

Saya sangat kecewa terhadap sebagian gereja yang telah kehilangan suara kenabian untuk mendidik generasi-generasi muda untuk setia hidup dalam kebenaran dan hidup dalam kesucian. Maksud saya, ada gereja yang sengaja tidak memerangi free sex malah mendukung free sex dengan “safe sex” alias menggunakan kondom. Inikah panggilan gereja? Sungguh amat memalukan! Gereja seharusnya mengajak jemaat dan masyarakat dunia untuk menghormati seks dan pernikahan, mengendalikan diri dan menjauhi semua tindakan najis dan menjaga kesucian hidup (1Tes 4:4) karena orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah (Ibrani 13:4). Free Sex jelas bertentangan dengan Firman Tuhan, enggak peduli safe sex or not, tetap melanggar etika dan norma di hadapan Allah dan manusia. Jika demikian, bagaimana kita seharusnya hidup dalam kebenaran dan kesucian? Seks itu indah bagi mereka yang “menikah”. Jangan lancang! Jika lancang, kita telah memilih jalan hidup sendiri untuk tidak kembali kepada jalan Tuhan dan cari liang kubur sendiri. Ingatlah, Allah melarang dengan tegas “free sex” yang telah menodai kesakralan arti seksualitas. Jadi, siapapun kita yang telah jatuh ke dalam dosa, kita harus belajar bertobat dengan sepenuh hati dan bertanggungjawab menjaga kesakralan hidup dan cinta kasih yang telah Tuhan anugerahkan kepada manusia ciptaan-Nya untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan natur cinta kasih-Nya.

Akhirnya, Edison Chen kembali ke Hongkong. Yup! Artis muda Hongkong yang terjun dalam blantika musik hip hop, dunia akting hongkong maupun hollywood, model dari Levi’s dan model MV kembali mengadakan jumpa pers di CNN Talk Asia dan memaparkan pertanggungjawaban Edison. Rupanya, perubahan hidup baik iman, pemikiran, emosi dan aksi menjadikan setiap kita kembali melihat krusialnya etika seksualitas yang setia kepada Firman Tuhan dalam hidup anak-anak Tuhan.Semoga Edison sungguh-sungguh menekuni apa yang Tuhan kehendaki dan menghidupi sebuah kehidupan yang suci dan bertanggungjawab di hadapan Allah dan di hadapan manusia.

Semoga mereka bukan bertobat hanya "panas-panas tahi ayam". Be Strong in The Lord!

In Christ
Daniel Santoso
Beijing, China

Tuesday, November 16, 2010

Where is Your Citizenship?

Setiap kali saya travelling ke kota-kota besar China seperti Shanghai, Guangzhou, Xiamen, Fuzhou, Tianjin, Zhangzhou, Shenzen, Guiyang dan sebagainya, saya sering mengalami putus asa disaat saya memperkenalkan “citizenship” saya. Ketika saya memperkenalkan diri saya sebagai “Indonesian”, mereka tidak tahu dimana letak geografis Indonesia. Sedih juga, ketika mereka mendengar Indonesia, mereka menganggapnya sebagai India. Rupanya, kejadian yang sama dialami oleh teman2 Indonesia yang berada di negara Barat. Bahkan ada seorang bule yang menebak Indonesia berada di Timur Tengah hahaha. Kebacut!

Rupanya Indonesia tidak populer di masyarakat dunia. Meskipun, kita dapat menghibur diri dengan prestasi bangsa Indonesia dalam olahraga bulu tangkis haha. Padahal tidak sedikit, barang-barang bermerk di luar negeri adalah Made in Indonesia seperti GEOX, Nike, ZARA, etc. Tapi mereka lebih familiar dengan Made in Vietnam, Made in Mauritius, Made in Cyprus, Made in Bangladesh dibandingkan dengan Made in Indonesia.

Masih adakah kebanggaan orang Indonesia ketika diperhadapkan dengan ketidakpopuleran Indonesia di dunia? Rupanya masih ada harapan. Meskipun banyak orang tidak mengenal Indonesia, tapi mereka tahu Pulau Dewata Bali. Bahkan tidak sedikit dari mereka telah berkali-kali mengunjungi Bali, tapi mereka tidak menyadari Bali sebagai bagian dari Indonesia. Mungkin mereka anggap Bali adalah Maldives. Namun, Menjadi ambiguitas bagi kami untuk memperkenalkan diri kami, Apakah kami orang Indonesia atau kami orang Bali (meskipun asli jawa timur haha)? Tentu saja, kita harus tetap mengatakan bahwa kita berkebangsaan Indonesia dan Bali adalah bagian dari Indonesia. Dengan demikian, kita dapat mendidik dunia untuk mengenal Indonesia.

Namun, hari ini saya mau memfokuskan diri terhadap sebuah pertanyaan “where is your citizenship?”. “Citizenship” bukan hanya dibaca secara temporal dalam dunia, tetapi juga dibaca setelah manusia meninggal dunia, mereka bakal kemana? Oleh karena itu, pertanyaan krusial saya adalah “Where is your eternal citizenship?”.

Rasul Paulus dalam Surat Filipi 3:17-21 memaparkan sebuah pengertian bahwa kita memiliki” dual citizenships – a temporary one in earth and an eternal one in heaven.” Pertanyaan ini jarang kita gumulkan secara serius sehingga banyak manusia mengalami keputusasaan yang berkepanjangan terutama bagi mereka yang telah sekarat. Tentu saja, we have no idea ketika melihat kondisi kita sebagai sinner dapat memiliki “citizenship of heaven”. Tidak ada pendiri agama manapun yang dapat memberikan sebuah “payment” agar setiap kita dapat diterima di Surga, kecuali Yesus Kristus- Allah yang rela berinkarnasi ke dalam dunia dan memungkinkan setiap kita semua dapat kembali kepada Allah dengan “citizenship of heaven” di dalam kedaulatan-Nya. Jadi kita tidak boleh hidup sembarangan di dalam dunia karena kita harus hidup meneladani Kristus sebagai patokan bagaimana saudara menghidupi “citizenship of heaven” dalam satu-satunya Juruselamat Dunia, Yesus Kristus. Solideo Gloria.

In Christ
Daniel Santoso
Beijing, China

Monday, November 15, 2010

Indonesia Bagian Dari Diri Saya

“Indonesia bagian dari diri saya” ... 10 November 2010, Sebuah kalimat kekeluargaan keluar dari mulut seorang Presiden Amerika Serikat- Barack Hussein Obama, ketika ia membawakan kuliah publik di Universitas Indonesia. Pidato Obama di Universitas Indonesia begitu berkesan bagi mahasiswa-mahasiswa indonesia dan mereka “tersihir” untuk memberikan respon yang “kebanggaan” terhadap figur Obama yang lebih mungkin dinilai lebih “karismatik” dan “popular” dibandingkan dengan figur Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang semakin menurun. Masa kecil Obama di Indonesia tahun 1967 menjadi jalan penghubung komunikasi Obama sebagai Presiden Amerika Serikat dengan Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah Islam, untuk memberikan penegasan bahwa Amerika Serikat bukanlah Anti Islam. Amerika Serikat bukanlah musuh Islam. Justru, Amerika Serikat harus belajar konsep demokrasi dan toleransi beragama dari Indonesia dari Indonesia. Obama memaparkan kekekuatan Rebuplik Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yaitu “Unity in Diversity”. Tidak heran, Pidato Obama sangat diterima baik oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia bagaikan seorang pahlawan nasional yang “pulang kampung nih”. Komentar- komentar positif muncul dari sebagian mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Indonesia yang mendengarkan pidato Obama. Bagi sebagian mahasiswa, pidato Obama telah mengkoreksi pemikiran negatif mereka terhadap Amerika Serikat. Namun, ada pendapat berbeda yang menganggap pidato Obama hanyalah sebuah pidato “nostalgic” biasa, tidak ada relevansi yang “progressive” dari pidato Obama di Cairo sampai pidato Obama di Indonesia, bahkan Obama dianggap gagal merealisasikan janjinya kepada dunia islam. But no matter what, tidak ada seorangpun yang dapat memungkiri bahwa Obama punya perhatian tersendiri terhadap bangsa Indonesia. Indonesia adalah bagian dari diri saya, kata Obama. Pertanyaan yang muncul dari benak saya adalah bagian yang mana adalah bagian dari diri seorang Obama?

Pidato Obama memang luar biasa, tetapi secara pribadi saya lebih tersentuh melihat bagaimana seorang pemimpin berpidato melalui hidupnya. Menurut hemat saya, Rev. Dr. Stephen Tong, figur yang saya anggap paling tepat berkata “Indonesia adalah bagian dari diri saya”. Beliau adalah seorang hamba Tuhan Indonesia beretnis Tionghoa yang telah berkotbah lebih dari 600 kota besar di seluruh dunia. Beliau pernah berkata bahwa dirinya pernah diundang untuk menjadi uskup besar di Hongkong, tetapi ia menolak undangan tersebut karena beliau mengasihi Indonesia. Bentuk cinta kasih beliau dicurahkan melalui kehadiran Gereja Reformed Injili Indonesia, Sekolah Theologia Reformed Injili Kaum Awan, Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili, Reformed Institue, Sekolah Kristen Calvin, Sekolah Logos, Reformed Millenium Center, Reformed Center for Religion and Society, Aula Simfonia Jakarta, Museum, KKR Akbar, KKR Regional, etc. Seharusnya beliau bisa saja mengiyakan undangan sebagai uskup besar di Hongkong karena bukankah itu juga memuliakan nama Tuhan? Beliau sadar panggilan hidupnya mengharuskan Indonesia menjadi bagian dari dirinya, meskipun dia tetap keliling dunia berkotbah.

Indonesia bagian dari diri saya. Bagaimana kita melihat Indonesia hari ini? Indonesia sedang berjuang untuk mengikuti kemajuan teknologi dunia, tantangan globalisasi dunia, dialog agama dan kebudayaan dunia serta memerangi terorisme dan pertahanan keamanan dunia. Betapa tidak, dunia semakin kompetitif dalam menjalani era globalisasi maupun usaha glokalisasi tiap negara dalam usaha membangun ekonomi dunia. Contoh terbaik adalah China. Sejak Deng Xiao Ping membuka diri kepada dunia, China semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat hingga sekarang, posisi China menjadi penentu ekonomi dunia, bukan negara Barat. Meski demikian, Presiden China, Hu Jian Tao mengatakan bahwa China sudah maju secara ekonomi, sekarang waktunya China membenahi moralitas. Dalam hal ini China ada kepekaan terhadap kesadaran moral yang dibutuhkan oleh China. Bagaimana dengan Indonesia? Seharusnya Indonesia takut akan Allah karena Indonesia meletakkan prioritas prinsip mereka di dalam pengertian Pancasila, yaitu sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Menurut pendapat beberapa kaum awam, justru Pancasila hanyalah dipandang sebagai sebuah prinsip kenegaraan ideal yang cenderung telah dilupakan dan dianggap kurang relevan menjadi dasar pemikiran negara bagi petinggi-petinggi negara kita sehingga mereka berani bermain di dalam area “aspirasi rakyat” untuk mencari profit bagi diri sendiri maupun kepentingan partai. Tidak heran, rakyat Indonesia telah kehilangan rasa hormat dan respek terhadap petinggi-petinggi negara baik dari anggota DPR sampai Presiden. Pergumulan “Indonesia bagian dari diri saya” seharusnya ada dalam diri kita sebagai seorang Indonesian baik tinggal di Indonesia maupun di luar Indonesia. Sebagai Orang Kristen, kita harus terus mengingat bahwa Tuhan Yesus telah memberikan panggilan inkarnasional kepada setiap anak-anak Tuhan untuk menjadi garam dan terang dunia, yaitu memberitakan Injil dan mengalami penyertaan Tuhan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat Dunia, Satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup yang membawa manusia kembali kepada Allah! Panggilan Inkarnasional ini bukan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Indonesia saja, tapi seluruh dunia butuh Kristus. Mari kita bersama-sama menggumuli panggilan inkarnasional ini untuk membawa standar Allah menjadi patokan utama bagi dunia untuk memuliakan Tuhan di setiap inci kehidupan manusia (Kuyper), dimulai dari diri kita. Indonesia bagian dari diri saya. Solideo Gloria!

In Christ
Daniel Santoso
Beijing, China

Thursday, November 04, 2010

Kristus, Reformasi dan Kebangunan Rohani

Kebangunan Reformasi tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus sebagai satu-satunya daya tarik sejati bagi setiap manusia dapat mendengar, mencari, menemukan, menyaksikan dan memberitakan kesakralan serta kebenaran Allah yang memberikan pengharapan sejati bagi jamannya. Celakanya, banyak orang mengakui dirinya kristen tapi tidak mengenal Yesus Kristus dengan akurat. Apalagi, Hari Reformasi, tidak didengar lagi dengungan kotbah reformasi yang diteriakkan di dalam gereja, apalagi di luar gereja. Gereja lebih memilih masuk ke dalam kenikmatan “Kebangunan Rohani” menurut definisi mereka. Peringatan Reformasi sudah tidak dianggap penting. Now, Kebangunan Rohani dianggap “necessity” dalam kekristenan. Kelihatannya logis, Namun dewasa ini, banyak KKR-KKR diadakan di seluruh dunia, tetapi sungguhkah “Kebangunan Rohani Sejati” itu terjadi? Banyak KKR Palsu yang telah membius jutaan orang bukan lagi mencari Yesus Kristus, satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup sebagai fokus utama, melainkan berharap lebih kaya, kesehatan lebih terjamin, hidup jauh dari kesulitan, entertaiment yang memuaskan selera, perut kenyang dengan makanan penuh selera. Alamak, inikah kebangunan rohani sejati? Bukan! Kebangunan Rohani tidak dapat dilepaskan dari Kristologis yang sejati dan Semangat Reformasi. Bagaimana kita memahami hal-hal tersebut?

YESUS

Bagaimana saudara mendefinisikan Yesus Kristus? Jawabannya adalah You cannot! Why, karena kita harus kembali kepada Alkitab sebagai satu-satunya sumber yang otoritatif memberikan kebenaran yang pasti mengenai siapakah Yesus, karena Alkitab adalah Firman Tuhan yang “dinafaskan” dari Allah. Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan menuju kepada Bapa (Yohanes 14:6 – ucapan Yesus dan Kisah Para Rasul 4:12 – ucapan Rasul Petrus) maka Tuhan memberikan panggilan kepada setiap anak-anak Tuhan untuk memberitakan Injil dan mengalami penyertaan Tuhan (Matius 28:19-20) sebagai pemberita Injil/ kristen. Istilah “kristen” pertama kali muncul dalam Kisah Para Rasul 11:26, 26:28 dan I Petrus 4:16) dan mereka terpanggil untuk menjalankan kewajiban untuk mengimani Injil dan memberitakan Injil bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan manusia dapat kembali kepada Bapa. Seorang teolog Amerika, Josh Mcdowell, dalam bukunya “More Than Carpenter’ menulis sebuah pertanyaan: Why Jesus is so Different? Mcdowell menjawab: Because No ones claim to be God, but Jesus did. Inilah keunikan kekristenan. Jika keunikan tidak ada dalam kekristenan, maka kekristenan sama saja dengan agama-agama kepercayaan lainnya. Kristus, satu-satunya jalan, kebenaran dan keselamatan hidup yang bukan karena perbuatan baik tetapi karena anugerah Tuhan (Titus 3:4-8). Problemnya, banyak gereja dan orang kristen sendiri berani lancang melakukan reinterpretasi terhadap Firman Tuhan yang absolut dan tidak dapat diganggu gugat demi “market-oriented philosophy”. Mengutip Pdt. Dr. Stephen Tong, Inilah kebobrokan yang paling bobrok dalam abad 20 yaitu: membuang Firman Tuhan.

GERAKAN REFORMASI

Martin Luther (1483-1546), seorang biarawan dari ordo Agustinian dan professor theology di Catholic University of Wittenberg yang dianggap sebagai “the turning point of reformation”. Akan tetapi benarkah Luther pencetus reformasi sejati? Padahal, Teologi Martin Luther bukanlah teologi yang baru. Sudah ada “the morning star of reformation” mendahului Luther. William Ockham (1288-1348), Ia mendeklarasikan bahwa “God is known by faith in his revelation, not by reason examining his creation”. Hanya kembali wahyu Allah maka kita dapat mengenal Allah yaitu kembali kepada Alkitab. John Wycliffe (1324-1384), Ia memperjuangkan semangat reformasi di England untuk membawa semangat “back to the Bible” bukan hanya dinikmati oleh kaum elit rohani dan kaum bangsawan, tetapi bagi semua orang termasuk rakyat jelata. Inilah perjuangan reformasi. Dilematisnya, hari ini setiap orang kristen memiliki Alkitab tetapi mereka kurang sungguh-sungguh bercermin di hadapan Tuhan melalui saat teduh mereka setiap hari. Dalam hal ini orang kristen yang malas baca Alkitab juga harus bertobat!

Martin Luther, Ia membaca Alkitab, menemukan konsep sentralitas teologinya dalam konsep iman dan janji Tuhan yang bersumber dari Yesus Kristus yaitu:
a. Sola Scriptura – Hanya Alkitab satu-satunya kacamata tanpa dosa yang akurat.
b. Sola Gratia – 100% anugerah Allah diberikan baik kepada orang kristen maupun non kristen.
c. Sola Fide – Saat kita menerima Firman, itu anugerah Allah. Kita belajar mengimani Firman karena semua adalah pemberian Allah.
d. Solus Christus – Allah yang mana? Hanya melalui Yesus Kristus satu-satunya Allah yang menyatakan jalan, kebenaran dan hidup.
e. Solideo Gloria – takut akan Tuhan adalah awal dari segala pengetahuan dan
segala kemuliaan hanya bagi Allah dan biarlah setiap kita dapat menikmati Dia.

Luther pernah mengunjungi Roma, kota para martir, lalu Luther membeli surat indulgensia untuk menyelamatkan kakeknya. Melalui memanjatkan doa bapa kami dan menjalankan ritual asketis di tangga gereja. Setelah melakukan semuanya itu, ia merenungkan kembali atas apa yang telah ia lakukan di Roma. Akhirnya Luther bercermin kembali di hadapan Firman Tuhan dan ia menemukan kesalahan-kesalahan fatal di dalam gereja baik dalam konsep keselamatan dan konsep positioning gereja. Kenapa Luther berani melakukan hal ini? Luther tidak berjuang untuk kesenangan sendiri. Ia melihat ajaran Firman Tuhan yang telah diselewengkan oleh gereja “established” sehingga ia berani menempelkan 95 tesis di gerbang gereja Schloakirche di Wittenberg untuk melawan konsep purgatory, penjualan surat penebusan dosa orang yang sudah meninggal dunia (surat indulgensia) dan sebagainya. Luther menerima serangan baik dari dalam gereja maupun luar gereja. Kondisi gereja Katolik pada abad ke 16 menjadi semakin bergeser, gereja mengajarkan bahwa untuk mendapatkan pengampunan Tuhan atas dosa-dosa yang telah dilakukan seseorang, seseorang harus melakukan work of penance menjadi perantara antara pendosa dan Tuhan, Bahkan gereja pada puncak kegelapannya “menjual” anugerah pengampunan dan pembenaran oleh Tuhan demi memperoleh dana untuk gereja St. Peter Basilica di Vatikan. Itulah kesalahan fatal yang dilakukan oleh Paus Leo X yang memiliki ambisi untuk merenovasi Catheral of St. Peter Basilica. Butuh biaya besar maka memperalat teologi keselamatan. Pertanyaan reflektif bagi kita semua adalah Teologi mempengaruhi situasi atau Situasi mempengaruhi teologi? Bahkan Paus Leo Xmengundang biarawan kondang bernama Johann Tetzel untuk memimpin KKR-KKR keliling Eropa demi menjual surat indulgensia dan mengumpulkan dana untuk renovasi St. Peter Basilica. Akhirnya, Johann Tetzel ditentang oleh Martin Luther. Meskipun Pihak Vatican mendukung Tetzel, dia didakwa telah menggelapkan dan mencuri uang oleh Karl Von Miltitz hingga Tetzel down dan akhirnya dia menjauhi publik sampai Tetzel meninggal dunia. Jadi, Luther meneriakkan “Sola Scriptura” untuk membawa gereja, hamba Tuhan, jemaat Tuhan, pemerintah, rakyat jelata kembali kepada otoritas Allah melalui Firman-Nya, bukan gereja.

Saya baru membaca sebuah artikel dari Fr. John Whiteford yang berjudul “Sola Scriptura: in the vanity of their minds” yang memberikan kritik terhadap “Sola Scriptura”, bahwa denominasi Protestan telah lari terlalu jauh dari tradisi gereja (katolik). Whiteford menganggap “Sola Scriptura” telah menyebabkan perpecahan gereja yang melahirkan beragam denominasi-denominasi yang kelihatannya sama-sama membaca Alkitab, tetapi berbeda di dalam aplikasi pribadi dan komunitas denominasi masing-masing. Whiteford mengatakan bahwa gereja semestinya melawan ajaran-ajaran bidat, tetapi justru gereja memproduksi denominasi-denominasi bidat. Konklusi dari whiteford adalah gereja kacau karena “Sola Scriptura”. bagaimana opini saudara mengenai hal ini?

“Sola Scriptura” dicetuskan oleh Martin Luther, bukan melawan Allah diatas gereja. Luther justru melawan gereja yang telah salah menafsirkan otoritas gereja atas kebenaran Allah. Luther mempercayai Firman Allah cukup memberikan “defense” melalui Diri-Nya sendiri. John Piper mengatakan bahwa Firman Allah bukanlah perkataan yang mati atau tidak efektif. Justru, didalamnya ada kehidupan dan perkataan itu membuahkan hasil. Apa yang dilakukan oleh Firman yang hidup dan efektif ini? menyingkapkan siapa diri kita sesungguhnya maka kita perlu bercermin di hadapa Firman-Nya dan pekerjaan Roh Kudus memimpin kita untuk mengenal kebenaran-Nya dengan “back to the bible”.

Bagi Gereja Roma Katolik, Sola Scriptura bukan solusi, tetapi justru problem karena Alkitab bukanlah self-interpreting sehingga hasilnya chaos. Bagi Gereja Roma Katolik, kita perlu mendasarkan prinsip teologis di dalam II Tesalonika 2:15 bahwa gereja memiliki otoritas atas Firman Tuhan yang diturunkan baik secara oral maupun tertulis oleh para rasul. Dalam hal ini, gereja mengangkat pentingnya magisterium dalam kebenaran. Itulah sebab gereja roma Katolik menganggap “Sola Scriptura” adalah bidat. bagaimana menurut saudara? Reformed tidak menolak gereja punya otoritas untuk mengajarkan Firman Tuhan, justru Reformed harus tekun menjalankan aktivitas rohani tersebut. Di dalam I Timotius 3:15 menyatakan gereja adalah pilar dan fondasi dari kebenaran. apa itu kebenaran? kebenaran adalah Yesus Kristus. bagaimana kita dapat mengenal Yesus Kristus? Alkitab. Gereja harus memberitakan kebenaran dan membawa jiwa-jiwa tersesat percaya kepada Yesus Kristus, satu-satunya juruselamat dunia. Tetapi gereja tidak mendapatkan wahyu maupun otoritas untuk memerintah ajaran Alkitab. Hanya Kristus, sebagai kepala gereja satu-satunya yang berhak memerintah dan “menafaskan” Kebenaran kepada gereja dan orang benar. problemnya, gereja terlalu berani mengotori kesucian prinsip Firman Tuhan dengan “human interpretation” sehingga posisi otoritas gereja menjadi “false”. James White memberikan contoh di dalam Matius 22, ketika Yesus berdebat dengan kaum Saduki (menolak konsep kebangkitan), Yesus berani memberikan kritikan pedas kepada mereka karena mereka tidak kembali kepada kebenaran yang “dinafaskan” Allah, melainkan meragukan Firman serta membuang keutuhan Firman ke dalam recycle bin sampai empty. Yesus berkata, "You are in error because you do not know the Scriptures, nor the power of God, for in the resurrection, they neither marry nor are given in marriage but are as the angels in Heaven. But concerning the resurrection of the dead have you not read what God spoke to you, saying 'I am the God of Abraham, the God of Isaac and the God of Jacob.'" James White memberikan explanation bahwa perspektif Yesus adalah perspektif yang “biblical” dan “senafas” dengan Firman Allah. Scripture is God speaking to man. It is theopneustos. God-breathed. inilah keunikan “Sola Scriptura”. Mazmur 119:89 "Your word, Oh, Lord, is eternal. It stands firm in the heavens." Jadi, siapa yang sesungguhnya bikin kacau?

Dalam Anugerah Allah, Luther mendapatkan pengertian yang benar melalui Roma 1:17 bahwa manusia hanya hidup oleh iman saja (Justification by faith alone) dan mengandung dua aspek penting yaitu pengampunan dosa dan pendeklarasian status sebagai orang benar di hadapan Allah. Manusia telah jatuh ke dalam dosa maka imej manusia telah terdistorsi oleh dosa. Siapapun manusia, mereka tidak dapat melepaskan diri dari belenggu dosa, apalagi menyelamatkan sesamanya manusia dari belenggu dosa. It doesn’t work!

SEMANGAT REFORMASI
Hanya melalui penebusan dosa di dalam Kristus maka ada keselamatan hidup kekal dan kita hidup dengan “new status” yaitu menjadi orang benar. Automaticly? Di dalam dunia, “new status” tersebut kita jalani dalam “ progressive sanctification” hidup menyerupai Kristus sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, baru kita diubahkan (1 Korintus 15:49). Dasar pembenaran Allah adalah ketaatan sempurna Kristus dalam menjalankan perintah Allah yang secara anugerah diberikan Allah kepada orang berdosa seperti anda (Roma 5:19). Everthing harus kembali kepada God-centered. Itulah semangat reformasi yang membangunkan setiap anak-anak Tuhan yang tertidur untuk berjuang melayani jaman ini sesuai kehendak Tuhan.

FAKTA

Dalam Gereja, banyak ajaran yang kacau balau karena kelancangan mereka melakukan reinterpretasi yang jauh dari kebenaran Tuhan sehingga tidak sedikit gereja, hamba tuhan dan jemaat Tuhan yang menjadi batu sandungan bagi orang lain. Mereka melayani tapi bukan menurut kehendak Tuhan, tetapi menuruti kehendaknya sendiri. Kenapa Anton Lavey dapat berubah dari penganut kristen akhirnya menjadi pendiri gereja setan? Karena kemunafikan pelayan Tuhan yang kelihatan religius tapi akhirnya ketahuan kalo dibalik kereligiusan mereka, ada penipuan. Tidak heran, Anton Lavey lebih memilih “jujur” dalam hidup bersama setan daripada orang kristen yang “menipu” dengan kedok kristen padahal pecandu dosa.

Luar Gereja, banyak orang sudah tidak peduli lagi akan Allah dan menjadi free thinkers. Mereka menganggap lebih baik jalani hidup baik-baik, itu cukup! Banyak orang menganggap agama telah membuat mereka confusing dan tidak sedikit dari mereka telah dikecewakan oleh ulah orang beragama dan mempermainkan kekristenan seperti Bobby Henderson. Seorang pemuda yang menjadikan agama kekristenan menjadi parodi melalui “pastafarianism movement” dari The Flying of Spaghetti Monster.

Ini sebagian dari keadaan manusia jaman ini. So, bagaimana kita meresponinya? Alkitab berkata “Mintalah, maka semua akan diberikan pada-Mu”. Marilah kita memohon kebangunan rohani hadir bagi jaman ini. Marilah kita bertekuk lutut berdoa bagi setiap orang kristen agar mereka bukan jadi batu sandungan tapi batu karang yang teguh, beriman dan aktif memberitakan Kristus ke seluruh dunia dan mengalami penyertaan-Nya. Mari kita berdoa bagi orang non kristen agar Tuhan berbelas kasihan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendengar Injil, bertobat, mengakui dosa dan menerima Kristus sebagai juruselamat pribadinya.Biarlah kita berseru kepada Tuhan untuk memohon kebangunan rohani terjadi di jaman ini.

KEBANGUNAN ROHANI
Pdt. Dr. Stephen Tong memaparkan tanda-tanda kebangunan rohani:
1. Ada Visi Sejati – kebangunan sejati hanya datang dari visi yang benar dari Tuhan karena visi adalah suatu sharing Tuhan Allah yang membukakan rahasia rencana kekal-Nya dan apa yang Ia mau kerjakan di bumi bagi umat-Nya. Visi berarti kita melihat rencana kekal Allah. Tanpa Visi, kita binasa. Ada Visi, Ada Pengharapan, Ada kehidupan.
2. Ada Firman Sejati – Kebangunan sejati terjadi ketika kita kembali mendengar suara dari Firman Tuhan untuk mengarahkan apa yang dilihat.
3. Ada Iman Sejati – Kebangunan membentuk iman kepercayaan yang sejati yaitu dalam doktrin/ pengajaran yang benar yang akan membentuk iman kepercayaan.
4. Ada Pemikiran Sejati – Kepercayaan sejati akan disusul dengan pemikiran-pemikiran yang benar. Dr. Tong mendefinisikan iman adalah kembalinya rasio untuk setia kepada kebenaran, berhenti berbuat dosa dan hidup suci sesuai kehendak Tuhan.
Adakah visi sejati, Firman sejati, iman sejati, pemikiran sejati pada zaman ini? Hanya dalam KRISTUS, Satu-satunya Juruselamat Sejati, Satu-satunya Reformator Sejati dan Satu-satunya Pembangun Kerohanian Sejati. Mari kita datang kepada-Nya dengan haus akan air hidup-Nya. Selamat memperingati hari Reformasi.

By His Love
Daniel Santoso
Xiamen, China

Wednesday, November 03, 2010

The Only Focus

Bagaimana kita menghidupi perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan di dalam dunia yang terus berubah ini? Tidak sedikit dari kita yang telah bergereja, mendengar kotbah serta menerima pendidikan teologi sekalipun, tetapi kita merasa “kurang iman” dalam menjalani hidup kita dalam dunia untuk Tuhan. Why? Seringkali kita melihat adanya ”gap” kehidupan anak-anak Tuhan di jaman sekarang dengan kehidupan para rasul dan nabi yang hidup ribuan tahun yang lalu. Kita dapat melihat bagaimana Allah memakai Musa mengeluarkan bangsa Israel keluar dari Mesir, bahkan penyertaan Tuhan begitu nyata dengan adanya tiang awan dan tiang api-Nya yang senantiasa memimpin perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian Allah. Kita dapat melihat bagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego diikat oleh serdadu raja Nebukadnezar karena mereka tidak mau tunduk di hadapan Baal dan Nebukadnezar, tetapi ada penyertaan Tuhan yang membebaskan mereka dan mereka tidak mati dalam luapan dapur api tersebut, malah mereka hidup ditemani oleh utusan Allah. Pengalaman rohani mereka begitu “real” sehingga mereka jelas melihat penyertaan Tuhan atas hidup mereka. Namun, bagaimana dengan kita hari ini? Bukankah kita menemukan adanya “gap”, mengapa mereka bisa menikmati Tuhan dengan “real”, sedangkan saya kok tidak? Pertanyaan ini muncul di dalam sebuah student fellowship yang saya hadiri beberapa hari yang lalu di Cheng Chi University, Taipei, Taiwan. Mereka membahas buku “Knowing God” yang ditulis oleh J.I Packer, bagi saya, “Knowing God” adalah high recommended utk semua orang kristen untuk membacanya.

Memang kita sering melakukan perbandingan/komparasi antara kehidupan rasul dan nabi dengan kehidupan kita di dalam dunia ini sehingga kita cenderung melihat “gap” dalam mengerti karya-karya Allah dalam kehidupan anak-anak Tuhan sehingga tercipta banyak diskusi panel penuh pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan inkonsistensi Tuhan dalam berkarya di dalam kehidupan orang percaya. Akan tetapi, hasil diskusi panel manusia hanyalah berputar-putar di area yang “blur” baik dalam membandingkan “event”, “people”, “context”, “special cases”, apalagi soal “messages behind the scenes”. Tidak ada jawaban yang memuaskan hati. Akibat tidak puas, banyak manusia yang menjadi “free thinkers”, sibuk berinovasi dalam memberikan “statements” yang kelihatan logis dan kelihatan bertanggungjawab sesuai kepuasan pikiran manusia tapi jauh dari kebenaran Tuhan. Seringkali kita lupa atau lebih tepat “sengaja melupakan” sebuah realita yang tercatat di dalam Kejadian 3 yaitu Kejatuhan manusia ke dalam dosa (hamartia – meleset dari sasaran). Kejatuhan manusia ke dalam dosa menyebabkan rusak totalnya hubungan Allah-manusia, termasuk standar seluruh aksi manusia. Jika kita mengabsolutkan standar seluruh aksi kita yang berdosa ini, maka kita sedang melukai dan mengkhianati Allah. Tuhan tidak berkenan atas tindakan manusia yang tidak setia kepada kebenaran Tuhan. Tuhan berkenan atas tindakan manusia yang setia kepada kebenaran Tuhan yaitu Back to The Bible. Jadi, apa yang seharusnya kita imani? One for sure ... Firman Tuhan mengajak saudara untuk setia memfokuskan diri kepada Allah, bukan sibuk mencari “persamaan” dalam situasi, kondisi, latar belakang, konteks, hidup orang percaya dalam zaman Alkitab dengan zaman sekarang. Zaman memang berubah tetapi Allah tidak pernah berubah.

Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6). Namun, banyak kecurigaan yang muncul dalam mengerti Allah tidak berubah ketika Alkitab mencatat “Allah yang berubah” (Kejadian 6:6-7, Keluaran 3:14, Yunus 3:10). Sungguhkah ada kontradiksi dalam diri Allah? Ketika Allah mengatakan bahwa Ia tidak pernah berubah, Ia sedang membicarakan masalah natur dan karakter-Nya. Tetapi tidak berarti bahwa Ia tidak bisa merubah cara kerja-Nya dengan manusia sepanjang sejarah.

Ketika kita melihat Allah merubah pikiran-Nya (menyesal), kita melihatnya dari sudut pandang seorang manusia. John Calvin mengatakan bahasa yang dipakai adalah bahasa bayi "baby talk". Karena Allah tahu segala sesuatu dari kekekalan, Ia selalu tahu rencana-rencana tertinggi yang akan Ia kerjakan; termasuk juga rencana untuk "menyesal dan berubah pikiran". Ia telah melihat hasil pekerjaan Yunus di Niniwe. Penduduk Niniwe bertobat dan Allah merubah pikirannya dari penghancuran yang seharusnya datang kepada penduduk Niniwe. Tentu saja, Allah tahu hal ini (penyesalan orang Niniweh) akan terjadi dan menetapkan bahwa peringatan harus diberikan dalam rangka membawa mereka ke dalam penyesalan.

Inilah fokus kita seharusnya yaitu kembali kepada “message” yang dinyatakan oleh Allah yaitu keselamatan hanya di dalam pekerjaan-Nya yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus sebagai penebus fokus orang percaya untuk kembali kepada Allah yang sejati.Sudahkah fokus saudara menengadah kepada-Nya? Biarlah Roh Tuhan bekerja membawa setiap kita kembali kepada fokus utama yang sejati. Tuhan memberkati.

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Friday, October 29, 2010

Menemukan Kembali Nilai Reformasi

Martin Luther (1483-1546), Seorang biarawan dari ordo Agustinian yang sebagian besar hidupnya menjadi Professor Teologi di Wittenberg. Ia belajar teologi, bukan untuk mengejar gelar maupun kedudukan akademik. Ia belajar teologi karena Allah memanggil Luther dan Luther ditangkap oleh Allah untuk mengugah motivasi Luther untuk mencari Kerajaan Allah dan Kebenaran Allah.

Luther memiliki cara pandang yang tajam melihat akar kerusakan gereja adalah doktrin yang tidak sesuai dengan Alkitab, doktrin yang tidak memiliki otoritas sejati. Luther menyadari kerusakan gereja hanya dapat diperbaiki jikalau doktrin dikembalikan kepada Alkitab. Oleh karena itu, Gerakan Reformasi memiliki visi yang agung dan mulia yaitu mengembalikan kekristenan kepada otoritas Alkitab, dengan iman kepercayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Wahyu Allah dan mempertahankan kebenaran serta pelaksanaan kebenaran, bukan dasar otoritas gereja (magisterium). Luther menyadari bahwa otoritas hanya terdapat pada Alkitab. Problemnya, diakui oleh seorang pendeta kondang dari Amerika Serikat, Jim Bakker. Ia mengakuinya sendiri, boro2 baca Alkitab, membaca konteksnya saja tidak mau dia lakukan.Menjadi hamba Tuhan hanya dipahami sebagai sebuah “profesi” seperti layaknya “sales” dan mengutip serta membangkitkan semangat. Hal yang lebih penting adalah hati yang tulus mengasihi Tuhan lebih besar daripada dirinya sendiri.
Dari Alkitab kita beroleh pengharapan. Pengharapan berdasarkan Alkitab kita beroleh pengharapan iman. Jikalau bukan Allah yang mewahyukan Alkitab maka tidak ada Firman Tuhan di dalam dunia. Jikalau tidak ada Firman Tuhan maka kita akan kehilangan otoritas yang sejati. Itulah sebabnya kita harus kembali kepada otoritas Alkitab. Hanya dengan tolak ukur pengajaran Alkitab, kita dapat menilai segala sesuatu. Dalam hal ini semangat “Back to the Bible” (Sola Scriptura) yang seharusnya mendidik gereja untuk menaklukan diri di hadapan Firman Tuhan, bukan gereja (magisterium) yang menguasai Alkitab.

Tercantum dalam Pengakuan Iman Augsburg (Art. IV, 1530), Manusia tidak dapat dibenarkan dalam pandangan Allah melalui kekuatan, jasa-jasa atau perbuatan-perbuatan mereka sendiri, sebaliknya secara cuma-cuma mereka dibenarkan karena Kristus (Solus Christus) hanya melalui iman (Sola Fide), pada waktu mereka percaya bahwa mereka diterima dalam anugerah saja (Sola Gracia) dan dosa-dosa mereka diampuni karena Kristus yang melalui kematian-Nya sendiri menyelesaikan dosa-dosa kita(Solus Christus). Iman ini diperhitungkan Allah sebagai kebenaran bagi kemuliaan-Nya (Solideo Gloria), (Roma 3 dan 4). Jadi, Iman bukanlah hasil kontribusi manusia, melainkan bagian dari anugerah keselamatan yang Allah berikan (Sola Gracia), bukan pemberian manusia berdosa kepada Allah (Efesus 2:8-9).
Konklusi bahwa segala sesuatu harus ditinjau kembali dalam terang Firman Tuhan Allah yang terdapat di dalam Alkitab. Memang, ada dilematis bagaimana manusia dapat menjalani perjalanan hidup antara hidup sementara dengan hidup kekal. Seakan tidak ada titik yang dapat menyeimbangkan kedua kondisi hidup tersebut, satu-satunya titik temu hanya dapat digenapkan melalui inkarnasi Kristus, yaitu Firman yang sudah menjadi daging. Jadi kesulitan hidup akan tetap ada maka justru kita harus konsisten menjalani sebuah kehidupan yang selaras dengan apa yang Tuhan mau. Itulah konsistensi dari semangat Reformasi yaitu berani jalani tantangan hidup dengan prinsip kekekalan yang Tuhan kehendaki, bukan manusia. Luther menjalani tantangan hidup dengan prinsip “back to the Bible”, mengadakan pembaharuan dan protes menentang indulgensia dan penyalahgunaan lainnya yang tercantum dalam 95 tesis yang dipakukan di pintu gereja Wittenberg.

Seharusnya kita menemukan kembali semangat reformasi, nilai-nilai reformasi dan berani melakukan sebuah “action” dalam menjalankan Mandat Injil (memberitakan Injil yang memancarkan kemuliaan Allah, kesucian Allah, keadilan Allah) , Mandat Budaya (mengelola, mengatur dan membudidayakan seluruh alam ciptaan Allah), Mandat Keselamatan (menerima, mengalami, menikmati serta memberitakan anugerah dan kebenaran Allah) dan Mandat Pelayanan (menjalankan kehendak Tuhan). Sayang sekali, apabila orang kristen sendiri semakin lemah dan takabur sehingga jati diri kekristenan menjadi tidak jelas, alias tiada parameter yang jelas untuk membedakan antara yang benar dan salah, jujur dan bohong, pejuang dan pecundang dan seterusnya. . Yg merusak dan menjegal adalah oknum-oknum yang punya keinginan untuk membajak Kerajaan Allah dan Kebenaran untuk diri sendiri dengan perilaku rohaniawan, jubah agama, sakramen, religiusitas yang palsu.

Sekali lagi, seharusnya, Nilai-nilai Reformasi menjadi parameter orang kristen untuk mengerjakan mandat-mandat yang dipercayakan Allah. Dalam hal ini, sangat diperlukan kesatuan visi dengan kesiapan hati untuk berkorban dan bekerja keras dalam penyertaan Roh Kudus untuk mewujudkan dengan komitmen dan konsistensi sebuah “christian living” sebagai Anak-anak Tuhan yang setia melayani Tuhan Allah di dalam dunia sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Renungkan kembali nilai-nilai Reformasi dalam benak kita semua dan berdoalah memohon Roh Kudus membakar hati kita untuk belajar memberikan yang terbaik dalam menjalankan mandat surgawi yang Tuhan telah anugerahkan bagi anak-anak-Nya. Selamat memperingati Hari Reformasi!

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

On Halloween

Hallowen, sebuah event kultural yang berasal dari "ancient celtic" di Irlandia, Inggris dan Perancis. Biasanya mereka merayakan hallowen pada tanggal 1 November sebagai "the end of summer and the harvest of season". Tgl 31 Oktober mereka merayakan "samhain". Kebudayaan "trick and treating", sebuah kebiasaan dari abad 9 untuk melakukan "souling" pada tgl 2 November. Biasanya kebiasaan ini dipergunakan untuk membantu orang miskin, tetapi justru now secara sekuler, "trick and treating" dianggap sebagai "just for fun" saja.

Bagaimana orang kristen menanggapi Hallowen? Father Gabriele Amorth, pastor Vatican yang berkecimpung dalam pengusiran setan (exorcism) di Roma mengatakan bahwa " Kalo anak-anak Inggris dan American menyukai pakaian iblis dan penyihir hanya dalam sehari dalam setahun, itu bukanlah masalah. toh itu hanyalah sebuah permainan, tidak ada maksud yang lain. Saya tidak setuju. Secara directly, Hallowen adalah paganisme yang mempromosikan satanisme, penyembahan berhala, mistik hitam, okultisme (Ulangan 18:9-13) dan orang kristen dipanggil bukan untuk dipengaruhi oleh hallowen tapi orang kristen harus memberikan pengertian yang mendidik generasi muda utk tidak dipermainkan oleh setan, tetapi kembali ke jalan Tuhan (Efesus 5:11. Jadi tidak ada common ground dalam Hallowen. Injil harus lebih diberitakan oleh jemaat dan hamba Tuhan dengan hati yang takut akan Tuhan, mengasihi kebenaran dan memperjuangkan kebenaran Tuhan di dalam terang Injil Tuhan, bukan kegelapan.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Tuesday, May 25, 2010

Chen Hsu Chu

Siapakah Seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia ini versi Majalah Time 2010? Siapa lagi kalo bukan tokoh-tokoh dunia seperti Obama, Bill Clinton, Sarah Palin, etc. Akan tetapi, ada sebuah nama yang tidak pernah kita dengar sebelumnya, namanya Chen Shu, dari Taiwan. Mungkin kita lebih mengenal penulis artikel Chen Shu Chu di majalah Time yaitu Ang Lee, sutradara Brokeback Mountain, Lust, Caution, etc. Ang Lee menulis sebagaimana fakta-fakta kebaikan humanis Chen Shu Chu, seorang pedagang sayur di TaiTung berumur 59 tahun, telah memakai uang penghasilannya untuk membangun perpustakaan umum agar banyak generasi muda suka membaca buku. Kurang lebih USD 320.000 atau NT 10 juta telah disumbangkan oleh Chen Shu Chu, memberikan support kepada anak-anak miskin yang kurang mampu membiayai sekolah, beli buku maupun memiliki perpustakaan umum. Ia mengatakan “"Money serves its purpose only when it is used for those who need it". Rencana dia akan mengumpulkan dana untuk orang yang miskin dalam mengambil pendidikan, makanan dan kesehatan, rencananya dimulai dari integritas hidupnya rela berkorban dana demi menolong orang miskin. Ini luar biasa! Terkadang kita lebih banyak bikin planning soal destinasi, waktu maupun profit tanpa kita melihat apa yang Tuhan planningkan kepada kita melalui prinsip-prinsip Firman Tuhan. Alkitab mencatat besok aja kita tidak tahu, bagaimana kita harus mengurusi urusan planning, justru hal tersebut memberikan sebuah pengertian bahwa manusia adalah fragile dan mereka membutuhkan Tuhan karena bermegah di dalam Kristus, satu-satunya. Barulah ada kemenangan karena Firman Tuhan membawa setiap kita menikmati kepekaan terhadap perbuatan dosa (Yohanes 4:13-17). Kita harus belajar maintain keuangan kita untuk kemuliaan Tuhan dan biarlah Tuhan memberikan "disiplin rohani" bagi kita masing-masing untuk mau berupaya memberikan yang terbaik bagi Allah.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Delay Flight

Delay Flight. Siapa yang tidak pernah terjebak di dalam delay flight? Sampai hari ini, saya telah mengalami ratusan delay flight dalam frekuensi jadwal terbang saya selama 7 tahun melayani di China. Hari ini saya terjebak dalam penerbangan Shanghai- Guangzhou yang melelahkan seluruh tubuh dan pikiran saya. Betapa tidak, Pagi saya udah ditelpon dari elong (tempat saya beli tiket pesawat) bahwa ada change flight. Seharusnya saya flight jam 13.30, akhirnya jadwal saya dirubah menjadi 14.30. Setelah sampai di Hongqiao Airport. Jam 15.30 saya baru flight dalam perjalanan ke Guangzhou. Tiba-tiba di tengah perjalanan, muncul informasi dari kapten bahwa kita mendarat darurat di Xiamen Airport karena pesawat tidak dapat memasuki wilayah Guangzhou disebabkan weather problem yang diduga adalah badai angin topan. Akhirnya kami menunggu di Xiamen, dari jam 18.00-23.00 ( waktu sekarang saat saya menulis jurnal ini.). Memang melelahkan, from the morning delay flight, on the spot, delay 1 jam, on the planes tunggu 3 jam, on the xiamen airport tunggu 3 jam juga. Kondisi saya hanya menerima 1 coke and 1 instant noodles. Well, can u imagine that?

Hari ini just wanna share about one topic. Pembelajaran saya dalam delayed flight hari ini adalah belajar mengucap syukur kepada Allah di setiap keadaan. Meskipun saya delayed, saya diuji oleh Tuhan, apakah mulut saya tetap digunakan untuk mengucap syukur? Atau saya merusaknya dengan sungut-sungut? Terus terang, ketika saya hanya menerima 1 instant noodles n 1 coke, terlintas dalam hati “kok instant noodles doang sih?”. Langsung saya teringat sebuah kritik dari seorang rekan saya kepada saya ketika saya berada di Jakarta dalam seminar Faith and Culture-nya Pdt. Dr. Stephen Tong. Saya menerima roti, lalu saya ngomel “kok roti doang”. Rekan saya mengatakan, “Ko Dan, Doang itu Roti Lho”. Langsung tersentak dalam hati saya bahwa seringkali kita kurang bersyukur di dalam segala hal. Kedua, Akibat delayed flight, semua passengers masuk ke dalam “kebingungan” sehingga mereka mulai sibuk mengatur ulang jadwal mereka. Baik penumpang dari Economy Class sampai First Class, semua sama bahwa mereka harus mengalami hal yang sama yaitu mengatur ulang jadwal mereka. Manusia mulai belajar apa itu dinamis disaat planning kaku mereka terhalang maupun tidak dapat terealisasi. Kenapa kita perlu hidup dinamis? Karena manusia tidak dapat hidup di dalam kemutlakan rencananya sehingga manusia harus belajar waspada terhadap setiap kesulitan-kesulitan yang mereka bakal hadapi dan berani mengambil keputusan untuk belajar mengutamakan Tuhan lebih daripada keputusan kita.Kenapa saya juga harus menunggu? Ya seharusnya saya belajar meyakini pimpinan Tuhan bahwa pasti ada yang Tuhan mau ajarkan kepada saya mengenal kejadian ini. Ini bukan pertama sekali saya mengalaminya. Tahun 2009, Saya teringat ketika saya menunggu jadwal keberangkatan kereta api dari Beijing ke Guangzhou (harga 253 RMB, duduk di kursi bersama orang-orang Chang Sha selama 23 jam), saya tertegun dengan sebuah scene bagaimana seorang ayah harus memberi makan istri dan dua anak perempuannya. Apa yang dia lakukan? Dia membeli sebuah “Mie Instant Noodle” dan satu porsi nasi putih. Istri dan 2 anak-nya makan mie instant dan nasi. Terakhir, sang ayah makan nasi dan kuah mie instant saja. Yang Ajaib, mereka menikmati seluruhnya dengan muka yang berseri2 dan tidak sedikit senyuman ditebarkan kepada setiap orang yang melewati mereka. Kenapa mereka bisa bersukacita? Karena mereka masih bisa makan, itu anugerah Tuhan. Oh man, it was touching my heart! By The Way, Sekarang jam 1 pagi, ada panggilan untuk boarding now! Thank’s God for everthing and see you around, guys, Ciao!

In Love
Daniel Santoso
Xiamen Airport, China

Sunday, May 02, 2010

The Confession of (Reformed) Shopaholic

Rebecca Bloomwood, seorang jurnalis wanita yang shopaholic, alias tidak bisa menahan diri ketika dirinya mencari hawa segarnya di fashion boutiques kelas dunia di Manhattan, New York City. Bagaimana suka dukanya seorang shopaholic yang harus “berperang” terlebih dahulu melawan keinginan dirinya untuk memiliki sebuah syal hijau yang “anggun” dan kalah dalam menahan diri untuk tidak membelinya. Bahkan ia rela membayarnya dengan perhitungan kartu kredit yang memusingkan dirinya dalam cara membayar semuanya, baik kepada bank maupun kepada “debt collectors”. Apalagi, ia rela berkelahi dengan sesama shopaholic lainnya demi sebuah sepatu boot? Dalam hal ini, seharusnya wanita menyadari bahwa shopping menyediakan dua tastes yaitu: taste of heaven dan taste of hell. Seringkali kita merasakan shopping menjadi taste of heaven pada saat barang yang menyenangkan mata dan hati itu telah menjadi milik kita. Seringkali hati bersuara “ You Got to have it” dan terkadang kita menyetujui semuanya itu dengan excuse “kapan lagi sale 50%?”. Seringkali kita mengasihi diri kita sendiri (narcisst) sehingga kita bisa memberikan treat yang paling the best kepada diri kita meskipun kita harus bokek karenanya. Enggak heran, semuanya ini dapat disimpulkan dalam format Rene Descartes yaitu I SHOP, THEREFORE I AM. Tentu saja, kita boleh shopping asal wisely! Justru kita seharusnya belajar self control karena kita cenderung jatuh ke dalam control disorder sehingga kartu kredit dan uang cash kita keluar hanya untuk membeli barang-barang yang kurang perlu menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan kita. Justru kita harus menggunakan uang kita untuk beli apa yang kita butuhkan dalam kehidupan ini. Hal ini bukan hanya berlaku pada wanita saja, termasuk pria. Tidak sedikit, pria banyak menghabiskan limit kartu kredit mereka hanya untuk memuaskan keinginan mereka membeli barang-barang yang mereka mau. Ada orang berkata, Pria jatuh dalam “collectors” sedangkan wanita lebih jatuh ke dalam “shopaholic”. Memang tidak salah, buktinya, Wanita lebih banyak berada di fashion boutiques di Mall dan Pria lebih banyak berada klub motor besar Harley Davidson, tempat kolektor jam antik, toko elektronik, etc.

Menurut seorang komentator, kita seharusnya menyadari bahwa kita kurang sehat dalam mengatur keuangan maupun kurang berhikmat dalam membelanjakan semua uang kita, sehingga kita membutuhkan hikmat Tuhan, maka berdoalah minta Tuhan memberikan kepekaan kepada setiap kita, bagaimana kita dapat menyimpan uang dengan berhikmat maupun memakai uang dengan berhikmat?, serta menyadari dan mengerti dengan berhikmat bahwa kita tidak dapat mengharapkan semua yang kita sukai harus terealisasi dengan menabung uang maupun membelanjakan uang. Well, memang kita sangat membutuhkan hikmat. Darimanakah kita dapat memperoleh hikmat tersebut?

Berbicara tentang hikmat, Joshua Harris memberikan 5 point dalam kitab Amsal pasal 1
1. Anugerah Allah memberikan confidience kepada orang berdosa untuk mencari hikmat Allah.
2. Kita harus mencari hikmat tersebut.
3. Hikmat itu datangnya dari Allah. Salomo meminta hikmat itu kepada Allah, maka Allah memberikan kepada Salomo.
4. Hikmat adalah untuk kehidupan manusia. Inilah knowledge in Action.
5. Jalani kehidupan kita dengan decission yang sesuai dengan hikmat-Nya.
Belum sanggup? Terus memohon kepada Tuhan hikmat bijaksana-Nya dalam hidup kita (Yakobus 1:5).

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Back to God's Design

Sebuah cerita yang sama, pengantin yang berbeda muncul dalam film Bride Wars, kisah Emma (Anne Hattaway) dan Liv (Kate Hudson) yang saling bersaing merebut waktu pernikahan yang mereka idam-idamkan sejak mereka kecil di Plaza Hotel Manhattan, the legendary hotel dengan attack one anothers. Film ini tidak memberikan pendidikan yang benar mengenai konsep pernikahan, meskipun kalo menurut standar Hollywood, film ini masih tergolong netral dan normal, tetapi sebenarnya banyak batas-batas moralitas yang tetap telah mereka tabrak dengan “halus”.

Dari “social drinking” hingga mabuk sebelum hari pernikahan, tinggal bersama pacarnya sebelum menikah (bahkan udah 10 tahun?), kata-kata jorok seperti *SS, $$$CHES, DA$$$, MOTHER F jelas tidak mendidik generasi muda untuk hidup bermoralitas baik (apalagi benar, jelas enggak mungkin). Sebagai orang kristen, bagaimana kita seharusnya membaca persiapan pernikahan yang seperti ini? Masihkah kita dapat mengatakan bahwa film tersebut mengajarkan kebaikan (apalagi sebuah kebenaran?)? Bagaimana kekristenan menanggapi hal tersebut?

Allah menciptakan segala sesuatu di dalam purpose dan design Allah yang “GOOD” (Kejadian 1:31), bagaimana seks diberikan kepada manusia di dalam design dan purpose Allah yang “GOOD” tersebut yaitu beranak cucu dan penuhi bumi ( be fruitful and multiply – Kejadian 1:28). Seks itu sakral, didalam seks, ada hubungan relasional yang memberikan keintimanan yang tidak dapat diwakili oleh apapun dalam dunia ini, apalagi dipermainkan. (Keluaran 20:14, I Korintus 6:18). Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, purpose dan design Allah telah didistorsi, diacuhkan dan membuang purpose dan design Allah dan mengganti purpose dan design menurut kebebalan hatinya. Ketika saya berusaha mempersiapkan pernikahan, sejujurnya apa yang saya pikirkan? Seringkali kita lebih sibuk mempersiapkan cincin pernikahan seperti Tiffany & Co ataupun Cartier Gold Wedding Rings daripada melihat simbolisme Allah dengan umat-Nya (Yesaya 54:5, Yeremia 3:1-14, Hosea 2:9, 20), simbolisme Yesus Kristus dengan gereja-Nya (Yohanes 3:29, Wahyu 21:9, 22:17). Kita telah kehilangan kesakralan sebuah pernikahan di atas nama Tuhan, kita hanya membaca pernikahan di dalam “event”, bukan di dalam “holy matrimony” yang sakral. Seringkali kita mempersiapkan pernikahan hanya bersibuk ria dengan memilih design gaun pengantin Vera Wang yang indah atau designer lainnya tetapi kita tidak melakukan maintain terhadap purity of marriage itu sendiri. Banyak orang pakai baju pengantin yang begitu mengagumkan tetapi mereka kehilangan keanggunan dalam menjalani kehidupan marriage mereka, sebagai contoh: mereka telah tinggal serumah, sekamar dan tidak tabu mengakui sex before marriage atau sex outside the marriage. Allah tidak memberikan purpose dan design kepada seks untuk jatuh ke dalam perbuatan yang tidak sakral, Justru segala sesuatu yang jauh daripada purpose dan design Allah, bersifat menghancurkan diri sendiri. Seks di luar nikah maupun Perselingkuhan jelas memberikan dampak kehancuran yang besar dalam konsekuensi fisikal (AIDS, Penyakit Kelamin) dan konsekuensi relasi (merusak hubungan-hubungan yang selama ini telah terbangun). Akhirnya, seks yang sakral dibaca oleh manusia bukan di dalam keindahan purpose dan design Allah. Manusia membacanya di dalam kehancuran definisi seks yang sakral menjadi jorok, merusak dan nakal. Oleh karena itu, kenapa kekristenan mengajarkan monigami (Matius 19:5, I Korintus 6:16). Dalam Film Bride Wars, mereka saling menyerang satu sama lainnya hanya untuk menikah di Plaza Hotel Manhattan, untuk merealisasikan mimpi yang telah mereka idam-idamkan tetapi setiap tindakan mereka yang saling menyerang tersebut jelas bukankah tindakan yang harus diteladani karena hanya orang childish yang melakukan semuanya itu. Justru sebagai orang kristen, kita seharusnya mengikuti apa yang Tuhan mau, bukan apa yang kita mau (Galatia 5:16-18, 22-26). Justru kita seharusnya bukannya saling menyerang, tetapi mengambil waktu sejenak untuk mengintrospeksi kesalahan kita, bukan mengembangkan niat dan siasat ambisi kita. Itu jelas tidak mendidik. So, let’s back to God’s Purpose and His Design. No more Bride Wars!

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

The Value of Friendship

大兵小將 (The Little Big Soldier), sebuah film komedi kolosal mandarin yang bersinar di tahun 2010. Betapa tidak, aktor utama Jackie Chan dan Leehom Wang menjadi daya tarik pasar entertaiment yang sangat menjanjikan keuntungan baik di pasar China, Hongkong maupun dunia internasional. Meskipun, ada sedikit analisa-analisa reviewer gadungan sampai komentator film blockbuster yang profesionnal meragukan film tersebut karena Jackie Chan tidak melakukan banyak gerakan-gerakan action yang spektakuler seperti film-film terdahulunya yaitu Rush Hour atau Rhumble in The Bronx. Tidak sedikit, para reviewers gadungan mempertanyakan kompetensi Leehom Wang, Seorang ABC (American Born Chinese) yang harus tampil dgn pakaian jenderal serta melatih suara pria yang lebih matang dan berwibawa seperti seorang jenderal perang. Mengutip seorang reviewer dari Malaysia, What a weird combination! No matter what, sebuah pesan yang kental muncul dari berbagai macam pesan lainnya yang berada dalam film tersebut yaitu tema friendship. Dalam film tersebut Jackie (Older Soldier) dan Leehom (The Little Big Soldier) berada di dalam kondisi peperangan antar negara, mereka bersama tidak tahu kenapa mereka harus berperang tetapi situasi dan kondisi negara mengharuskan mereka untuk melakukan tugas mulia dalam kenegaraan untuk berperang. Singkat cerita, Jackie dan Leehom, dari strangers menjadi teman, inilah keindahan tema friendship dalam film tersebut.

Bagaimana kita mendefinisikan friendship di dalam kehidupan kita dewasa ini? Sebenarnya, apakah benar kita telah memiliki kehidupan friendship yang sungguh-sungguh sesuai dengan definisi yang sesungguhnya mengenai bagaimana friendship itu seharusnya menjadi hidup dalam kehidupan manusia? Sampai hari ini saya masih mempertanyakan apakah kita sudah menikmati the great value of friendship atau belum? Betapa tidak, ketika kita berbangga kepada dunia bahwa kita memilliki 5000-10000 friends di friends list kita, apakah kita sebenarnya betul-betul punya friendship bersama mereka? Jangan-jangan kita hanyalah collector wajah-wajah cantik dan tampan masuk ke dalam friendlist kita, tetapi sesungguhnya mereka bukanlah teman kita. Itu penipuan yang membuka kedok sendiri bahwa kita sedang mengalami kesepian. Gereja yang berusaha terbuka menerima dunia apa adanya di dalam konteks pelayanan, mereka menggunakan seeker-friendly style of churches. Worship with your own cultures! Worship with Jazz, Worship with Rock, Worship with Cocktails, Worship with Belly Dance? Worship with Legalized Homosexuality? Gereja sedang kesepiankah sehingga ia mencari kuantitas jemaat dengan mengobral prinsip Firman yang seharusnya menjadi jati dirinya untuk Tuhan?

Pemikiran sekuler menilai friendship hanya sebatas personal development dan moral development from the basics of humanistic ideas. Parahnya gereja mngambil “idea” sekuler ini dalam membangun sebuah friendship dengan dunia. Akhirnya, Gereja malah membawa message-message sekuler yang jauh daripada kebenaran Firman Tuhan. Jangan-jangan gerejapun jatuh ke dalam pseudo-friendship! Mengerikan sekali! Kekristenan memberikan dasar friendship paling penting yaitu Allah dan umat-Nya dalam hubungan relasional (1 Yohanes 4:16) dan seharusnya ini menjadi model bagi kita semua (Keluaran 33:11). Dalam kitab Samuel, kita belajar dari hubungan relasional; Daud dan Yonatan yang memiliki hubungan friendship yang pure (bukan homoseksual) di dalam Tuhan (1 Samuel 18:3, II Samuel 9:1-13, I Samuel 20:42, 1 Samuel 23:16-18). DI DALAM TUHAN! Friendship yang mereka bangun bukan dibaca di dalam humanistic ideas tapi mereka membangunnya DI DALAM TUHAN. Oleh karena itu, biblical friendship tidak memberikan hidden motive atau hidden agenda untuk menjadi seorang teman tapi bagaimana friendship tersebut dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Ini konsep yang tidak mudah. Karena di dalam friendship, kita belajar mengasihi Tuhan, love for God, love for God’s sake. St. Bernard de Clairvaux mengatakan bahwa kecenderungan kita adalah kita mengasihi sesuatu for our own sake, Oleh karena tiada seorangpun dapat memberikan love for God, love for God's sake. Hanya Anak Allah yang inkarnasi datang ke dalam dunia, mati diatas kayu salib, dikuburkan dan bangkit dari kematian, naik ke Surga Mulia, Hanya Kristus yang dapat memberikan love for God secara perfectly. Kristus menjadi satu-satunya representative yang memberikan second chances kepada setiap kita untuk dapat memberikan kepada Tuhan segala kemuliaan-Nya, di dalam Kristus. Oleh karena itu, biarlah setiap friendship yang kita bangun didasari dengan sebuah love for God, love for God’s sake di dalam proses disiplin rohani kita, hari demi hari untuk kemuliaan Nama Tuhan, di dalam Kristus.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

The Centrality of His Resurrection

Kebangkitan Kristus merupakan kunci sentral dalam kekristenan. Bagaimana kita dapat membuktikan kebangkitan Kristus? Jawabannya adalah tiada seorangpun dapat membuktikan kebangkitan Kristus. Hanya Alkitab yang dapat membuktikannya. Mengapa? Karena Alkitab adalah Firman Allah yang menyatakan rencana kekal Allah, penebusan dosa dan pengenapan janji Allah. Oleh karena itu, kebangkitan Kristus tidak dapat dilepaskan dari kekristenan. Why?
1. Kebangkitan Kristus adalah inisiatif Allah. Yesus ditentukan oleh Allah dan dinyatakan kepada manusia dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah mereka. Dia diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya. Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut (Kisah Para Rasul 2:22-24).
2. Kebangkitan Kristus menunjukkan Kebenaran-Nya. Dalam Kisah Para Rasul 2: 25-28, penulis mengutip apa yang dikatakan oleh Daud mengenai Kristus dalam nats Mazmur 16:8-11. Daud menuliskan mazmur bukan untuk dirinya, melainkan untuk kemuliaan Allah. Ayat 29-30, Petrus menafsirkan Daud telah bernubuat tentang kebangkitan Mesias. Siapakah Mesias? Ayat 32, Yesus jawabannya.
3. Kebangkitan Kristus menunjukkan keilahian Kristus. Kebangkitan Kristus adalah sejarah monumental yang bahwa Kristus adalah Anak Allah, Hanya Allah dapat memberi hidup dan melampaui kematian. Dalam Markus 5 dan 6, ayat 5-7, Iblis saja tahu keilahian Kristus. Roma 1:3-4. Herannya, banyak orang gak percaya Yesus sebagai Anak Allah, karena mereka pada dasarnya enggak mau percaya kepada Yesus. Mereka lebih parah daripada Iblis. Jangan-jangan manusia lebih menakutkan dari Iblis. Marta dan Maria (Yohanes 11:27), tentara Romawi juga mengatakan “Truly this man is The Son of God”. Deklarasi keilahian Kristus yang paling otoritatif adalah konfirmasi Allah sendiri terhadap Kristus saat Ia dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptist di sungai Yordan. “Inilah Anak-Ku yang Ku-kasihi, kepada-Nya Aku berkenan”.
4. Kristus bangkit untuk menebus dosa manusia Mengenapi Rencana Keselamatan Kekal Allah. Dalam Roma 4:25, pembenaran oleh Allah dinyatakan kepada kita melalui hidup kekal, Roh Kudus, menebus dosa, berada di sebelah kanan Bapa, spiritual gift, spiritual power,
5. Kebangkitan Kristus menunjukkan penting peranan gereja. Matius 16- Diatas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan maut takkan dapat menghalanginya. Jika Kristus tidak bangkit, tidak mungkin ada gereja. Kristus adalah kepala, gereja adalah tubuh Kristus. Gereja harus menjalankan semangat Kristologis dalam pelayanan.
6. Kebangkitan Kristus menyatakan Penghakiman Terakhir. Yohanes 8: 21,26. Yohanes 5: 21-30.

Seringkali kita kehilangan poin-poin penting dalam Kebangkitan Kristus dikarenakan kita salah menempatkan cara berpikir kita terhadap kebangkitan Kristus. Seringkali cara berpikir menuju kepada muara “ bagaimana saya dapat membuktikan kebangkitan Kristus?”, padahal arus utamanya adalah “apa yang dibuktikan dalam kebangkitan Kristus?”. Seringkali kita membuang kebangkitan Kristus dan kita memotong nadi jiwa iman kristen dan kita mengantikan kekristenan dengan personal penafsiran kita tentang iman kristen tanpa kebangkitan Kristus. Coba liat di tanggalan, Jumat Agung dicantumkan untuk mengingat kesengsaraan Kristus tetapi belum pernah mencantumkan hari kebangkitan Kristus, dikarenakan ini berita eksklusif yang kualitasnya “qualitative difference” dari apa yang ditawarkan oleh dunia ini.

Tiga hal penting yang Yesus mentioned saat Ia naik ke Surga:
1. Kepergian-Nya menyediakan “places” bagi orang percaya (Yohanes 14:2).
2. Ia mengirimkan Roh Kudus (Yohanes 14:25-26).
3. Great Commission- memberitakan Injil (Matius 28:18-20).

Kenapa kita harus memberitakan Injil dengan benar?
1. Karena dunia berada di dalam bahaya. Banyak orang beragama tetapi semuanya hanyalah menjadikan konsep keselamatan sebagai “automatic ritual” yang hanya menyediakan “absence of virtue” yang membunuh pengertian yang benar mengenai makna teologi yang seharusnya menjadi makna hidup orang yang mengikut Tuhan.
2. Devosi Orang-orang kudus. Banyak pemimpin-pemimpin rohani sebelum kita telah menjalani sebuah perjalanan spiritualitas yang memberikan pertumbuhan di dalam pengikutan mereka di dalam Yesus Kristus. Nomensen bisa datang ke tanah Batak, bukan karena inisiatif sendiri. Selain panggilan Allah, ada orang-orang sebelumnya yang menjadi teladan pelayanan dalam hidupnya.
3. Dinamika Injil itu sendiri. Pada saat kita melihat Yesus berbicara dengan Nikodemus, kita belajar melihat bagaimana Nikodemus yang telah memiliki teologi, pengalaman rohani, akademik, jubah agama pun harus “dilahirkan kembali”. Selama ini, apa yang dapat kita pelajari dari pembicaraan Yesus- Nikodemus? Knowing, Being dan Doing is not enough. Love and Justice ditimpakan kepada Yesus Kristus karena semua manusia telah jatuh ke dalam dosa. Murka Allah adalah konsekuensi yang harus mereka terima. Meski demikian, melalui Yohanes 3 dan Roma 3 memberikan sebuah kunci bahwa hanya di dalam Kristus, baru kita dapat knowing, being dan doing yaitu di atas dasar Loving. God of knowing, God of being, God of doing.
4. Takut kepada Tuhan. Dengan konsep loving inilah kita baru dapat melihat kematian dan kebangkitan-Nya memberikan spiritual impact kepada setiap kita untuk membunuh “self hatred” menjadi “self-denial”, “self love” menjadi “self affirmation”. Ini konsep dari John Stott.

Inilah command dari Allah – believe in Christ and you shall be saved. The Gospel is command.

In His Love
Daniel Santoso
Beijing, China

From Paradise to Calvary

From Paradise to Calvary. Bagaimana kita mengerti hal ini? Bagaimana kita melihat benang merah yang menghubungkan Surga dengan Kalvari? Surga dipahami sebagai a place of perfection. Menurut John Macarthur, Surga adalah:
a. Perfect Pleasure. Kenikmatan sempurna yaitu di dalam hadirat Tuhan. Berada di dalam hadirat Tuhan adalah the fullness of joy (kepenuhan sukacita).
b. Perfect Knowledge. Pengetahuan sempurna (1 Korintus 13:12). Pengetahuan yang memiliki perbedaan kualitatif dengan pengetahuan manusia yaitu Kebenaran Allah.
c. Perfect Comfort. Kenyamanan sempurna yaitu di dalam kasih-Nya.
d. Perfect Joy. Sukacita sempurna.
Inilah keindahan surga. Sayangnya manusia enggak dapat menikmati surga, mencicipi surga karena manusia hidup di dalam dosa dan manusia cenderung berusaha menciptakan surga menurut imajinasinya sendiri. Mereka lebih suka mencari “perfection” menurut seleranya sendiri daripada ikut “perfection” selera Tuhan. Suatu kali saya membeli sebuah sabuk, waktu saya bawa kasih ke SPG-nya, dia kaget melihat saya, dan ia mengatakan bahwa ia akan mengambilkan sabuk yang baru dari gudang. Kenapa? Rupanya sabuk yang saya mau ambil itu ada cacatnya. Waktu ia ambilkan barang dari gudang, baru saya mengiyakan kalo sabuk yg ia bawa jauh lebih baik kondisinya daripada yang tadi saya pilih. Langsung saya tertegun sebentar memikirkan, kalau manusia begitu jeli terhadap kecacatan, kenapa mereka kok tidak jeli terhadap “perfection” Allah? Bagaimana manusia dapat menikmati “perfection” tersebut? Perfection Surga hanya dapat manusia nikmati di saat manusia menuju ke The Mount of Execution yaitu Kalvari. Buat apa manusia melihat kepada Kalvari? Seringkali kita hanya mengatakan bahwa Kalvari adalah tempat Allah menyatakan kasih-Nya kepada dunia melalui anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus.. Memang, kasih adalah message universal, memang di dalam Alkitab, hukum yang paling terutama tertulis: Kasihilah Allah dan kasihilah sesamamu. Akan tetapi, Yesus Kristus rela datang ke dalam dunia bukan hanya menyatakan aksi kasih kepada manusia saja tetapi menggenapi apa yang telah dijanjikan oleh Allah. Janji keselamatan Allah digenapi di dalam Kristus.

Kita dapat menikmati makna Jumat Agung hanya disaat kita kembali kepada konsep Kovenan Allah (Janji Allah).
1. Kovenan Allah adalah Anugerah Allah. I will be your God and you are my people. Dalam zaman konsumerisme, brand name menjadi populer sekaligus menjadi kebanggaan kita disaat kita hidup bersamanya. Misalnya kaum hawa bakal pede kalo tasnya pakai Louis Vuitton atau Gucci. Kaum adam pede kalo jasnya pakai Ermenegildo Zegna. Kaum muda-mudi bakal tampil trendi kalo mereka pakai baju merk ZARA, H&M. Mereka bangga dengan brand name tersebut. Bagaimana kita mengkaitkan ini dengan Allah? Nama Allah menjadi satu-satunya brand name yang seharusnya membuat kita bersukacita sekaligus waspada atas keteledoran kita yang bakal menjadi batu sandungan di atas nama Allah.Allah begitu suci tetapi manusia tidak dapat hidup suci karena fallen into sin. Oleh karena itu kenapa Adam mati (Kejadian 3:2) secara fisikal dan spiritual. Karena mereka telah kehilangan kemuliaan Allah. Allah adalah Kudus (Imamat 9:2). Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, tiada seorangpun dapat menyelamatkan mereka untuk hidup di dalam kekudusan Allah dan memuliakan Allah. Tidak ada jalan yang dapat memberikan arah maupun alternatif bagi manusia untuk memuliakan Tuhan dengan konsep yang benar karena manusia telah kehilangan standar dalam memuliakan Tuhan, apalagi konsep manusia tentang apa itu kebenaran. Hanya Inisiatif Allah dari Sorga yang dapat menyelamatkan manusia berdosa melalui penderitaan Yesus Kristus di atas bukit Kalvari.
2. Kovenan Allah tidak dapat dilepaskan dari Keselamatan bagi anak-anak Tuhan. Kenapa demikian? Karena tanpa Darah Kristus tercurah bagi manusia maka tidak ada keselamatan maupun pengampunan dosa yang dapat memberikan pengharapan kepada manusia dalam perjalanan hidup mereka (Ibrani 9:20, Roma 4:25). Konsep Salib Kristus yang mencucurkan darah-Nya untuk menebus dosa manusia menjadi poin krusial dalam konsep keselamatan manusia karena salib Kristus mengambil posisi dimana Adam telah jatuh ke dalam dosa saat makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat di Taman Eden. Salib Kristus menggantikan posisi Adam, diri kita sebagai keturunan Adam. Darah-Nya membersihkan jiwa kita untuk kembali berbalik kepada Allah dan hidup di dalam kemenangan setelah dibelenggu oleh dosa Adam. Inilah kuasa keselamatan Allah bagi manusia di dalam janji-Nya. Puji Tuhan!
3. Kovenan Allah ada berkat sukacita. Oleh karena darah-Nya tercurah bagi manusia maka kita adalah milik-Nya. Tidak perlu takut terhadap kesulitan-kesulitan hidup yang pasti kita alami, karena keselamatan kita di dalam Kristus, SECURE. Justru kita harus melampaui setiap kesulitan-kesulitan yang ada karena inilah panggilan surgawi kita yang membawa setiap kita terjun ke dalam sebuah pelayanan yang dilihat dan dinilai oleh Allah untuk berani menyatakan panggilan Allah bagi anak-anak Tuhan untuk memberitakan Injil.

Sadarkah engkau atas anugerah Allah dalam hidupmu? Sadarkah keselamatan satu-satunya hanyalah di dalam Kristus? Adakah sukacita dalam kehidupanmu? Hanya kembali kepada Yesus Kristus maka engkau akan belajar mencicipi pengucapan syukur atas seluruh anugerah Allah, keselamatan dan sukacita mengikut Dia. Itulah pengenapan janji Allah yang seharusnya menjadi makna jumat Agung kita semua . Itulah Kovenan Allah yang turun dari Surga datang ke dalam dunia, Kalvari yaitu di dalam Kristus., From Paradise to Calvary – From A Place of Perfection to The Mount of Execution. Only Christ, The Only Way To God. Tuhan memberkati.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...