
Memang kita sering melakukan perbandingan/komparasi antara kehidupan rasul dan nabi dengan kehidupan kita di dalam dunia ini sehingga kita cenderung melihat “gap” dalam mengerti karya-karya Allah dalam kehidupan anak-anak Tuhan sehingga tercipta banyak diskusi panel penuh pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan inkonsistensi Tuhan dalam berkarya di dalam kehidupan orang percaya. Akan tetapi, hasil diskusi panel manusia hanyalah berputar-putar di area yang “blur” baik dalam membandingkan “event”, “people”, “context”, “special cases”, apalagi soal “messages behind the scenes”. Tidak ada jawaban yang memuaskan hati. Akibat tidak puas, banyak manusia yang menjadi “free thinkers”, sibuk berinovasi dalam memberikan “statements” yang kelihatan logis dan kelihatan bertanggungjawab sesuai kepuasan pikiran manusia tapi jauh dari kebenaran Tuhan. Seringkali kita lupa atau lebih tepat “sengaja melupakan” sebuah realita yang tercatat di dalam Kejadian 3 yaitu Kejatuhan manusia ke dalam dosa (hamartia – meleset dari sasaran). Kejatuhan manusia ke dalam dosa menyebabkan rusak totalnya hubungan Allah-manusia, termasuk standar seluruh aksi manusia. Jika kita mengabsolutkan standar seluruh aksi kita yang berdosa ini, maka kita sedang melukai dan mengkhianati Allah. Tuhan tidak berkenan atas tindakan manusia yang tidak setia kepada kebenaran Tuhan. Tuhan berkenan atas tindakan manusia yang setia kepada kebenaran Tuhan yaitu Back to The Bible. Jadi, apa yang seharusnya kita imani? One for sure ... Firman Tuhan mengajak saudara untuk setia memfokuskan diri kepada Allah, bukan sibuk mencari “persamaan” dalam situasi, kondisi, latar belakang, konteks, hidup orang percaya dalam zaman Alkitab dengan zaman sekarang. Zaman memang berubah tetapi Allah tidak pernah berubah.
Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6). Namun, banyak kecurigaan yang muncul dalam mengerti Allah tidak berubah ketika Alkitab mencatat “Allah yang berubah” (Kejadian 6:6-7, Keluaran 3:14, Yunus 3:10). Sungguhkah ada kontradiksi dalam diri Allah? Ketika Allah mengatakan bahwa Ia tidak pernah berubah, Ia sedang membicarakan masalah natur dan karakter-Nya. Tetapi tidak berarti bahwa Ia tidak bisa merubah cara kerja-Nya dengan manusia sepanjang sejarah.
Ketika kita melihat Allah merubah pikiran-Nya (menyesal), kita melihatnya dari sudut pandang seorang manusia. John Calvin mengatakan bahasa yang dipakai adalah bahasa bayi "baby talk". Karena Allah tahu segala sesuatu dari kekekalan, Ia selalu tahu rencana-rencana tertinggi yang akan Ia kerjakan; termasuk juga rencana untuk "menyesal dan berubah pikiran". Ia telah melihat hasil pekerjaan Yunus di Niniwe. Penduduk Niniwe bertobat dan Allah merubah pikirannya dari penghancuran yang seharusnya datang kepada penduduk Niniwe. Tentu saja, Allah tahu hal ini (penyesalan orang Niniweh) akan terjadi dan menetapkan bahwa peringatan harus diberikan dalam rangka membawa mereka ke dalam penyesalan.
Inilah fokus kita seharusnya yaitu kembali kepada “message” yang dinyatakan oleh Allah yaitu keselamatan hanya di dalam pekerjaan-Nya yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus sebagai penebus fokus orang percaya untuk kembali kepada Allah yang sejati.Sudahkah fokus saudara menengadah kepada-Nya? Biarlah Roh Tuhan bekerja membawa setiap kita kembali kepada fokus utama yang sejati. Tuhan memberkati.
Dalam Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC