Monday, May 21, 2007

Reflection on Marvell

Komik Marvell cukup mengesankan pribadi saya karena secara fenomenal mampu menarik animo masyarakat luas di seluruh dunia khususnya tokoh-tokoh animasi yang " superficial ". Jika kita melihat dari sejarah komik Marvell sendiri maka kita akan menemukan adanya sebuah kebutuhan universal akan pahlawan diwakilkan melalui komik yang memiliki relasi yang kuat dengan mitologi Yunani seperti Hercules yang menunjukkan jatuh bangunnya bangsa-bangsa dan kerapuhan manusia yaitu konsep pahlawan. Pahlawan adalah cerminan harapan kebudayaan. Dimulai dari DC 1938, Captain America yang " ganas ", Superman diciptakan lebih cepat dari peluru, lebih kuat dari lokomotif dan Batman diciptakan begitu cerdas, tubuh yang sempurna serta rekening bank yang melimpah sampai dewasa ini Spiderman yang yatim piatu, miskin tapi populer. Hal ini cukup menarik saya pikirkan yaitu mereka menutupi muka mereka dengan " topeng ". Topeng yang memuat identitas seseorang yang tidak diperbolehkan tuk diketahui oleh siapapun kecuali beberapa orang yang " layak " mengetahuinya maka kepribadian mereka begitu exclusive. Kedua, Kostum mereka keren sekali dan menurut hemat saya kostum mereka pasti memberikan " deep meaning " dalam identitas kepahlawanan mereka untuk memacu semangat kepahlawanan mereka yang superficial seperti dewa-dewa yang sedang turun ke bumi. Melihat fenomenal tokoh komik Marvell dilihat dari perspektif Kristen maka meskipun mereka diciptakan dari " Heroic Philosophy " tetapi secara " message ", masih ada poin-poin penting yang muncul dari fenomenal pahlawan-pahlawan tersebut.


1. Lemah tetapi Dikuatkan

Prinsip ini menyatakan bahwa yang lemah dapat berkata bahwa dirinya kuat dengan satu catatan yaitu tahu diri dengan " self control ". Jika kita lihat Superman kuat tapi tetap punya kelemahan yaitu red lasernya gak bisa tembus timah. Hulk memang kuat tapi hidupnya penuh penyangkalan diri. Batman memang kuat tetapi memiliki pergumulan yang besar terhadap ketakutan maupun ketidakadilan. Spiderman memang kuat tetapi hidupnya miskin. Meskipun mereka dikatakan sebagai pahlawan tetapi mereka tetap memiliki kelemahan yang terbatas. Menurut saya, ini gambaran yang realistik. Menurut saya, bagian ini juga dapat menjadi perenungan kita bahwa kita semuanya adalah manusia yang lemah juga tetapi di dalam Kristus maka kita kuat karena Kristus. Kuat dalam kelemahan – I korintus 1:26, II Korintus 12:9-10.


2. Pembalasan dendam

Tema Pembalasan dendam banyak digemari oleh para film director baik Hollywood, Bollywood maupun Blockbusters. Nuansa ketidakadilan yang dialami oleh manusia di dalam dunia ini menjadi salah satu pemicu lahirnya kisah-kisah penuh misterius dan violence. Dalam Produksi Film dari Marvell– Batman Begins punya konsep pembalasan dendam sendiri, baginya pembalasan dendam itu legal asal tidak bunuh orang. Kedua, legal asal menyelamatkan korban lebih penting daripada dirinya sendiri. Ketiga, legal asal orang lain gak jadi korban karena revenge. Jika demikian, berarti pembalasan secara setimpal disetujui oleh Batman. Bagaimana dengan kekristenan ? Justru kita mempercayai sebuah prinsip Firman Tuhan yaitu Pembalasan adalah HakTuhan. Memang kita harus menegakkan keadilan tetapi semuanya harus didasarkan atas Kasih-Nya karena jika demikian maka kita akan liar dalam menjalankan keadilan. Kasih Kristus harus menjadi dasar dari keadilan. Ini prinsip yang harus bertahta dalam diri kita yaitu Kasih Kristus.


3. Pengampunan

Tema ini muncul dalam Spiderman 3. Saat Parker harus kehilangan kakeknya karena ditembak oleh salah satu penjahat dari dua penjahat. ia begitu rasa bersalah sampai gak bisa mengampuni dirinya sendiri maupun mengampuni penjahat tersebut. Tetapi justru dalam scene pertemuan Parker dan Penjahat tersebut justru Penjahat menyadari kesalahannya dan memohon maaf kepada Parker, justru Parker melakukan respon yang berbeda dengan film-film action yaitu mengampuni. Mengampuni diri sendiri dan mengampuni orang lain. that was good point !


Tema-tema diatas hanyalah contoh-contoh message yang bisa kita nikmati tetapi sayapun harus mengingat bahwa message merekapun bukan message yang original. Konsep pahlawan yang lemah tapi dikuatkan, menegakkan keadilan maupun mengampuni itu justru semangat message Alkitab. Bedanya, mereka hanya membawa kita untuk belajar moral kebaikan dalam hidup fana sedangkan pahlawan iman membawa kita kepada Kebaikan itu sendiri yaitu Kristus yang membawa kita kepada hidup yang kekal. Maka jika saudara belum baca Alkitab, saya mengundang saudara untuk membacanya karena disana banyak kisah-kisah pahlawan-pahlawan iman yang lebih " berkualitas " dan memiliki " hidup yang kekal ".


Seorang teolog Reformed, Harvie Conn mengatakan film adalah ' cermin budaya ', maksudnya adalah suatu " reflection " yang bernilai baik dari sikap kontemporer, filsafat, nilai maupun pola hidup. Tentu saja, Film menjadi produk dari kebudayaan. Sayangnya, banyak film yang beredar justru memiliki misi yang berbau politis, sarkastis, violence, abuse, hujatan, bidat. Banyak film yang beredar cenderung liberal maupun berusaha menumbangkan nilai-nilai agama orthodoks. Misalnya liberal hari ini menekankan kesetaraan di antara laki-laki maupun perempuan, ras, kebudayaan, agama maupun kaya miskin - istilahnya semua jadinya sama. ini semangat ekumenikal yang membawa segala sesuatunya jatuh ke dalam relativisme. Dalam artikelnya, John. M. Frame mengatakan bahwa kita sebagai orang kristen harus berani untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan konsep Firman Tuhan karena bagaimanapun bagus atau jeleknya sebuah film tetapi irasionalisme dan rasionalisme ( vocabulary dari cornelius van til ) atau pesimisme dan optimisme ( vocabulary dari os guinness ). Oleh karena itu kita memang akan menemukan kehadiran moral irasionalisme dan rasionalisme ( vocabulary cornelius van til ) walaupun palsu tetapi kadang kita bisa menemukan jejak-jejak ide kristen yang muncul jelas. Oleh karena itu presuposisi menjadi penting. Kita berada " di dalam " dunia ( Yohanes 17:11, 15 ; Titus 2:12 ) tetapi bukan " dari " dunia ( Yohanes 15:9 ; 17:14, 16 ). Menghindari dunia ? Jelas bagi John M. Frame, itu tidak masuk akal. justru kita seharusnya berada di dalam dunia untuk menantang zaman. Bagaimana dengan kita ? Melihat Film-film tokoh Marvell, kita masih bisa mempelajari " something " meskipun ada yang pesimis maupun optimis palsu tetapi justru kita dipanggil untuk menemukan message Ilahi yang entah mereka sadar atau tidak sadar dalam alur mereka dan biarlah Roh Kudus menyatakan Kuasa Transformasi bagi anak-anak-Nya tuk membuka satu-satunya Kebenaran sejati yang menyatakan hidup yang kekal yaitu Kristologis. Amen.


Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...