Wednesday, November 03, 2010

The Only Focus

Bagaimana kita menghidupi perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan di dalam dunia yang terus berubah ini? Tidak sedikit dari kita yang telah bergereja, mendengar kotbah serta menerima pendidikan teologi sekalipun, tetapi kita merasa “kurang iman” dalam menjalani hidup kita dalam dunia untuk Tuhan. Why? Seringkali kita melihat adanya ”gap” kehidupan anak-anak Tuhan di jaman sekarang dengan kehidupan para rasul dan nabi yang hidup ribuan tahun yang lalu. Kita dapat melihat bagaimana Allah memakai Musa mengeluarkan bangsa Israel keluar dari Mesir, bahkan penyertaan Tuhan begitu nyata dengan adanya tiang awan dan tiang api-Nya yang senantiasa memimpin perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian Allah. Kita dapat melihat bagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego diikat oleh serdadu raja Nebukadnezar karena mereka tidak mau tunduk di hadapan Baal dan Nebukadnezar, tetapi ada penyertaan Tuhan yang membebaskan mereka dan mereka tidak mati dalam luapan dapur api tersebut, malah mereka hidup ditemani oleh utusan Allah. Pengalaman rohani mereka begitu “real” sehingga mereka jelas melihat penyertaan Tuhan atas hidup mereka. Namun, bagaimana dengan kita hari ini? Bukankah kita menemukan adanya “gap”, mengapa mereka bisa menikmati Tuhan dengan “real”, sedangkan saya kok tidak? Pertanyaan ini muncul di dalam sebuah student fellowship yang saya hadiri beberapa hari yang lalu di Cheng Chi University, Taipei, Taiwan. Mereka membahas buku “Knowing God” yang ditulis oleh J.I Packer, bagi saya, “Knowing God” adalah high recommended utk semua orang kristen untuk membacanya.

Memang kita sering melakukan perbandingan/komparasi antara kehidupan rasul dan nabi dengan kehidupan kita di dalam dunia ini sehingga kita cenderung melihat “gap” dalam mengerti karya-karya Allah dalam kehidupan anak-anak Tuhan sehingga tercipta banyak diskusi panel penuh pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan inkonsistensi Tuhan dalam berkarya di dalam kehidupan orang percaya. Akan tetapi, hasil diskusi panel manusia hanyalah berputar-putar di area yang “blur” baik dalam membandingkan “event”, “people”, “context”, “special cases”, apalagi soal “messages behind the scenes”. Tidak ada jawaban yang memuaskan hati. Akibat tidak puas, banyak manusia yang menjadi “free thinkers”, sibuk berinovasi dalam memberikan “statements” yang kelihatan logis dan kelihatan bertanggungjawab sesuai kepuasan pikiran manusia tapi jauh dari kebenaran Tuhan. Seringkali kita lupa atau lebih tepat “sengaja melupakan” sebuah realita yang tercatat di dalam Kejadian 3 yaitu Kejatuhan manusia ke dalam dosa (hamartia – meleset dari sasaran). Kejatuhan manusia ke dalam dosa menyebabkan rusak totalnya hubungan Allah-manusia, termasuk standar seluruh aksi manusia. Jika kita mengabsolutkan standar seluruh aksi kita yang berdosa ini, maka kita sedang melukai dan mengkhianati Allah. Tuhan tidak berkenan atas tindakan manusia yang tidak setia kepada kebenaran Tuhan. Tuhan berkenan atas tindakan manusia yang setia kepada kebenaran Tuhan yaitu Back to The Bible. Jadi, apa yang seharusnya kita imani? One for sure ... Firman Tuhan mengajak saudara untuk setia memfokuskan diri kepada Allah, bukan sibuk mencari “persamaan” dalam situasi, kondisi, latar belakang, konteks, hidup orang percaya dalam zaman Alkitab dengan zaman sekarang. Zaman memang berubah tetapi Allah tidak pernah berubah.

Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6). Namun, banyak kecurigaan yang muncul dalam mengerti Allah tidak berubah ketika Alkitab mencatat “Allah yang berubah” (Kejadian 6:6-7, Keluaran 3:14, Yunus 3:10). Sungguhkah ada kontradiksi dalam diri Allah? Ketika Allah mengatakan bahwa Ia tidak pernah berubah, Ia sedang membicarakan masalah natur dan karakter-Nya. Tetapi tidak berarti bahwa Ia tidak bisa merubah cara kerja-Nya dengan manusia sepanjang sejarah.

Ketika kita melihat Allah merubah pikiran-Nya (menyesal), kita melihatnya dari sudut pandang seorang manusia. John Calvin mengatakan bahasa yang dipakai adalah bahasa bayi "baby talk". Karena Allah tahu segala sesuatu dari kekekalan, Ia selalu tahu rencana-rencana tertinggi yang akan Ia kerjakan; termasuk juga rencana untuk "menyesal dan berubah pikiran". Ia telah melihat hasil pekerjaan Yunus di Niniwe. Penduduk Niniwe bertobat dan Allah merubah pikirannya dari penghancuran yang seharusnya datang kepada penduduk Niniwe. Tentu saja, Allah tahu hal ini (penyesalan orang Niniweh) akan terjadi dan menetapkan bahwa peringatan harus diberikan dalam rangka membawa mereka ke dalam penyesalan.

Inilah fokus kita seharusnya yaitu kembali kepada “message” yang dinyatakan oleh Allah yaitu keselamatan hanya di dalam pekerjaan-Nya yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus sebagai penebus fokus orang percaya untuk kembali kepada Allah yang sejati.Sudahkah fokus saudara menengadah kepada-Nya? Biarlah Roh Tuhan bekerja membawa setiap kita kembali kepada fokus utama yang sejati. Tuhan memberkati.

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...