Wednesday, April 09, 2008

Beauty of His Creation

Dalam Majalah Tempo edisi 13-19 Februari 2006 halaman 16, sebuah rubrik inovasi memberikan informasi mengenai Surga Papua yang Hilang, dimana ditemukan fauna “ baru “ di pegunungan Foja, Memberamo, Papua. Selama sebulan 13 orang peneliti menjelajah ke hutan, mereka menemukan kembali ratusan spesies lama yang dianggap telah punah. 30 spesies reptile, 60 spesies amfibi, 215 spesies burung, 37 spesies mamalia dan 170 spesies kupu-kupu adalah hasil penelitian mereka selama sebulan dan masih banyak kekayaan hayati Memberamo yang belum tersingkap. Setelah membaca rubrik inovasi ini saya belajar melihat Tuhan sebagai Sang Pencipta yang memiliki “ greater creativity “ untuk mendesain ciptaan-Nya dengan “ jutaan desain “ yang tidak bisa digeser oleh zaman, kalaupun punah itu karena kegagalan manusia di dalam menjaga dan mengusahakan dunia. Siapa desainer terbesar hari ini yang bisa membikin desain sebanyak Allah dengan kualitas yang abadi ? no ones !


Sebagai Calvinis, saya mempercayai alam semesta dan segala ciptaan maupun culture adalah general revelation yang memuat pengertian mutlak God as creator dan man as creatures. Sebenarnya saya kurang bisa mengerti dengan pendapat orang Konfusianisme seperti Prof. Tu Wei Ming dari Harvard University, Yen Ching Institue yang tidak menerima pengertian mutlak ini sebagai prinsip dasar dalam kehidupan manusia tetapi terus menekankan “ self-cultivation “ guna “ to cultivate centrality and harmony with throughness “ di dalam “ Process of Learning “. Tidak heran jika Konfusianisme terus menekankan “ Chung Yung “ dalam definisi “ what heaven impact to man is called human nature, to follow human nature is called the way, cultivating the way is called teaching “. Dimana Tu wei ming lebih menyukai metode “ interpretive “ ketimbang kekristenan yang “ exegetical “ karena Tu wei ming menganggap exegetical itu bermain di dalam kata-kata “ language game “. Ia begitu enjoyed di dalam prinsip-prinsip humanis dari paham Konfusianisme yang digumulinya setiap hari sehingga setiap studi, observasinya menjadi kumpulan prinsip-prinsip yang dilanggengkan dan diwariskan turun temurun ke generasi berikutnya. Memang tidak heran, jika Konfusianisme begitu kelihatan agung karena setiap prinsipnya seakan-akan begitu “ down to earth “ dan selaras harmoni seperti alam yang ditekankan juga oleh Lao Tze. Secara humanitas, ada keagungan alam semesta yang memberikan “ pembelajaran “ kepada manusia untuk hidup bermasyarakat maupun hidup berbakti kepada Negara serta setia memegang Mandat Surga yang diberikan oleh Langit ( unknown ).



Bagaimana dengan kekristenan ? Justru wahyu umum memberikan “ kelimpahan “ kepada manusia untuk melihat keindahan karya Tuhan dan tidak bisa memungkiri bahwa di atas semua karya alam semesta, designernya adalah Tuhan sendiri. Tidak seorangpun dapat memungkiri Allah tidak ada, bahkan orang atheist berusaha melarikan diri dari pengetahuan tentang Allah sehingga mereka menipu dirinya seakan-akan Tuhan itu tidak ada padahal mereka lupa bahwa dirinya bisa exist dalam dunia ini karena Tuhan. Inilah kebodohan manusia yang mendukakan hati Tuhan ! banyak orang meminta bukti akan kehadiran Tuhan padahal setiap yang manusia nikmati adalah karya Tuhan yang Maha hadir tetapi kebebalan manusialah yang menyebabkan Tuhan cenderung dilupakan oleh manusia. Dasar ! wahyu umum sudah cukup menyatakan eksistensi Tuhan tetapi Tuhan memberikan wahyu khusus kepada manusia untuk dapat melihat keindahan karya-Nya di dalam keakuratan yang tepat yaitu melalui Firman yang menjadi daging yaitu Yesus Kristus yang menjadi satu-satunya message dalam Alkitab sebagai Firman Tuhan. Oleh karena itu keindahan ciptaan Tuhan lebih tajam dilihat dari perspektif Tuhan yang akurat dari sumber yang khusus yaitu Alkitab sebagai Firman Tuhan yang memberikan pengharapan kepada manusia untuk dapat menerima kehadiran-Nya di dalam ciptaan dan di dalam jiwa manusia yang berdosa yang membutuhkan penebusan dosa dan pengharapan hidup yang kekal yaitu di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Allah yang menjadi manusia untuk rela mati menyatakan keindahan hidup berdamai dengan Allah dan menyatakan kemenangan bersama-Nya dan orang-orang kudus-Nya menikmati hidup kekal yang indah – new creation !



Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Xiamen, Fukien

Arti sebuah pengorbanan nyawa

Sebuah berita duka muncul dari televisi Guangzhou tempat saya tinggal yaitu brother chow, seorang calon serdadu komunis yang meninggal dunia bukan karena sakit penyakit, kecelakaan maupun menerima kutukan sang dewa. Di Beijing, Ia bersama temannya menolong anak-anak yang sedang bermain di atas sungai es yang meleleh. Mereka menolong anak-anak tapi anak-anak selamat, brother chow meninggal di tempat karena kedinginan. Angkatan darat mengangkatnya sebagai “ hero “ yang telah menyelamatkan jiwa manusia, tidak sedikit mereka datang ke tempat peringatan jasanya dengan derasnya air mata di wajah mereka sambil suara yang terisak-isak menahan tangisan. Belum lagi, papa, mama brother chow yang histeris menangis karena 2 tahun tidak melihat anaknya, eh dirinya telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Ketika anak-anak yang diselamatkan oleh brother chow bersama dengan orang tuanya menemui orang tua brother chow, hanya satu vocabulary yang keluar dari mulut mereka yaitu “ I am Sorry “. Melihat jasa brother chow, kota Beijing memperingati hari kepahlawannya dan kota kelahirannya, brother dianggap sebagai pahlawan berjasa bagi “ people rebuplic of china “.

Scene 30 menit ini membuat saya tertegun atas arti sebuah pengorbanan seorang serdadu yang rela mengambil resiko demi menyelamatkan jiwa generasi penerus bangsa. Tapi tiba-tiba saya tersentak dengan sebuah pertanyaan dari hati kecilku, jika pengorbanan brother chow membuatmu tertegun, bagaimana dengan pengorbanan Yesus bagimu, anak malang ? oh gosh ! saya gelisah dengan pertanyaan sederhana dari suara hatiku ! seakan-akan saya diperhadapkan di sebuah mahkamah agung yang memberikan dakwaan kepada saya mengenai respon saya terhadap brother chow dan kepada Yesus. Saya bisa tertegun dengan kisah brother chow karena saya melihat ada “ evidence “ yang memberikan saya “ jaminan “ bahwa ketertegunan saya memiliki bukti nyata yang terekam di dalam tayangan documenter angkatan darat tahun 2008, sedangkan Yesus, saya menyadari bahwa mungkin saya hanya tertegun dengan “ stories “ yang memberikan “ redemption “ kepada diri saya sehingga karena gak ada yang mati buat saya maka Yesus, oklah ! atau jangan-jangan saya hanya mempercayai pengorbanan Kristus hanyalah sebuah pengorbanan yang diberikan Allah kepada kita sebagai “ door prize “ sehingga kita seperti menerima tiket pesawat untuk terbang ke sebuah tempat yang namanya “ Heaven “. Atau jangan-jangan saya merasa Yesus hanyalah legenda yang memberikan “ pendidikan moral “ kepada kita untuk belajar mengorbankan diri untuk orang lain.

Mengapa aku lebih mudah tertegun atas pengorbanan brother chow ketimbang pengorbanan Kristus ? saya merenungkan betapa sulitnya manusia memahami pengorbanan Kristus karena diri-Nya adalah Allah yang rela turun menjadi manusia dan menyerahkan nyawanya mati di atas kayu salib demi menebus dosa saudara dan saya dan ia bangkit dari kematian memberikan pengharapan kepada saudara dan saya serta ia naik ke surga dan akan datang kedua kalinya. Di MRII Shanghai saya ada putarkan scene singkat via dolorosa dari Passion of the Christ dan seorang anak kecil “ Winelson “ masuk tanpa sepengetahuan saya dan melihat penderitaan Kristus. Ia bisa begitu tertegun. Waktu saya tahu dia sedang melihatnya, saya matikan. Tetapi winelson berkata “ I wanna see Jesus “. Oh God. Dimanakah teriakan kita ? kita sudah hidup terlalu sibuk sehingga kehilangan keingintahuan kita untuk melihat Yesus. Tetapi saya belajar sesuatu dari semuanya ini, justru saya diberkati Tuhan karena saya terlalu “ stupid “ untuk memahami pengorbanan Kristus sehingga Tuhan memberikan “ ilustrasi “ yang menyentuh diriku untuk tertegun sehingga aku belajar menyadari di dalam “ faith “ bahwa pengorbanan Kristus melampaui apa yang dikerjakan oleh brother chow. Puji Tuhan! Bagaimana dengan saudara ? sudahkah engkau realized atas “ ilustrasi-ilustrasi “ yang Tuhan berikan kepadamu ? sudahkah kau melihat pengorbanan-Nya dalam iman?

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Guangzhou, China

On Forgiveness

Tema Forgiveness kurang popular di dalam dunia philosophy karena banyak asumsi-asumsi akademik yang mengatakan bahwa tema tersebut lebih bersifat theological. Akan tetapi beberapa filsuf postmodern memilih tema “ theological “ ini di dalam pergulatan pemikiran mereka. Dalam era postmodern ini, kita banyak mendengar nama Jacques Derrida, Emmanuel Levinas maupun Paul Ricouer, akan tetapi kita jarang mendengar nama Vladimir Jankelevitch. Saya percaya Vladimir Jankelevitch adalah orang besar yang mempengaruhi konsep Forgiveness dari Derrida. Vladimir Jankelevitch mengatakan “ forgiveness is not an attitude, mindset, ideology but is just event. It happen once and then it is gone “. Hanya dua kondisi manusia bisa mengampuni : pertama, miracle dan extra juridical nature of forgiveness. Menurut Vladimir Janekelevitch, forgiveness forgives that which cannot be excused or forgotten. Luar biasa ! tentu saja Vladimir memahami hal ini di dalam temporality dan process becoming dimana guilty person gak berubah tetapi relasi saya dengan guilty person berubah. Relasi yang berubah ini merupakan transfigures hatred into love. Disini Vladimir mempercayai forgiveness itu spontan, supernatural dan gracious acts. There’s no suck things as an unforgiveable.

Jacques Derrida menyatakan isi hati Vladimir Jankelevitch di dalam konsep forgivenessnya – Pertama, to forgive is to welcome offence and to absorb a violation from another. Forgiveness forgive only the unforgiveable. Derrida mengatakan jika kita hanya memberikan forgiveness kepada mereka yang forgiveable maka kita adalah orang Farisi yang hanya mengasihi teman-teman mereka sendiri di dalam Matius pasal 5. Oh gosh ! orang Farisi melayani Tuhan dan relasi dengan orang lain kotor. Ingatlah … we are called to love our enemies, to forgive the unforgiveable ! saya betul-betul terkesima dengan orang-orang ini ! Kedua, Forgiveness itu bersifat unconditional. Biasanya forgiveness diberikan kalau ada “ economic logic – ada balas jasa / profit maka menerima pengampunan “ atau “ logic of exchange – barter keperluan orang yang diampuni dengan yang memberikan pengampunan “. Itu namanya bukan unconditional ! luar biasa ! Derrida bahkan menegaskan konsep forgiveness yang unconditional juga berlaku untuk mengampuni setan ! benar gak ?

Jika saudara mengatakan benar maka saudara telah menjadi musuh Allah. Karena pengampunan yang diberikan Tuhan adalah terbatas. Bagi siapakah Kristus mati ? Kristus mati bagi semua orang ( arminian ) atau Kristus mati bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya ( calvinis ). Arminian mendasarkan pengampunan Tuhan secara universal ( 1 Yohanes 2:2 dan II Korintus 5:14 ) dan Calvinis mendasaran pengampunan Tuhan secara terbatas ( Matius 1:21, Yohanes 10:15, Yohanes 10:26, Yohanes 15:13, Kisah Para Rasul 20:28 dan Efesus 5:25 ). Sebagai Calvinis, saya mempercayai pengampunan Tuhan hanya didasarkan pada penebusan Kristus yang tiada terbatas dalam kemampuan-Nya, sempurna di dalam rencana-Nya dan tidak terbatas nilai-Nya tetapi secara jangkauannya terbatas karena Kristus menghapuskan dosa orang-orang yang dikasihi Allah dengan kasih khusus sejak kekekalan. Mungkin kita iseng memikirkan kenapa ya setan kok gak diampuni ? kalo diampuni nanti kamu gak punya penghargaan terhadap pengampunan yang Tuhan berikan kepada kamu. Karena manusia adalah makhluk yang paling suka membandingkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu di dalam kekristenan, pengampunan Tuhan diberikan secara “ universal “ kepada semua anak-anak Tuhan yang mempercayai Yesus Kristus sebagai satu-satunya juruselamat dunia yang lahir, mati, bangkit dari kematian, naik surga dan akan datang kedua kali-Nya “ limited “.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Causewaybay, Hongkong

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...