
Di dalam sejarah komunisme lahir dari ide Karl Marx dan Frederich Engels melalui “ Communist Manifesto “. Dimulai dari konteks sejarah yang penuh kesenjangan yang sangat mencolok antara kaum borjuis ( kaum yang memiliki tanah, memproduksi sesuatu dan mempekerjakan buruh ) dengan kaum proletarian ( orang yang miskin tidak memiliki tanah dan menjadi buruh yang bekerja bagi orang borjuis ). Saat itu kaum borjuis didominasi oleh orang kristen yang mempekerjakan buruh untuk melakukan tugas yang berat dengan gaji yang sangat minim sehingga kesenjangan sosial itu timbul. Dari sinilah komunisme dicetuskan sebagai pembelaan kepada para buruh yang secara kuantitas lebih besar daripada kaum borjuis. Komunisme juga memiliki paham “ sama rata “ yang mengakibatkan terjadi banyak konflik agar tercipta masyarakat yang “ sama rata “ ini.
Semenjak China membuka dirinya kepada dunia luar, paham komunisme sedikit lunak dengan diperbolehkannya kegiatan agama diadakan termasuk gereja, tetapi gereja-gereja estabished bisa beribadah asal harus menyetujui “ policies “ dari pemerintah untuk tidak menyatakan Yesus sebagai Allah, harus menyetujui Communist Party. Banyak gereja memilih aman dengan “ dibungkamkan “ untuk memberitakan Injil yang sesungguhnya. Maka jangan heran kalo gereja bawah tanah sampai hari ini masih berlipatganda karena mereka hanya mau memberitakan Injil yang sesungguhnya yaitu Kristus adalah Allah dan Manusia yang memberikan Pengharapan hidup yang kekal selama-lamanya.

Kenapa Paulus begitu berani menegaskan hal ini ? Keberanian dia tidak bisa lepas dari sejarah pertobatan Paulus ( 14 ) ? Sebelum Rasul Paulus bertobat, ia bernama Saulus, seorang akademik yang pintar, rajin, belajar teologi, menguasai kitab suci. Namun Saulus punya jiwa teroris dengan usaha membunuh orang kristen sampai akar-akarnya. Saat ia bertemu dengan Tuhan, barulah jiwa teroris diubahkan dalam kuasa Roh-Nya menjadi jiwa ‘ evangelis ‘. Puji Tuhan ! Ini mujizat ! Sebuah refleksi sederhana buat kita harus mengintrospeksi diri kita, bagaimana dengan kita ? orang kristen yang mengalami pertumbuhan harus perlu belajar, jika tidak ada kemauan disiplin belajar maka orang kristen akan jatuh ke dalam kehidupan rohani yang stagnan. Belajar Firman Tuhan harus pula membuat kita mengalami pergumulan atas Firman tersebut. Kita harus berjuang dan menggumuli setiap Firman yang sudah kita terima, tidak sekadar menerima dan disimpan dalam memori otak kita. Sebab tanpa kita bergumul melakukan Firman Tuhan maka kita tidak akan pernah menjadi orang kristen yang bertumbuh.
Hari ini kita sudah banyak mendengar khotbah maupun visi gerakan yang berakar kepada satu-satunya kebenaran yaitu FIRMAN, tetapi sudahkah kita memiliki hati yang benar-benar berjiwa doktrin tersebut ? apakah kekristenan kita benar-benar berjiwa Injil ? atau jangan-jangan kita hanyalah kristen lahiriah tetapi hati kita tetap berjiwa “ komunis “ ?
Dalam Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC