Thursday, February 01, 2007

Jangan !

Kejadian pasal 2:6, 1 6 ada kata “ free “ tetapi di ayat 3:2 sudah tiada lagi apa yang namanya “ free “. “ jangan “ menjadi suatu “ nightmare “ karena justru dilanggar manusia dan resiko harus ditanggung seumur hidup. Manusia “diperbudak “ oleh mimpi buruk di balik kata “ jangan “ tersebut sehingga concept of valuenya rusak maka lahirlah sebuah “ bad boy spirituality “ – selalu kompromi baik good maupun evil, bermain topeng di dalam kondisi yang beragam, menyimpan kemunafikan yang kelihatan baik tetapi menyimpan dosa keji di balik keindahan. Hahaha kita sedang dibodohi, didistorsi tapi meningkatkan selera kita untuk serakah di dalam berdosa. Dosa dimulai dari internal manusia yaitu SELF. Dimulai dari membandingkan diri dengan orang lain. Itu dosa ! kenapa gua belum kaya hari ini , kok Tuhan gak adil ? kesusahan kita hari-hari ini bukan disebabkan oleh Tuhan atau orang lain tetapi kita yang kurang rela untuk menghidupi kesusahan kita.

Di dalam kelas, Pdt Dr. Stephen Tong pernah mengupas kenapa manusia terkadang kurang sabar ; 1. SELF – pembawaan 2. Kurang menghargai dalil atau hukum 3. Melihat orang maka kita terpacu ( Kain melihat Habel ) 4. Menghadapi kehidupan yang “ gak selesai-selesai “ seperti baru pindahan barang yang buanyak banget. Saya kagum melihat segala sesuatu di dalam dunia ini, saya tidur di lantai, lantai sabar menampung saya. Saya berjalan di atas aspal, aspal sabar menanggungnya. Saya banting barangpun, aspal maupun lantai tidak protes. Terkadang kita harus belajar sabar dari sekeliling kita. Tetapi kita bukanlah benda mati karena Allah adalah Guru dan Ciptaan-Nya adalah murid maka kita adalah makhluk yang mendidik maka nuansa “ Jangan “ itu mendidik ! so lets return to the normal concept of value!

Hidup manusia tidak dapat lepas dari kesakitan, kecapekan, kejenuhan tetapi saya percaya bahwa Kita sedang mengambil bagian di dalam rencana kekal Allah. Kita ada kebebasan untuk memilih sendiri. Kita cenderung menyingkirkannya 100 % segala kepahitan tersebut tetapi mari kita belajar taat dan sabar terhadap waktu Tuhan.

biarlah kata “ jangan “ di dalam jalur Tuhan terus mendoakan dan mendidik kita tuk jadi orang yang sabar di dalam Kebenaran. Orang sabar di dalam Tuhan disayang Tuhan, Amin ? liat Ayub ?

Dalam Pemeliharaan-Nya
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan
Keep Praying

Apakah Engkau mengasihi Aku ?

“Apakah Engkau mengasihi Aku“ adalah sebuah statement dari mulut Yesus Kristus yang saya percaya telah dan akan “ mengetarkan “ pikiran, jiwa dan kehendak seluruh orang kristen untuk mengintrospeksi setiap kehidupan kekristenan maupun pemikiran teologis serta kedalaman teologi yang tertampung di dalam “ gudang “ fisikal maupun spiritual mereka dan pelayanan mereka benar-benar merupakan respon cinta kasih kita kepada Allah. Jangan-jangan kita sedang melayani di dalam gereja maupun para church bukan wujud cinta kasih kita kepada Allah tetapi kita sedang membangun fondasi dari nol hingga “ step by step “ bertumbuh ke fondasi yang lebih kuat lagi hingga kita merasa pelayanan kita adalah hasil keringat kita semua mengasihi diri, bukan mengasihi Tuhan.

Saat statement di atas muncul, seakan-akan goncangan gempa bumi rohani sedang melanda spiritualitas orang kristen termasuk saya untuk kembali me-review diri sendiri, apakah benar saya mengasihi Tuhan ? Jangan-jangan kehidupan orang kristen, perjuangan hamba Tuhan maupun pelayanan rekan-rekan sepelayanan sedang berada di dalam “ mission “ perampasan love story “ antara Tuhan dengan anak-anak-Nya. Alangkah bodohnya kita jika kita sedang menjalani “ illegal mission “ seperti ini. Jika demikian, kita adalah pengikut macam apa yah ? Thomas A Kempis di dalam “ Imitation of Christ “ memberikan spiritual insight kepada kita bahwa sesungguhnya Yesus memang mempunyai banyak pengikut yang ingin dimuliakan di surga, tetapi hanya sedikit yang bersedia memanggul salib bersama Dia. Adalah sebuah realita, Banyak yang ingin menikmati penghiburan Yesus, tetapi hanya sedikit yang sanggup menderita pencobaan-Nya. Banyak sekali yang sukacita dengan Yesus, hanya sedikit jumlahnya yang mau menderita sengsara bersama Yesus. Banyak yang menghormati Yesus karena mujizat-Nya, tetapi sedikit yang mengikuti-Nya sampai di salib, hinaan orang. Banyak yang mencintai Yesus selama mereka tidak mengalami kesukaran.


Bukankah orang yang selalu memikirkan nikmat dan keuntungan diri sendiri itu harus dikatakan lebih cinta pada diri sendiri daripada cinta pada Yesus ? Dimanakah ada orang bersedia mengabdi Kristus tanpa pamrih ? siapakah rela miskin dan membebaskan diri dari kenikmatan dunia ? Amsal 31 ayat 10 mencatat semangat semacam itu adalah harta yang tidak ternilai. Meskipun orang sungguh suci dan berkobar tetapi jikalau ia belum memiliki satu hal yang sungguh sangat penting sekali baginya maka sebenarnya orang itu masih menderita kekurangan besar alias mengalami “ RUGI BESAR “. Saat Petrus menerima pertanyaan ini sebanyak tiga kali, ia mengenali dirinya tidak mampu mengasihi Tuhan dengan sempurna ( agape ) tetapi Yesus tetap mempercayakannya untuk mengembalakan “ domba-domba-Nya “. Luar Biasa ! Sebuah kehormatan besar dimana Kasih Tuhan mengajak kita untuk belajar mengasihi Gembala dan domba-domba-Nya. Mazmur 119:125 – Hamba-Mulah aku ; berilah aku pengertian, agar aku mengenal kesaksian-Mu. Biarlah ini menjadi doa kita semua di dalam melayani Tuhan dan mengasihi Tuhan semaksimal mungkin.



Dalam Kasih Kristus

Daniel Santoso

Taipei, Taiwan, ROC

Sebuah doa sederhana ....

Kehormatan dan Penderitaan

Sampai hari ini, kasus pendakwaan kristenisasi terhadap anak-anak kaum Muslim di daerah Indramayu oleh dr. Rebecca, eti pangesti maupun ratna bangun terus melekat di dalam benak saya untuk terus berefleksi maupun berkontemplasi di hadapan keberadaan Allah satu-satunya yang masih mempercayakan seluruh kenikmatan Ilahi melayani-Nya. Ketika vonis pengadilan menyatakan “ hukuman penjara selama 3 tahun “, terdengar ratusan suara yang berteriak “ Allahu Akbar – Allah is Great “ sehingga kesan “ loser “ seakan-akan telah menempel pada dr. Rebecca, eti pangesti, ratna bangun. Tetapi Pekerjaan Tuhan itu nyata ! Meskipun mereka berada di dalam penjara yang tidak menyediakan makanan yang “ pantas “ untuk dimakan oleh manusia tetapi justru kehadiran mereka di penjara Indramayu mampu membuat 12 tahanan mulai tertarik terhadap kekristenan dan mereka-pun berdoa bagi 400 tahanan yang lain agar dapat mengalami “ pertobatan “ di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Ketika Open Doors ( nama sebuah organisasi misi ) mengunjungi mereka, mereka bersyukur karena justru Open Doors dihibur oleh sukacita mereka ketimbang penghiburan Open Doors yang dinyatakan kepada mereka bertiga. Dalam hal ini saya mengingat sebuah momentum yang penting di dalam hidup saya yaitu saat saya bersama rekan-rekan sepelayanan pergi ke rumah sakit di Jakarta untuk mengunjungi ibunda dari salah satu rekan sepelayanan kami yang mengalami sakit parah sekali. Alangkah terkejutnya kami saat kami datang justru kami mengalami penghiburan yang “ meaningfull “ meski dirinya sudah mendekati ajalnya tetapi ia tetap menebar pesona-Nya bagi setiap kami untuk menghargai setiap hidup dan pelayanan yang Tuhan anugerahkan bagi kami. Di saat kematian ibunda rekan kami tiba, kesedihan yang dalam benar-benar kami rasakan karena ia telah tiada tetapi penghiburan seorang tua yang sekarat tersebut memberikan kekuatan baru untuk melayani Tuhan dengan lebih berani. Bagaimana jika kita berada di posisi dr. Rebecca, eti pangesti, ratna bangun hari ini? Apa yang akan kita katakan kepada “ dunia “ saat kita mengalami hal yang mereka alami hari ini ? Saat saya membaca email dari seseorang anggota dari salah satu milis Kristen, mereka berdoa minta kepada Tuhan untuk membebaskan mereka tetapi realitanya Tidak. Meski demikian mereka tetap berkata “ saya hanya akan terus mengasihi Dia lebih dari segalanya, Dia Berkuasa ! “. Puji Tuhan … Inilah jiwa hamba Tuhan, mental hamba Tuhan, spiritualitas hamba Tuhan. Saya percaya dengan sepenuh hati jika gereja-gereja Tuhan dipenuhi dengan pendeta, penginjil, majelis, pengurus, aktivis, pekerja, tukang, pembantu yang berjiwa hamba Tuhan, mental hamba Tuhan, spiritualitas hamba Tuhan maka gereja-gereja Tuhan menjadi tangguh ! Meski di saat mereka berada di dalam penjara, tidak sedikit pergumulan yang mereka pikirkan, salah satunya adalah keluarga mereka. Saat anak dari Eti Pangesti mengalami depresi, setiap hari Linda ( anak adopsi dari dr. Rebecca ) membawakan makanan sehat dari rumah ke penjara ( jarak sekitar 75 mil ). Sebuah kesaksian dari ratna bangun dimana ia kuatir terhadap kesehatan ayahnya yang telah 78 tahun. Justru ayahnya mengatakan “ Jangan kuatir, Jangan takut, Jadilah teguh, Papa bangga ! Papa akan keliling kampung dan memberitahukan kepada mereka kebanggaanku kepadamu ! Jangan berharap keluar dari penjara terlalu cepat ! hanya cepat selesaikan apa yang Tuhan tugaskan untuk kamu “. Apa yang kita dapat pelajari dari ayah ratna bangun ? Adalah sebuah kehormatan bagi kita untuk menderita bagi Kristus. Why ? Kunci jawaban terletak pada Inkarnasi ( Allah jadi manusia ) Kristus yang menyatakan cinta-Nya adalah fakta. Sangkal dirimu, ikut Dia, pikul salib ( Matius 16:24 ). Pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah kenapa kita kurang dapat memahami kata “ kehormatan “ menderita bagi Kristus ? kita tidak dapat memahaminya dengan clear karena diri kita sendiri yang terlalu “ manja “. Jika demikian, mau jadi Kristen macam apa kita ? kedua, karena kita kurang mempedulikan orang lain. Justru Kristus datang tuk menjalankan kehendak Tuhan yaitu menanggung dosa orang lain ( sesuatu yang Ia tidak lakukan ). Inilah “ action – ( Incarnation )“ dari Kasih yang nyata ( Christology ) yang membawa mereka kepada “ Spiritual Love “ – St. Bernard of Clairvaux.

Pesan mereka dari penjara kepada gereja-gereja di luar penjara yang menguatkan kita semua sebagai pelayan Tuhan


1. Tetaplah berjalan bersama dengan Tuhan. Tuhan berfirman “ Barangsiapa mengikuti Daku tiadalah ia berjalan di dalam kegelapan – Yohanes 8:12 “. Nats ini mengajak setiap kita untuk “ imitating “ hidup di dalam Kristus. How ? Tentu saja prioritas awal kita hanyalah Kristus sahaja sehingga kita belajar memahami sedalam-dalamnya kenikmatan makna dan semangat Firman Tuhan di dalam Kristus. Oleh karena itu tidak sedikit gangguan demi gangguan hadir dalam perjalanan anak-anak Tuhan untuk berjalan di dalam Tuhan karena “ SELF “ yang telah terkontaminasi dosa menjadi “ motor “ dalam hal ini.


2. Jangan Takut Saya percaya kita semua mengemban panggilan yang sama yaitu untuk bersaksi. Tidak sedikit kesaksian demi kesaksian dihujani dengan penghujatan, pembantahan, penolakan maupun perlawanan tetapi Tuhan tetap diperkenan oleh kesaksian Injil yang benar terlepas dari bagaimana reaksi orang terhadap pemberitaan tentang-Nya. Jangan merasa gagal, takut, malu untuk ditolak. Mari kita mengamini perkataan dari Agustinus “ Hati kami gelisah sampai beristirahat di dalam-Mu “.


3. Nantikan penganiayaan Perjalanan manusia tidaklah mudah dan seringkali kita mengalami stagnasi di setengah perjalanan karena mata fisikal maupun rohani kita tidak lagi melihat suatu keoptimisan tuk melanjutkan perjalanan untuk setia di dalam Kristus. Thomas A Kempis di dalam bukunya “ The Imitation of Christ “ mengatakan bahwa “ Penderitaanmu sungguh sangat sedikit sekali, jika dibandingkan dengan kesengsaraan para suci yang begitu banyak, dengan pencobaan-pencobaan mereka yang begitu sering terjadi, maka kamu harus mengenangkan kesukaran-kesukaran orang lain yang lebih berat agar kamu yakin bahwa penderitaanmu itu ringan, sebab hanya mengenai soal-soal kecil saja. Makin besar semangatmu untuk menderita, makin bijaksana tindakanmu dan makin banyak rahmat-Nya yang engkau kumpulkan “. Seorang tukang besi membuat ladam atau sepatu kuda. Besi itu dibakar dulu dalam api yang bersuhu tinggi bahkan sampai merah membara. Setelah merah membara, lalu dipukul dan dipukul, serta diberi bentuk. Dibakar lagi, dipukul lagi terus menerus. Mengapa harus dibakar ? supaya dapat dibentuk. Mengapa harus dipukul terus ? supaya menjadi kuat. Surat II Timotius 2:3 mengatakan “ Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupan, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya “. Inilah logika Alkitab !


Saya teringat apa yang pernah dikatakan oleh almarhum Pdt. Eka Darmaputera “ anda dan saya tidak hanya dipanggil untuk menjadi pemberita Injil tetapi juga untuk menjadi penderita Injil. Dalam I Petrus 2:20 juga dikatakan “ menderita justru karena kita benar, berbuat baik, beriman dan percaya kepada Kristus – itulah kasih karunia pada Allah. Hari ini terlalu sedikit hamba-hamba Tuhan yang rela menderita sehingga mereka melahirkan “ theology of prosperity “ dan bebas dari “ suffering “ padahal secara esensial, bagi saya “ theology of prosperity “ itu penipuan rohani. Jika kita kaya maka kita diberkati Tuhan, itu konsep yang tidak biblical, jika demikian bagaimana mereka menjelaskan para nabi dan para rasul melayani Tuhan ? Mereka melayani Tuhan hanya bermodalkan tongkat tetapi sekarang hamba Tuhan tidak bisa khotbah kalo gak ada notebook, PDA maupun Tablet PC. Apa-apaan ini ? Yohanes Pembaptis saja pakai bajunya “ CAMEL LEATHER “, Hamba Tuhan pakainya “ CAMEL ACTIVE “. Apakah berarti salah pakai barang bagus ? Not at all. Hamba Tuhan boleh pakai “ Camel Active “ tetapi bukan berarti kesuksesan hanya dinilai dari situ karena ada juga hamba Tuhan yang sederhana pakai baju merk “ BOSSOC “ pun dipakai Tuhan maupun dibuang oleh Tuhan. Oleh karena itu, poinnya adalah entah hamba Tuhan itu kaya atau miskin – mereka harus rela menderita. Titik ! Biarlah setiap kita terus rela diproses oleh Tuhan untuk berjuang di dalam kondisi apapun hanya untuk memuliakan Tuhan. Jadi orang Kristen yang gigih, kuat, ulet, tahan banting.

Amen ! Keep praying for dr. Rebecca, eti pangesti, ratna bangun and others !
Dalam Kasih Kristus
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Forever Love


Di dalam dunia ini banyak insan-insan mengejar “ forever love “ dengan segala imaginasi mereka yang “ happy ending “, sayangnya sebagian fakta membuktikan “ forever love “ benar-benarlah imaginasi sempurna yang tidak dapat dipahami oleh manusia secara sempurna. Dari putus hubungan antara sesama saudara, keluarga, kekasih kita membuat setiap kita mengalami kepesimisan di dalam menegakkan satu motto “ forever love “ yang real dan kita banyak mengatakan “ come on man, be realistic “. Apa yang terjadi disini ? Disinilah krisis pondasi cinta manusia terjadi. Apakah memang krisis itu arus terjadi ? Jika memang demikian apa yang seharusnya menjadi pondasi atau kekuatan di dalam hubungan kasih sayang ? Apakah Allah berperan di dalam hal ini ?


Ada sebuah kisah dimana ada seorang narapidana yang bernama Jean Valjean yang baru dibebaskan setelah mendekam selama 19 tahun dalam penjara yang dingin dan gelap, memperoleh kesulitan untuk menginap di motel karena masa lalunya. Walaupun kini ia memiliki uang dan berperilaku tetap cukup sopan , tidak seorangpun mengizinkan tinggal ; berita sudah tersebar luas; bahwa ia seorang bekas narapidana. Setelah seorang penduduk setempat menolak permintaan Valjean yang hanya memesan semangkuk sup dan ingin berteduh sejenak di kebun, seorang petualang yang malang itu harus menahan terpaan angin yang dingin seraya memutar otak. Ia menyelinap ke dala gubug kecil di kebun lain dan tempat berjerami sudah siap menunggunya. Tidak alam setelah ia melepaskan mantelnya, ia mendengar suara mengeram di luar. Di pintu luar tiba-tiba muncul kepala anjing bulldog yang besar. Ternyata ia salah masuk ke rumah seekor anjing.

Valjean cepat-cepat keluar tetapi sebelumnya anjing yang galak itu sudah mengoyakkan pakaiannya. Valjean berhasil melarikan diri , melompat pagar dan akhirnya duduk di atas sebuah batu besar. “ Saya bahkan kurang beruntung dari si anjing “. Katanya. Petualang yang malang itu terus berkelana. Tidak lama kemudian ia menemukan bangku kosong di depan sebuah kantor percetakan, lalu berbaring di sana. Baru saja ia mau duduk, muncul seorang wanita yang ramah dan mengatakan kepadanya bahwa ada penginapan Cuma-Cuma di seberang jalan di sebuah rumah kecil. Valjean pergi ke sana dan diterima dengan hangat di rumah pastor Myriel. Pastor yang ramah itu memberi mantan narapidana itu makanan, pakaian , penginapan Cuma-Cuma dan membantu Valjean memulihkan tenaganya. Petualang itu sangat heran melihat keramahan dan perhatian pastor tersebut. Setelah tidur nyenyak yang singkat, mantan narapidana itu bangun. Dengan berjingkat-jingkat ia pergi ke dapur, mencuri perak dari penolangnya lalu melarikan diri ke kegelapan malam. Penguasa setempat menangkap Valjean dengan hasil curian perak tersebut dan mengantarnya kembali ke rumah pendeta itu dan siap memenjarakannya sekali lagi. Valjean sangat terkejut ketika Pastor Myriel turun tangan “ Dan kamu membawanya kembali kemari ? “. Myriel berkata kepada polisi itu “ Semuanya salah paham “. Kemudian pastor itu berkata kepada Valjean, “ Temanku, sebelum engkau pergi, ini uang perakmu, ambillah . “ Myriel mengambil 2 mata uang perak dari mantelnya dan memberikannya kepada mantan narapidana itu.
Ungkapan Kasih dan Pengampunan dari Pastor Myriel telah mengubah karakter pribadi dari Valjean. Setelah momen itu berlalu ,Ia kemudian merantau ke tempat lain dan ia menjadi seorang pekerja industri dan kelak menjalankan sebuah pabrik dimana ia dikenal karena sikapnya yang adil dan penuh kasih terhadap pekerjanya. Penduduk kota mendukungnya untuk menjadi walikota dan akhirnya ia memenangkan pemilihan itu. Ia dikenal menjadi seseorang yang murah hati dan kemurahhatiannya sudah dikenal oleh masyarakat.
Pernahkah saudara mendengar kisah ini ? Kisah ini saya ambil dari novel “ Les Miserables “ , kisah tentang bagaimana si narapidana Jean Valjean menerima kasih tanpa syarat dari seorang pastor dan membuka dirinya untuk mencintai orang lain. Kisah ini begitu mengharukan serta mengerakkan hati para pembacanya pada abad ke 19 lalu dikembangkan di dalam dunia teater sehingga kisah inipun menjadi kisah drama musikal yang begitu populer bahkan sampai pada abad ke 20, kisah ini dikembangkan lagi menjadi sebuah film drama yang lebih mengerakkan hati para penontonnya. Penyerahan dan kasih yang penuh pengorbanan demikian menghasilkan kisah yang amat mengagumkan. Les Miserables dianggap sebagai novel klasik karangan Victor Hugo. Namun cinta kasih yang diberikan pendeta itu dan kelak diteruskan Jean Valjean dan perwujudan kasih itu bukan sekedar kisah dongeng semata.

Hikmah yang dapat kita terima di dalam kisah ini adalah suatu realita paling penting untuk membantu hubungan kasih sayang yang bermasalah. Karena apabila kita memberi cinta, mereka yang sangat memerlukannya – khususnya mereka yang paling dekat di keluarga kita – dipulihkan dan mendapat harapan baru. Pengarang Perancis, Victor Hugo melukiskan betapa kasih tanpa syarat dari seorang pastor berhasil meluluhkan kekerasan hati Jean Valjean dengan kasih bahkan mengasihi orang lain dengan penuh pengorbanan sehingga Valjean termotivasi berbuat baik kendati hal itu berarti ia harus kehilangan kenyamanan pribadi dan mengancam kepentingan dirinya sendiri. Victor Hugo pernah menulis demikian. “ Kebahagiaan sejati dalam hidup merupakan pengakuan atau conviction bahwa kita dicintai “.

Banyak yang sependapat dengan sang pengarang termasuk Freud dan William James. Sigmund Freud mengatakan Kasih adalah persyaratan utama dari kesehatan mental. William James mengatakan bahwa prinsip terutama di dalam sifat manusia adalah keinginan atau hasrat ingin dihargai.

Parapemimpin agama dan aliran masa kinipun setuju bahwa cinta kasih menduduki pusat atau inti dalam pencarian seseorang. Tetapi sangat disayangkan bahwa dalam dunia sekarang ini, pusat perhatian kita lebih banyak pada penerimaan kasih ketimbang memberikan kasih.
Sebagian besar pasangan yang banyak saya kenal dan temui mengeluhkan hubungan mereka dengan pasangan dengan alasan kurangnya perhatian, rasa dihargai dan kurangnya kasih sayang selama berjalannya tahun mereka jalani. Mereka merasakan ada kekurangan di dalam hal ini dan mereka mulai berusaha menjelajah untuk mencari apakah cinta yang sejati itu. Kasih sayang merupakan suatu kebutuhan emosional manusia yang paling sensitif dan dalam. pendapat yang bernada sama dikemukakan oleh Gary Chapman dan Dr. James Dobson. Adalah suatu realita bahwa banyak sekali masalah-masalah yang terjadi khususnya di dalam hubungan kasih sayang antar pasangan. Apa yang menjadi masalah disini ? Masalahnya adalah Fokus dari kasih sayang itu sendiri. Mengapa demikian ? Karena begitu banyak hubungan pacaran maupun perkawinan salah menetapkan suatu fokus bahwa kita hanya memusatkan perhatian kepada menerima kasih. Itu adalah fokus yang salah dan fatal ! Justru selain kita memusatkan perhatian menerima kasih, kita juga harus memberikan kasih. Itulah Fokus yang benar dan suatu fakta dasar bahwa setiap orang ingin menjadi orang yang berarti. Disinilah kesalahan yang sering kali dilakukan khususnya oleh sebagian pasangan pria. Pasangan pria sangat mengharapkan cinta kasih dari pasangan wanita dan biasanya sang pria suka mengambil suatu keputusan bahwa jika sang wanita tidak mendekati ia dan tidak mengasihi dia maka sang pria merasa ingin jauh pergi daripadanya. “ Ia menunggu cinta sebelum ia mencintai. Akan tetapi, seseorang harus mulai mengambil inisiatif. Mengapa hal itu harus datang dari orang lain ?

Inilah masalah dari hubungan kasih sayang antar pasangan. Di dalam dunia ini kita dapat melihat begitu banyaknya pasangan-pasangan baik sudah menikah maupun masih di dalam tahap pacaran tetapi sebagian dari mereka memiliki konsep tentang cinta yang salah. Love is not emotion ! Love is not Passion ! Dalam kenyataannya, cinta kasih merupakan sikap dengan perilaku yang sesuai. Cinta adalah sikap yang menyatakan “ Saya memilih untuk memperhatikan minat dan kepentinganmu. Bagaimana saya bisa membantumu ? “. Kemudian kasih itu diungkapkan dalam perilaku. Kalau cinta itu berbau emosi dan nafsu maka cinta itu menguntungkan alias duniawi tetapi cinta yang sejati adalah cinta yang rela dirugikan. Mengapa demikian ? Jika kita melihat Allah Bapa yang mencintai manusia baik dan jahat, Allah tidak menerima keuntungan di dalam kasihNya. Justru KasihNya membuatNya rugi. Pertanyaan yang muncul adalah “ Mengapa Allah kok rela menjalani semuanya ini ? Semuanya karena kasihNya yang tanpa syarat buat kita semua. Itulah Kasih sebenar ! Saudara … Cinta bukanlah sesuatu yang gampang atau sederhana ! Lazimnya, banyak sebagian dari para remaja memiliki suatu pemikiran bahwa cinta adalah hal yang paling sederhana didunia untuk dimengerti: sangat mudah untuk dimengerti: sangat mudah untuk mencintai: tidak membutuhkan pemikiran ataupun upaya. Cinta hanya sekadar melakukan sesuatu yang alami. No !!! Suatu fakta bahwa cinta itu mahal dan cinta meminta banyak dari orang yang mencintai bahkan apabila memberi merupakan sukacita yang sesungguhnya.

Pepatah emas mengatakan “ Lakukan terhadap orang lain apa yang ingin mereka lakukan terhadapmu “. Hal ini sesungguhnya merupakan definisi cinta. Cinta adalah perbuatan yang keluar dari hati dan pikiran. Cinta adalah perbuatan yang tumbuh dari sikap “ I will give my best to him / her “. Cinta adalah melakukan sesuatu bagi orang lain yang juga diinginkan diperbuat terhadapmu. Dasar Cinta Kasih adalah cara berpikir dan berperilaku. Dari dasar itu maka akan tumbuh suatu pengertian, saat kita mencintai kekasih kita, walaupun kita memiliki perasaan negatif tentang dia ataupun sakit hati terhadapnya … tidak mengurangi bobot cinta kasih kita kepada kekasih kita. Saya dengan penuh keyakinan berani menyatakan bahwa pada saat hubungan kasih sayang berada di dalam komitmen perkawinan maka saudara akan melihat orang yang menjadi pasangan saudara, yang akan berjuang dan mempertahankan saudara dan setia berdoa demi saudara walaupun keadaan menjadi buruk. Itulah anugerah Allah kepada manusia. Di dalam Kitab Kejadian 2:18, kita dapat melihat bahwa meskipun Adam akrab dengan
Tuhan, Ia hidup dalam taman Firdaus tanpa kemiskinan, kelaparan, penderitaan, tangisan. Ia memiliki bumi dengan segala yang dilimpahkan Tuhan kepadanya, Ia memiliki Allah sebagai Bapanya tetapi ia tetap memerlukan seseorang lainnya. Ia memerlukan hubungan antar manusia. Disini D. Sscheunemann berpendapat bahwa Adam merasakan adanya pengalaman kesunyian dan kegelisahan eksistensial. Lalu Allah Bapa berkata “ Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia ( Kejadian 2:18). Kata ‘ Sepadan ‘ memiliki makna yang begitu dalam yaitu saling melengkapi. Sesudah menciptakan manusia agar saling mencintai lalu Allah menyatakan kehendaknya tentang keluarga “ Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu . Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia ( Markus 10:7-9 )”. Tetapi karena dosa manusia menghalangi semuanya itu sehingga cinta sudah diselewengkan oleh egoisme, nafsu, kecemburuan, kecurigaan, ketidakmatangan, kelemahan manusia sehingga cinta tidaklah romantis seperti yang dijanjikan.

Kenyataan bahwa cinta itu suatu perbuatan ketimbang emosi berarti bahwa saya bisa mencintai pasangan saya walaupun saya tidak memiliki perasaan emosional yang hangat terhadapnya. Anda dan saya mungkin saja mempunyai perasaan negatif dan masih memilih untuk mencintai pasangan kita. Itulah sebabnya mengapa dalam abad pertama, rasul Paulus menuliskan kepada para suami “ Cintailah Istrimu, sebagaimana Kristus mencintai gereja dan mengorbankan nyawanya “ ( dengan mati di atas kayu salib ). Dalam surat yang lain, Paulus menantang seorang wanita tua untuk ‘ mendidik mereka yang lebih muda untuk mencintai suaminya ‘. Cinta kasih bisa dipelajari karena bukan merupakan suatu emotion. Mengapa ? Karena Emosi yang berdiri sendiri tidaklah berarti. Perasaan yang tidak dibimbing oleh pemikiran rasional terkadang dapat menyesatkan kita. Jika memang demikian, maka cinta yang tidak dibantu oleh intelek memang merupakan cinta yang buta.

Perbuataan kasih kita cenderung menstimulir perasaan positif dalam diri pasangan. Emosi ini mendorong pasangan kita untuk menanggapi. Apabila pasangan kita mengungkapkan perbuatan kasih terhadap kita, maka perasaan kita bereaksi dan kita mulai merasa hangat terhadapnya. Dengan demikian perasaan cinta itu tumbuh dari perbuatan kasih. Kehangatan emosional bisa dilahirkan kembali dalam sebuah perkawinan, namun merupakan hasil dari perbuatan kasih. Jika kita hanya sekedar menunggu agar perasaan hangat itu muncul kembali, kita mungkin menunggu dengan sia-sia; akan tetapi jika kita memilih melakukan perbuatan kasih terhadap pasangan kita; kita mengerakkan siklus perputaran yang menstimulir perasaan yang hangat.
Dari semua yang dijabarkan di atas , apakah yang menjadi kekuatan cinta sebenar bagi manusia ? Bagi saya , kekuatannya adalah komitmen. Komitmen kepada Tuhan, Komitmen pada diri sendiri, komitmen pada kekasih kita selama hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, bukan kehendak diri sendiri. Beri yang terbaik buat Tuhan, Beri yang terbaik buat kekasih kita, beri yang terbaik buat diri kita sendiri sesuai dengan apa yang diperkenankan oleh Tuhan. Tanpa komitmen maka hubungan kasih sayang lemah karena tidak ada dasar yang kuat ! Tanpa komitmen maka tidak ada tempat berpijak untuk melangkah bersama menuju tujuan ! Tanpa komitmen maka tidak ada harapan tuk berjuang ! Disinilah bentuk suatu pengabdian ! Tetapi Pada saat saudara memproklamirkan komitmen, saudara harus terlebih dahulu bergumul kepada Tuhan. Jika saudara memproklamirkan komitmen berdasarkan kehendak diri sendiri lalu saudara mengandalkan diri saudara sendiri maka saudara tetap gagal ! Mengapa demikian ? Karena saudara tidak memiliki kekuatan di dalam memelihara komitmen yang saudara proklamirkan. Tiada seorangpun yang dapat mengandalkan dirinya sendiri selain bersandar kepada kehendak Allah.

Oleh karena itu, kita sebagai orang kristen haruslah selalu meyakini apa yang dinyatakan oleh John Calvin bahwa Selain Diri Allah, tidak ada hal yang lebih besar dari kehendak Allah. Kekuatan cinta bukanlah keluar dari manusia tetapi Allah. Dialah yang empunya Kasih Abadi yang tidak pernah dapat dimiliki oleh ilah-ilah lain. Karena kasihNya yang begitu besar sehingga Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi Juruselamat dunia ini. Melalui apa ? penderitaan dan kematianNya di atas kayu salib di bukit Golgota tetapi ia tidak hanya mati meninggalkan kita sebatang kara tetapi ia bangkit dari kematian membuktikan bahwa Ialah Kasih yang sanggup mengubah segalanya. Ia bangkit dan naik ke sorga menyediakan tempat bagi anak-anakNya. Ini menunjukkan KasihNya yang tidak pernah berubah. Salah satu pekerjaan Tuhan Yesus saat ia turun ke dunia adalah menyatakan kepada saudara dan saya bahwa Allah mengasihi saudara dan saya dengan cara yang sangat pribadi. Kematian Kristus di atas kayu salib adalah suatu Pengabdian atau komitmen Terbesar yang tidak pernah dilakukan oleh seorangpun selain Allah karena tidak ada yang mampu memberikan cinta tanpa syaratNya kepada manusia yang penuh dengan dosa ini. Oswald Chamber menegaskan bahwa Allah tidak menuntut kita untuk meniru Yesus Kristus, namun Dia menghendaki kita untuk mengundang hidup Yesus untuk dinyatakan dalam daging kita. Ialah empunya Kasih Abadi itu. Saudara … Seberapa luas kasih Allah ? Cukup luas untuk seluruh dunia ini. Apakah saudara termasuk dalam dunia ini ? kalau begitu maka saudara dan saya termasuk dalam kasih Allah. Saya setuju dengan John Owen bahwa “ Tidak akan ada cinta sejati atas hal-hal rohani dalam diri manusia, kecuali bila terjadi pembaruan rohani atau kelahiran baru dalam hidup mereka, sebagai karya dari anugerah Allah dan kuasa IlahiNya. “ Sebab jika Allah tidak menghendaki karya mencipta maka penciptaan itu tidak ada dan tidak ada ciptaan apapun yang terjadi. Jika Allah tidak menghendaki karya penebusan , maka tentu tidak ada umat siapapun yang ditebus. Begitu juga jika Allah tidak menghendaki adanya karya pewahyuan maka tiada satupun yang bisa mengenal Dia akan kebenaranNya. Maka kehendak Allah adalah unsur mutlak yang menentukan segala sesuatu di dalam alam semesta. Disinilah teologi reformed berperan dalam penegasan konsistensi kehendak Allah dan kedaulatan Allah berdasarkan rencana yang tidak berubah sepanjang sejarah. Maka kekuatan cinta adalah komitmen yang sesuai dengan kehendak Allah. Biarlah kita kembali kepada Alkitab bahwa hubungan yang dikehendaki Allah tidaklah dapat dipisahkan oleh siapapun juga. Dan satu hal lagi yang selalu saya ingat bahwa kita harus menegakkan tekad yang kuat hanya untuk mau mempermuliakan nama Tuhan Yesus Kristus. ( Di dalam Westminster Shorter Catechism ( Katekismus Westminster ) diungkapkan “ Apakah yang menjadi tujuan tertinggi dari hidup manusia ? “ Jawabnya adalah “ untuk mempermuliakan Tuhan dan bersukacita di dalamNya senantiasa. Bagaimana dengan kita ? Sudahkah kita memuliakan Dia ? Apakah kita telah memahami betapa besar kasih yang Ia berikan kepada kita semua ? Bagaimana saudara dengan pasangan saudara ? Sudahkah kita memperhatikan orang yang kita sayangi dengan tulus hati, tidak mengharapkan untuk menerima cinta saja tetapi memberikan cinta kita kepada mereka. ? Sudahkah kita berdoa bagi kekasih saudara, mendukungnya pula di dalam segala kebutuhannya ? Terakhir, Sudahkah saudara menerima komitmen saudara sebagai kekuatan kasih sayang saudara kepada orang lain ? Sudahkah saudara menyerahkan semua komitmen saudara kepada Tuhan agar semuanya berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak terjeblos ke dalam ambisi pribadi ? Kiranya melalui Firman Tuhan, kita semakin dikuatkan oleh Tuhan melalui komitmen yang Tuhan telah percayakan kepada kita semuanya dan biarlah kita tidak semena-mena menikmati anugerah Allah yang indah ini. amen ...
Forever Love
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

Declaring The Only Gospel

Berawal dari seorang rekan di MRII Taichung memberikan “ sounding “ mengenai film “ THE GOSPEL “ mengajak setiap kita untuk berefleksi secara theologis maupun spiritual. Film ini merupakan hasil dari kontemporerasi Injil Lukas 15:11-32 mengenai hidup manusia yang penuh konflik, pengejaran karier di dalam maupun luar gereja, kisah cinta yang “ complicated “ dan … “ THE PRODIGAL SON “. Menurut saya film ini dikemas sangat berbau “ Hollywood “ dan jika dibandingkan dengan apa yang dipaparkan dalam Injil Lukas 15:11-32 maka sejujurnya banyak “ meaning “ yang tidak nampak dari film tersebut karena gaya kontemporer yang cukup berlebihan. Tetapi meski demikian, ada “ goal “ secara general yang baik yaitu “ The Prodigal Son – He’s Back “.

Pastor Fred Taylor adalah gembala senior dariRevelation Church dan ia begitu bangga kepada anaknya “ David Taylor “ beserta teman baiknya “ Charles Frank “ yang begitu energik dalam melayani Tuhan dan belajar Firman Tuhan. Sebuah tragedi kematian ibundanya membuat David tidak bisa menerima realita bahwa ayahnya masih sibuk di gereja dan terlambat datang ke rumah sakit. David begitu marah dan meninggalkan papanya dan gereja selama 15 tahun. Selama 15 tahun, David hidup di dalam keglamouran sehingga ia menjadi “ Hip Hop Star “. Mendengar ayahnya jatuh sakit, David menjenguknya dan berkecimpung kembali dalam gereja dan saat ayahnya meninggal dunia, ia begitu marah kepada Tuhan dan juga melihat Charles Frank yang mengambil tempat ayahnya dan menyalahgunakan gereja sebagai ajang promosi pribadinya. Akhirnya semuanya “ bertobat “, Pastor Charles Frank bertobat dari egoisme dirinya dan David kembali bertobat ke rumah Tuhan.

Beberapa pergumulan spiritual yang saya alami setelah saya melihat film kontemporer ini yaitu sebagai berikut :
1. Apakah HIP HOP yang membawa orang datang ke gereja atau KRISTUS ? Memang kita dapat melihat background film bagi African American Christian dalam Black Church di Atlanta dimana HIP HOP dan JAZZ adalah keseharian mereka. Musik mereka terkesan terlalu expressive daripada “ Ron Kenoly “ maupun “ Alvin Slaughter “ dari Integrity Music ( atau mungkin satu community ? ). Saya mengajak saudara sekalian tuk memikirkan bagaimana gereja berperan di dalam “ culture “ ? Gereja dipanggil bukan untuk “ dipengaruhi “ oleh culture tetapi “ mempengaruhi “ culture. Saya kira ini hal ini penting untuk setiap kita gumulkan karena jika gereja dipengaruhi oleh culture maka jangan-jangan culture menjadi raja dalam gereja. No way ! Jika culture menjadi raja maka kekreatifan manusia menjadi raja maka kembali gereja bukan lagi berlandaskan kepada “ God Centered “ tetapi jatuh ke asas “ self centered “. Gereja berdiri tegak atas pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup ! Kita bukan dipanggil untuk menyenangkan jemaat tetapi kita dipanggil untuk mengembalakan jemaat membawa mereka kepada jalur yang benar. Saya tidak habis-habisnya berkata-kata di atas mimbar bahwa seringkali kita membawa “ perspektif – perspektif “ ke dalam gereja padahal perspektif tidak memiliki hak untuk menggantikan tempat dari “ Prinsip “. Prinsip tetaplah Prinsip dan Perspektif tetaplah Perspektif. Janganlah kita memutarbalikan prinsip menjadi perspektif dan perspektif dijadikan prinsip, akibatnya fatal dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
2. Apakah semua hamba Tuhan pasti memiliki motivasi murni dalam menggembalakan jemaat-Nya ? Dari film tersebut, kita menemukan bahwa Pastor Charles Frank memiliki motivasi yang mengerikan yaitu menjadi “ spiritual celebrity “. Setelah mengantikan Pastor Fred Taylor, ia mengubah gereja menjadi begitu modis dan Pastor Charles Frank teracuni oleh “ kenikmatan dalam power “ dan jatuh ke dalam “ self promotion “. Apakah ini hanya problem dari Pastor Charles Frank ? ini problema semua hamba Tuhan, jika hamba-hamba Tuhan tidak setia kepada Tuhan maka hidup mereka akan gampang sekali dikendalikan oleh “ POWER – MONEY – WOMAN “. Saya mengingat Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengatakan bahwa hamba Tuhan yang mengharapkan kenikmatan itu bukan hamba alias binatang ! Adalah benar statement yang keras tersebut ! Hari ini banyak hamba Tuhan maunya cepat-cepat sukses jadi hamba Tuhan terkenal, mereka bangun organisasi penginjilan meniru hamba-hamba Tuhan besar seperti BGEA, RZIM, STEMI, etc dan mengharapkan seluruh dunia bisa mengenal mereka. Mereka lupa bahwa hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan adalah orang yang mengalami proses “ in making “ dalam Tuhan. Sayangnya banyak hamba Tuhan tidak menghiraukan proses pertumbuhan “ in making “ tersebut sehingga banyak hamba Tuhan begitu rentan jatuh ke dalam dosa “ POWER – MONEY – WOMAN “. Mereka lebih suka “ instant “ dalam perjalanan mereka sebagai hamba Tuhan. Saya tertarik kepada ungkapan dari Karl Marx, kenapa banyak orang mau jadi hamba Tuhan ? karena mereka kepingin menjadi selebritis. Hamba Tuhan, mulai pakai baju bersih, jas rapi dan sepatu mengkilap, jika bukan hamba Tuhan, profesi apa yang pakai pakaian demikian jika bukan orang kaya ? ia memberikan sindiran yang mengelitik saya karena image hamba Tuhan dinilai jadi kaum borjuis tetapi lewat jalan “ tikus “. Kedua, setiap statement yang hamba Tuhan ucapkan apakah pasti murni dari Tuhan ? Dewasa ini, banyak gereja yang sudah kurang memiliki keberanian untuk menegur dosa jemaat sehingga mereka jatuh ke dalam satu ekstreme untuk menyenangkan jemaat agar uang kolektenya bisa banyak dan mengalir terus menerus. Apa-apaan ini ? Mereka khotbah sesuai dengan apa yang disukai oleh jemaat maka tidak heran gereja mereka secara kuantitas kelihatan banyak dan bertumbuh karena mereka menyukainya. Hamba Tuhan yang mental seperti ini tidak beda dengan salesman yang menawarkan barang dengan bahasa yang indah-indah sehingga konsumen tergiur dan membelinya. Berarti hamba Tuhan jual kata-kata donk biar dapat “ fulus “ ? Dimanakah hamba-hamba Tuhan bermental “ kesucian “ berani menegur dosa saudara dan saya ? Dimanakah hamba-hamba Tuhan yang memiliki semangat seperti Jonathan Edwards, Martyn Llyod Jones, John Sung di abad ini ?
Adapepatah Hokien mengatakan “ Janganlah engkau menjual kata-kata untuk bekerja tetapi bekerjalah dengan keringatmu ! “. Menjadi peringatan kepada kita sebagai hamba Tuhan agar dalam pekerjaan kita, kita bukan “ menjual Firman “ tetapi “ Firman “ hidup dalam kita dan bekerja melayani Tuhan bagi kemuliaanNya. Awalnya Pastor Charles Frank jatuh ke dalam dosa “ POWER – SELF PROMOTION “ tetapi saat waktu-Nya tiba, ia tidak dapat berdalih bahwa dirinya telah berdosa dan Tuhan masih berbelas kasihan memanggilnya kembali kepada motivasi suci yang sesungguhnya dan melayani dengan “ semangat pelayanan “ dari Tuhan. Tuhan bekerja memanggil jemaat-jemaat dari berbagai background bahkan dari gangster pun bertobat dan David Taylor pun “ bertobat “ kembali kepada Tuhan. Itulah belas kasihan Tuhan buat mereka dan itupun berlaku bagi saudara dan saya … dimanakah engkau hari ini ?


Dalam Kasih Kristus
Ev. Daniel Santoso
Taipei , Taiwan, ROC
Keep Your " Fire " Burning

Don't just look, Pray !


Dalam beberapa hari ini, seluruh media elektronik maupun media cetak banyak memberikan ulasan tragis yang menyedot pemirsa dan pembaca untuk menyimaknya yaitu bencana gempa bumi di Bantul, Yogyakarta yang diperkirakan oleh para vulcanologist merupakan reaksi dari aktivitas Gunung Merapi yang sedang aktif mengeluarkan lava panas dan gas toxic yang tinggi. Menurut pengamatan International, gempa bumi tersebut telah menghancurkan kurang lebih 647.000 rumah penduduk. Jumlah kematian warga Bantul dari 6.3 magnitude quake sekarang ini udah naik menuju angka 6.234 mayat dan 30.000 orang terluka parah.


Yogyakarta mengalami efek dari gempa bumi tersebut sehingga Istana Keraton – Ngayogyakarta Hadiningrat (dibangun tahun 1756) mengalami kerusakan yang parah. Pernahkah saudara memikirkan betapa susahnya mereka yang berada di tempat penampungan ? Ribuan orang harus antri untuk menerima bala bantuan, tidur di tempat yang seadanya, belum lagi antri untuk ke temporary toilet ( please tell me, what is the best design for a temporary toilet for Indonesian earthquake victims ? ), tidak heran jika UNICEF engineer Dara Johnston mengatakan “ People have now where to go to the toilet, so if it is raining you’ve got what they are doing on the ground flowing around the place “.


Beberapa hari yang lalu, The China Post menampilkan foto seorang ayah yang duduk di atas reruntuhan rumahnya yang sudah hancur sedang menangis sambil menutup wajahnya setelah gagal menemukan istri dan anaknya – oh foto tersebut membuat saya tertegun melihat kehidupan ini begitu “ meaningless “. Setelah bencana Tsunami tahun 2004 di Aceh yang telah merenggut nyawa kurang lebih 131.000 korban jiwa, ditambah bencana gempa bumi di Bantul, bukankah hidup manusia begitu “ fragile “ dan “ meaningless “ ? ( Pengkhotbah 1:2 )


Banyak orang yang kehilangan orang yang dicintainya akan berteriak “ Tuhan, mengapa engkau mengambil dirinya dariku ? “. Adalah satu reaksi yang jujur mengekspresikan betapa ia kehilangan seorang yang dikasihinya. Melalui reaksi kejujuran tersebut kita harus belajar menerima satu realita bahwa semua berada dalam Kedaulatan dan Keadilan Allah. Setiap orang kristen percaya hidup manusia tidak lepas dari apa yang namanya pemeliharaan Allah. Jika kita kehilangan seorang yang kita kasihi maka semuanya termasuk berada di dalam pemeliharaan-Nya. Mungkin kita akan memberikan complain “ Mengapa semuanya itu harus terjadi ? “.
Rabbi Harold Kushner, Author dari “ When Bad Things Happen to Good People “ memberikan usulan kelemahan Ilahi atau ketidakmampuan Allah sebagai jawabannya; Allah tidak mengatasi semua kejahatan / penderitaan karena Ia tidak dapat melakukannya – meskipun Ia melakukan yang terbaik. Jika memang demikian, apakah berarti Rabbi Harold Kushner menolak doktrin kristen mengenai kemahakuasaan, kemahatahuan, kedaulatan Ilahi, kebaikan Allah ? Bagi John M. Frame , justru apa yang dipaparkan oleh Harold Kushner itu bertentangan dengan Alkitab. Dalam bukunya, “ Apologetics to the Glory of God “ John M. Frame memberikan respon bahwa solusi Rabbi Harold Kushner justru bertentangan dengan Alkitab. Alkitab jelas memaparkan Kemahatahuan Tuhan ( Mazmur 139; Ibrani 4:11-13, Yesaya 46:10, I Yohanes
3:20), Kemahakuasaan Tuhan ( Mazmur 115:3, Yesaya 14:24,27, 46:10, 55:11, Lukas 18:27) dan kedaulatan Tuhan ( Roma 11:33-36, I Timotius 6:15-16 ) sebagai inti doktrin dari Allah. Jika demikian, apakah berarti penyebab seluruh kejadian tragis ini berada dalam kedaulatan Allah ? Frame memberikan respon bahwa Alkitab tidak pernah berasumsi bahwa Allah berhutang kepada kita suatu penjelasan tentang apa yang Ia lakukan.
1. Kita tidak berhak untuk memprotes Allah.
2. Allah tidak berada di bawah kewajiban apapun untuk memberi kita suatu jawaban yang secara intelektual memuaskan atas problem kajahatan.
3. Kedaulatan Allah tidak boleh dipertanyakan sehubungan dengan problem kejahatan ; malah harus digarisbawahi.
4. Firman Tuhan, Kebenaran-Nya – sama-sama dapat dipercayai.
5. Sesungguhnya, Allah bukan tidak adil. Ia kudus, adil dan baik
6. Allah sebagai Tuhan yang berdaulat adalah standar dari tindakan-Nya sendiri


Dalam keadaan seperti ini terkadang manusia sulit untuk melihat lebih dalam betapa Tuhan dapat berkarya dari balik sesuatu yang tragis tetapi jika kita melihat Ibrani pasal 11 kita akan menemukan para pahlawan iman yang tabah dalam penderitaan-penderitaan yang mengerikan. Mereka berjalan dengan iman. Mereka pegang Firman Allah dan Firman dapat dipercaya meski Firman tersebut tidak memberikan jawaban tuntas semua pertanyaan mereka mengenai mengapa mereka harus menderita. Frame menekankan bahwa Sifat dari iman adalah tekun maka Firman Tuhan akan menguatkan mereka yang menderita untuk tekun berpegang teguh pada janji-janji Allah dan tidak untuk dikuasai oleh keragu-raguan.


Dalam Christian death, kita percaya bahwa death bukanlah sesuatu yang harus ditakuti oleh manusia karena death is not the end but the beginning. Death bukanlah akhir dari segalanya tetapi suatu permulaan menuju kekekalan. Saya pernah kehilangan orang yang saya kasihi tetapi Tuhan memberikan memory “ kehilangan “ itu buat saya untuk “ bangkit “ dari “ kematian “ saya mencintai diri sendiri. Saya belajar menekuni hidup yang begitu complicated ini dan saya percaya setiap manusia juga dipanggil untuk belajar menekuni kedaulatan Allah dan keadilan Allah. Manusia bukanlah Allah, hanyalah ” a created man, limited man, polluted man “ ! mau apa manusia di hadapan Tuhan ! meski kadang kita dapat menganggap Allah unfair terhadap manusia tetapi banyak hal yang dapat kita introspeksi diri dari apa yang terjadi di sekeliling kita. Penderitaan mengajarkan kepada kita – apakah itu dosa ? manusia telah jatuh ke dalam dosa dan manusia sudah menganggap dosa begitu “ manis “ sehingga manusia menyukai dosa bahkan semakin berani melakukan dosa yang lebih biadab. Saya percaya, Penderitaan itu ada untuk mengingatkan kepada setiap manusia bahwa dosa itu bukan manis tetapi PAHIT ! kenapa manusia harus alami semuanya ? Marilah kita belajar melihat bahwa penderitaan itu harus ada untuk mengajak setiap manusia tuk mengenal diri betapa rusaknya mereka sehingga patut kembali kepada sumber originalitas penciptaan yaitu Sang Pencipta. Kedua, Terkadang penderitaan datang untuk membuat setiap kita waspada dalam kehidupan kita dan membuat hati kita lebih lurus melakukan hidup yang diperkenan Tuhan. Ketiga, Yesus Kristus pun mengalami serangkaian penderitaan yang harus Ia tanggungkan untuk menebus dosa manusia. Thomas Watson, seorang Puritan terkenal memberikan satu penjelasan yang menguatkan saya yaitu Allah berkarya secara berdaulat di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. ( Roma 8:28). Seorang Pastor dari Westminster Chapel - London, Martyn Llyod Jones dalam bukunya “ Spiritual Depression “ menegur pribadi saya untuk tetap berdiri teguh mempercayai dengan iman dalam keadaan apapun, orang kristen tidak boleh berada dalam keadaan bingung atau gelisah, kehabisan akal, kehilangan kendali diri karena jika itu terjadi pada orang kristen, itu problem orang non-kristen. Llyod Jones menekankan bahwa orang kristen memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang-orang non –kristen yaitu Kristus. Hari ini banyak orang kristen mempertanyaan kekristenan sendiri setelah earthquake victims terjadi di Bantul, Dimana Tuhan ? Maka saya memilih untuk memberikan pertanyaan kembali “ hey orang kristen, Dimanakah imanmu ? “.Llyod Jones lebih keras menantang setiap kita “ Kau telah memperoleh iman itu, mengapa tidak engkau terapkan, mengapa engkau tidak memfokuskannya pada masalah khusus ini ? “. Banyak orang kristen mengklaim diri kristen tetapi kurang beriman kepada Kristus karena tiada trust and obey, believe in Him, depend on God, hanya ada ketakutan karena dihimpit oleh kesulitan ! Jika demikian, ada hak apa mereka berani mengklaim diri orang kristen ? Dalam Filipi 1:29 jelas dipaparkan bahwa “ Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita bagi Dia “.


Melihat korban bencana Bantul, Yogyakarta yang terkapar, saya merenungkan satu hal “ Apakah yang orang kristen telah lakukan bagi mereka ? “. Dalam sebuah milis berbahasa Indonesia, seorang pendeta liberal di Netherland memberikan pernyataan “ jangan sembarangan memberikan bantuan kepada mereka karena adalah mungkin Tuhan hendak memberikan “ hukuman “ kepada mereka. Kalau kita memberikan bantuan kepada mereka, bukankah kita justru melawan Tuhan ? “. Menurut saya statement tersebut cukup menarik , tetapi sayangnya “ out of context “ dalam melihat atribut Allah. Memang kita perlu hikmat dalam memberikan bantuan dan kita percaya Tuhan kita adalah Tuhan yang adil tetapi juga murah hati. Meskipun terkadang Allah kecewa terhadap kita dan seringkali menegur kita dengan keadilan-Nya tetapi Dia tidak akan pernah membiarkan kita. Seperti apa yang pernah dialami oleh seorang korban Tsunami yang bersyukur karena pertolongan Tuhan datang melalui bala bantuan makanan dan medis. Dari sana saya belajar melihat setiap bantuan makanan maupun medis datang bukan pertolongan humanis murni manusia tetapi Kemurahhatian Allah nyata melalui para donatur. Puji Tuhan ! Jika demikian, apa yang saudara lakukan ? hanya melihat tanpa berespon ? Tuhan bisa pakai saudara dan saya jadi “ alat Tuhan “ untuk membantu mereka baik melalui bantuan material maupun spiritual. don’t just look , help them and pray for them …. Jangan liat doank, doakanlah mereka agar mereka dapat berbalik kepada Tuhan dan mempercayai kedaulatan Allah atas seluruh ciptaan dan belajar memuliakan Tuhan serta menikmati Tuhan dimanapun mereka berada. Saya percaya bahwa dibalik setiap penderitaan manusia ada kebaikan Allah bagi umat-Nya dan semuanya di dalam waktu-Nya, bukan waktu manusia … “ He hath made every thing beautiful in his time “Ecclesiastes
3:11. Solideo Gloria ! … Kuatkanlah hatimu, Aku ( Yesus ) telah mengalahkan dunia ( Yohanes
16:33)



Dalam Kasih Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, R.O.C
Waiting for His Guidance

Seek The Only Truth

" DA VINCI CODE " menjadi salah satu isu kontemporer yang melanda dunia entertaiment, literature and religion. Tidak sedikit, perdebatan teologis, filosofis maupun etika muncul dari pembaca dalam menikmati fenomena literature tersebut. Apakah semuanya ini real ? Novel yang dianggap spektakuler oleh para pembaca mengangkat reputasi Mr. Dan Brown, penulis dari novel tersebut dianggap sebagai novelist beken dekade ini karena penjualan novelnya yang meledak di seluruh dunia hingga 40 juta eksemplar. Dari " Record " yang begitu mengagumkan, Ron Howard dan Sony Pictures membeli " copyright "nya untuk membawa " Brown's alienation " tersebut ke dalam " movie's pixels ". Film " Da Vinci Code " akhirnya ditayangkan secara serempak di seluruh dunia pada tanggal 18 Mei 2006.

Bermula dari pembunuhan seorang ahli seni dari Museum Louvre, Jacques Sauniere oleh seorang biarawan "OPUS DEI" bernama Silas, demi mencari rahasia batu kunci dari " The Priory of Zion " yaitu letak " The Holy Grail ". Sebelum Sauniere meninggal dunia, ia memberikan tanda-tanda sandi kepada Sophie ( seorang ahli symbology Perancis dan cucu perempuan Sauniere ) dan Robert Langdon ( Professor dari Harvard University dalam bidang symbology ). Dari sini, Kisah mereka mencari jawaban mulai mendebarkan baik kejaran dari " The Priory of Zion " maupun polisi Perancis. Di tengah cerita, mereka bertemu dengan Sir Leigh Teabing ( pendoktrinasi iman Don Brown ) yang memaparkan kebidatan teologis mereka bahwa :
1. Yesus hanyalah manusia biasa ( Plot " The Temptation of Christ terulang kembali ). Teabing memberikan sejarah gereja yang " fiction " bahwa The Great Constantine adalah Kaisar yang melegalkan Konsili Nicea bahwa Yesus itu Tuhan 100 % karena demi kepentingan politik. ( mana ada sejarah demikian ? Konsili Nicea diadakan karena ada ajaran-ajaran bidat yang tidak mengakui keilahian Yesus, contoh Arius ). Mr. Brown dalam dunia " fiction " sudah melakukan penghujatan karena ia tidak memberikan statement of faith. Yesus adalah Tuhan ( Yohanes 1:1 )
2. Alkitab orang kristen khususnya Perjanjian baru dianggap " tidak sah " karena ulah Constantine ikut-ikutan dalam menyusun kitab-kitab tersebut. Disini Mr. Brown memberikan pikiran " fiction "nya bahwa Constantine memilih sendiri kitab-kitab Perjanjian Baru dan membakar kitab-kitab lainnya ( dalam hal ini ia menunjukkan pembelaannya terhadap " The Dead Seas Croll " dan " Nag Hammadi Document " - padahal " The Dead Seas Scroll " hanyalah fragmen dari jewish tradition dan " Nag Hammadi Document " ditulis oleh orang kristen yang " Gnostik " alias percaya mythology. ) Apakah itu benar ? Pdt.Dr.Ir. Bambang Wijaya memberikan informasi yang penting dalam sejarah penyusunan kitab-kitab tersebut yaitu Konsili Nicea tidak berbicara mengenai penyusunan Perjanjian Baru karena kitab-kitab tersebut telah disimpan 2 abad sebelumnya ) dan ada tulisan Ireanus yang mengatakan menyetujui 4 Injil Synoptic sebagai Firman.
3. Yesus menikah dengan Maria Magdalena. ( tidak heran, film" The Temptation of Christ " juga menyatakan konsep bidat yang sama ). dari mana pengamatan tersebut ? Don Brown mengajak pembaca dan pemirsa melihat bukti tersebut dari :
a. Lukisan Da Vinci Code ; ada gambar perempuan di sebelah Yesus yang dituding oleh Rasul Petrus. ( padahal itu bukan perempuan tetapi Yohanes yang digambarkan muda dan " lemah lembut " - bukan banci atau gay ).
b. Statement Mr. Brown bahwa orang Yahudi yang tidak menikah adalah Terkutuk ! walah, mboh maksud ! Justru Yesus tidak menikah untuk menyatakan satu pelegalan bahwa orang gak nikah itu lumrah, jika ada panggilan Tuhan untuk selibat. Memang tidak baik manusia seorang diri sehingga manusia perlu penolong dalam hidupnya. Tetapi Kristus datang bukan untuk menikahi seorang perempuan bernama Maria Magdalena tetapi akan menikahi gereja-Nya.
c. "The Gospel" of Philip yang mengatakan bahwa Yesus mencintai Maria Magdalena. Dimanakah keotentikan "The Gospel" of Philip ? none ! " The Gospel " of Philip ditemukan dalam bahasa Koptik, ditulis abad 3 dengan gaya Gnostic dalam background Syria. Disini Mr. Brown bermain dalam area imajinatif yang ngawur dari realita sebenarnya.
Menurut Teabing, Yesus ada " sex affair " dengan Maria Magdalena sehingga Maria Magdalena pergi ke Perancis untuk melahirkan karena takut ama Petrus karena Petrus tidak rela jika " kunci gereja " diberikan kepada Maria Magdalena. ( cool imagination but out of context ). Maria Magdalena bukankah mantan pelacur ? Sir Leigh Teabing mengatakan bahwa itu ulah gereja yang hendak menutupi realita bahwa Maria Magdalena itu istrinya Yesus dan anaknya adalah Sophie Neivue. Bisakah Teabing dipercaya ? jelas ia orang jahat - dalang dari pencarian batu kunci " The Priory of Zion ". tetapi siapa yang paling gak bisa dipercaya ? Don Brown. Maria Magdalena bukan istri Yesus tetapi ia adalah murid perempuan Yesus yang setia bersaksi bagi Kristus. (Matius 27, 28)


Banyak rekan mengirimkan artikel maupun website mengenai tanggapan orang kristen mengenai da vinci code. Banyak hal setiap kita dapat diberkati melaluinya ... tetapi saya hanya mempercayai satu statement bahwa da vinci code is just a fiction novel. that's all ! tiada kebenaran mutlak di area fiction karena semua orang bebas berpikir apapun di dunia fiction. Itulah " alienation " manusia berdosa. Bagaimana tanggapan orang kristen after fenomena-fenomena tersebut ?


Banyak orang kristen sendiri tidak merasa dipermainkan oleh kebidatan entertaiment, mythology, philosophy and literature. Jika bukan orang kristen, siapa lagi yang mau mengkritisinya ? para filsuf postmodern yang tidak tahu malu karena sedikit demi sedikit akan merampas kelimpahan" permata -permata " yang ada dalam Injil ? Marilah setiap kita sadar bahwa Kebenaran hanyalah di dalam Kristus - satu-satunya Tuhan 100 % dan Manusia 100 % yang adalah satu-satunya Juruselamat Dunia 100 % bagi manusia berdosa dan satu-satunya 100 % Kebenaran ( Firman menjadi daging ) melalui Alkitab ( Special Revelation ). Tetaplah berwaspada ( I Timotius 4:6 ) dan Giatlah dalam panggilan kita bersama tuk memberitakan Injil ke seluruh dunia ( I Petrus 3:15-16 ).... Tuhan memberkati kita semua !



Di dalam Kebenaran KRISTUS
Ev. Daniel Santoso
Taichung,Taiwan
Thank God for .... " MORE THAN " Spirit

Faith after Bad Times

Sebuah buku “ When bad things happen to Good People “ merupakan buku paling laris ditulis oleh Harold S. Kushner ; Seorang Rabbi yang tergolong konservatif menuliskan buku tersebut dengan setting kematian tragis putra bungsunya. Ia mencoba memahami keparahan penyakit anaknya serta penderitaannya sendiri. Dalam pemeriksaan diri yang dilakukannya sendiri, ia menyimpulkan bahwa selama ini ia tergolong sebagai seorang yang baik dan putranya dianggap tidak pantas untuk menderita kepedihan seperti ini. Beberapa waktu ini saya memikirkan sebuah kejadian tragis seorang jemaat perempuan yang diperkosa sepulang dari Kebaktian Kebangunan Rohani. Sejak kejadian tersebut, keluarga anak perempuan tersebut tidak bisa menerima kenyataan dan meninggalkan kekristenan. Pertanyaan dalam benak saya adalah : “ Apakah suffering membawa kita untuk meninggalkan Tuhan ?”.

Kitab Ayub adalah salah satu kisah Alkitab yang paling terkenal, sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang saleh dan jujur, yang meskipun ditimpa oleh segala macam malapetaka dan tragedy, tidak pernah goyah kesetiaannya terhadap Allah. Kisah Ayub dibuka dengan menunjukkan Iblis yang meragukan iman Ayub dan ia berkata kepada Allah bahwa “ Worship “ Ayub dikarenakan “ Blessings “ yang diberikan oleh Allah. Kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan ada dalam kehidupannya. Iblis mengusulkan dengan licik bahwa iman Ayub tidak akan bertahan terhadap pencobaan ini. Sebagai tanggapan Allah mengizinkan ( permitted ) Iblis menguji Ayub dan ia menjatuhkan Ayub dalam kemiskinan, anak-anaknya mati, tertimpa penyakit yang mengerikan dan menyakitkan. Dalam empat puluh dua pasal, Alkitab bertutur kepada kita bagaimana menderitanya Ayub. Istri Ayub menawarkan “ her best solution “ yang bersumber kepada keputusasaan yang luar biasa “ kutukilah Allahmu dan matilah “. What a pesimistic view ! Namun Ayub menolak mengutuki Allah tapi malah menyatakan “ Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, Terpujilah Nama Tuhan “. Sahabat-sahabat Ayub menegaskan dirinya harus bertobat dari dosa-dosanya, bersikeras bahwa tragedy yang dialaminya adalah hukuman Tuhan atas kesalahan yang telah dibuatnya. Padahal Ayub tahu bahwa ia tak melakukan kesalahan apapun. Ayub memohon dengan sangat kepada Allah untuk menjelaskan mengapa kemalangan ini menimpa dirinya. Ayub mengerti bahwa bagaimanapun hebatnya penderitaannya , ia tidak sendirian. Bagi Ayub, mempertanyakan Allah bukanlah menyangkali Tuhan tetapi menegaskan eksistensi Allah sendiri dalam kehidupannya. Tidak bisa dipungkiri Ayub begitu sedih sampai ia meratap dan mengutuki hari kelahirannya, tetapi ia tidak kelewat batas alias tidak mengutuki Allah. Ia tetap teguh kepada Tuhan. What a amazing faith ! Frustasi tetapi tanpa kehilangan iman kepercayaannya. Allah memberikan anugerah atas keteguhan hatinya dengan memulihkan kekayaannya dua kali lipat, keluarga dan juga kesehatannya. Sahabat-sahabatnya dihukum karena menambah kesedihan Ayub dan hidup Ayub masih hidup bahagia seratus empat puluh tahun lamanya. Tetapi Ayub tidak pernah memperoleh jawaban. Satu-satunya penjelasan Allah atas penderitaan yang diderita oleh Ayub adalah serangkaian pertanyaan ;“ Dimanakah engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi ? … Dapatkah engkau menyaringkan suaramu sampai keawan-awan, sehingga banjir meliputi engkau? … Dapatkah engkau memburu mangsa untuk singa betina dan memuaskan selera singa-singa muda? …oleh pengertianmukah burung elang terbang mengembangkan sayapnya menuju ke selatan? Dengan perkataan lain, sepertinya Allah berfirman kepada Ayub “ Aku mengendalikan dunia yang luas dan complicated ini dan engkau tak mungkin dapat menangkap alasan yg demikian banyak mengapa Allah melakukan apa yang Aku lakukan “.

Dan Ayub yang mendengar semua itu, menyimpulkan “ aku ini terlampau hina jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu ? Mulutku kututup dengan tangan “. Inilah sikap Ayub pada akhirnya, setelah semua pengalamannya yang mengerikan. Memang sebagai orang kristen, kita tidak lepas dari konsep pemeliharaan Tuhan tapi kadang kitapun merasakan apa yang namanya depresion. Hidup manusia selalu mencari jawaban karena ada kekekalan dalam hati manusia. ( disini ada konsep waktu dimana manusia selalu mencari, mencari dan mencari tetapi mereka tidak mendapatkan apa yang dicarinya. Memang, percuma saja manusia berusaha sekuat tenaga berjuang untuk mencari karena jawabannya ada pada Tuhan karena memang Tuhan tidak gampang memberikan kepada manusia. ( Pengkhotbah 7:14, 8:17). Suffering bukan membawa kita untuk meninggalkan Tuhan tetapi justru mengajak setiap kita untuk mengakui kedaulatan Allah serta mengikuti rencana Allah bagi manusia.

Dari sini kita berusaha belajar untuk berani menumpahkan seluruh isi hati kita kepada Tuhan, sampaikan suka dukamu , canda tawa dan kemarahanmu, kepastian dan keraguanmu, manis dan kepahitanmu, kebenaran dan kesalahanmu, kegembiraan dan kekecewaanmu kepada-Nya karena kita takut kepada Tuhan ( Yare ) dan kita, manusia menghormati-Nya. Hanya Allah kita satu-satunya sumber dari semua berkat dan kekuatan kita yang akan memampukan kita mengatasi penderitaan dan kesengsaraan kita melalui satu Nama yang Agung yaitu Yesus Kristus, satu-satunya juruselamat kita yang rela mati, menebus dosa dan menyediakan tempat bagi manusia dari masa lalu, sekarang dan akan datang.
Dalam Kristus
Daniel Santoso
Taipei,Taiwan
Only Heaven knows

Living The Only Religion

Religion bersumber pada religiousity dan memuncak pada spirituality, tetapi problemnya adalah dalam praktek religion cenderung dipisahkan dari religiousity maupun spirituality sehingga penghayatan agama menjadi formalitas sahaja ( Religion yang berbicara mengenai dogma, doktrin, ajaran tetapi kehilangan “ presence of God “ ).
Saya belajar menghayati sebuah pemikiran teologis bahwa pada saat kita beragama maka pertama-tama kita harus berdoa memohon Tuhan melayakan kita untuk mengerti “ presence of God “. Kuncinya dimulai dari takut akan Tuhan karena kita semua hanyalah manusia yang telah “ fallen into sin “ maka semua hal yang kita lakukan semuanya “ total depravity “. Kita tidak dapat dengan kekuatan sendiri menemukan makna “ presence of God “ maka kita perlu kekuatan dari Tuhan untuk setiap kita dapat melayakan setiap kita untuk menemukan makna dari “ presence of God “. Hanya keaktifan Tuhan senantisa mampu membawa manusia yang pasif untuk aktif mencari “ Presence of God “. Melalui doa, kita sadar bahwa diri kita lemah sehingga kita perlu bergantung dan bersandar kepada Tuhan secara total. Bagaimana doa kita selama ini ? Jangan-jangan kita telah berdoa beribu-ribu kali tetapi kita kehilangan kesadaran yang esensial ini. Itulah kesalahan fatal yang pernah dilakukan oleh kaum Farisi, bagaimana mereka berdoa dipinggir jalan buat pamer, menunjukkan betapa dirinya suci dan saleh karena dimanapun mereka berada mereka berdoa kepada Allah YHWH, itu doa yang salah makanya sampai sekarang mereka masih menunggu kedatangan Mesias yang pertama, padahal Yesus Kristus adalah Mesias telah datang di zaman mereka. Bagaimana Simeon dapat mengetahui bahwa Anak yang disunat tersebut adalah Mesias ? Kenapa Yohanes Pembaptis bisa mengetahui Yesus adalah Mesias yang menyatakan jalan keselamatan ? mereka tahu bukan karena kecerdasan mereka tetapi mereka berdoa dan dipimpin oleh Roh Kudus sehingga mereka dapat mengerti kehendak Tuhan. Maka Doa yang benar adalah Doa di dalam Roh. Di dalam persekutuan doa MRII Taiwan– China saya pernah memberikan sermon mengenai Surat Roma 8 : 18-30, bagaimana kita berdoa di dalam Roh ? pada saat kita berdoa dengan presuposisi awal bahwa kita adalah manusia yang lemah dan telah “ fallen into sin “ maka hanya Tuhan yang mampu mengaktifkan setiap kita untuk dapat berdoa dan bergantung kepada-Nya maka kita dapat belajar memahami “ presence of God “. Oleh karena itu hati kita saat berdoa harus didasarkan kepada Kristus karena Ia yang memerintah di dalam hidup dan doa kita dan Roh sendiri turut berdoa bersama-sama dengan kita ( ayat 26 ). Maka pada saat kita berdoa, kita bukan totally humanis tetapi berdoa dalam pimpinan Roh Kudus. Dewasa ini, fenomena Benny Hinn telah membius pemahaman gereja mengenai doa di dalam Roh dengan “ bahasa lidah “ dan “ kesembuhan ilahi “. Itu bukan ajaran Alkitab ! Dalam I Korintus 13:8 jelas memberikan kita pemahaman bahwa Paulus berkata bahwa bahasa Roh akan “ berhenti “ dan penganti untuk pengetahuan dan nubuat adalah Alkitab, apalagi sesudah rasul-rasul meninggal dunia antara tahun 100 M – 400 M tidak ada bahasa lidah. Alkitab mengajarkan kepada setiap kita berdoa di dalam Roh adalah Pertama , “ Being Pregnant “ ( ayat 22 ). Ibu bersalin mengeluh karena mengalami kesakitan yang luarbiasa dalam melahirkan anak yang ada dalam kandungannya. Meski problema kita berat tetapi kita terus berdoa kepada Tuhan sejujur-sejujurnya dengan segala keluhan yang mungkin tidak terucap menunggu kehendak Tuhan terjadi. Pada saat ibu telah berhasil melahirkan anaknya, ia lega karena ia telah melalui semuanya. Begitu juga pada saat kita berdoa, kita lega karena kehendak Tuhan terjadilah. Kedua, “ Powerless Praying “ ( ayat 26 ) manusia tidak dapat mendasarkan dirinya kepada self centered untuk menikmati kehendak Tuhan tetapi hanya bersandar kepada Tuhan secara total maka kita dapat mengalami dan menikmati kuasa Roh Allah yang sesungguhnya. Ketiga, “ Confident Praying “ ( ayat 27 ) kita dapat berdoa bukan karena mulut kita yang aktif berdoa. Itu pemikiran doa yang humanis. Justru kita dapat berdoa karena Roh sendiri turut berdoa bersama-sama dengan kita maka diri kita dapat berdoa karena pekerjaan-Nya semata. Disini jelas bahwa Reformed Theology percaya mutlak kepada Kedaulatan Allah karena kita percaya bahwa segala sesuatu ada di dalam Tangan Tuhan yang Maha Berdaulat.
Kedua, kita memohon Tuhan memberikan kekuatan kepada setiap kita untuk dapat mengimani dan memperjuangkan theology dan doktrin yang benar. Di dalam perjalanan sejarah manusia dari abad ke abad, tahun ke tahun, manusia senantiasa mencari theology – “ theos “ dan “ logos “ untuk mengenal Allah karena Allah memberikan “ sense of divinity “ kepada setiap manusia untuk mencari Allah. Dalam Reformed Theology, manusia dapat mengenal Allah melalui “ general revelation “ dan “ special revelation “. “ General Revelation “ membawa kita melihat kedaulatan Allah atas alam semesta yang hanya dapat diinterpretasikan secara akurat melalui “ special revelation “ yaitu Firman / Tuhan sebagai “ kacamata tanpa distorsi dosa “ yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun dapat sampai kepada Bapa jika tidak melalui Aku “.

Dalam Injil Matius 16 : 21-28, Yesus memberikan “ warning “ kepada murid-murid-Nya untuk berwaspada terhadap ragi orang Yahudi dan Farisi. Orang Yahudi dan Farisi adalah orang yang belajar theology dan doktrin tetapi Yesus memberikan “ warning “ tersebut. Bukankah ini berarti “ something wrong with them “ ? Inilah kebahayaan dunia theology dewasa ini. Belajar theology rupanya masih belum menjamin diri mereka telah hidup saleh apalagi suci di hadapan Tuhan ! Pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya, menurut orang-orang, siapakah Aku ini ? respon berbeda-beda dari berbagai sumber. Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia maupun salah satu dari para nabi ! dari mana penilaian mereka ? mereka bukan asal kasi respon tanpa belajar, justru mereka telah belajar theology dari Bait Allah dan mereka memberikan respon setelah mendengar theology tetapi respon manakah yang paling benar ? Jawabannya adalah tidak ada ! semuanya salah ! hari ini terlalu banyak orang kristen sok tahu mengenai theology sehingga mereka udah anggap diri paling pintar theology padahal theology-nya masih dangkal gak karuan dan juga banyak orang kristen yang malas belajar theology dan hanya maunya berkat Tuhan yang memberikan keuntungan dan kelancaran kepada dirinya saja. Yesus berkata kepada Simon, siapakah Aku ini ? Simon menjawab “ Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup “. Ini baru doktrin yang benar ! berarti meskipun mayoritas doktrin tidak karuan berkembang tetapi masih ada pengharapan karena masih ada orang yang meneriakkan doktrin yang benar ! Maka Yesus menjawab, Doktrin yang benar bukan dari manusia tetapi dari Bapa di Sorga Yesus mengatakan bahwa namanya adalah Petrus ( Petra) dan dari batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku. Gereja hanya boleh berdiri apabila mereka memiliki doktrin yang benar. Ini kritikan Tuhan Yesus buat gereja-gereja yang “ lancang “ mendirikan gereja dengan theology yang salah ! maka disini gereja harus bertobat dan kembali kepada doktrin yang benar karena theology hanyalah dari satu sumber yaitu Allah.

Ketiga, Sebuah refleksi spiritualitas dari sebuah film “ Confession “ – Chris Pine, Cameron Daddo, Peter Greene, Tom Bosley dan Bruce Davison yang membuat saya mulai melihat betapa mengerikan dunia spiritualitas manusia yang telah dipermainkan oleh manusia terhadap sesamanya dan ketulusan hati seorang bapak rohani yang senantiasa mengasihi muridnya meskipun murid tersebut telah melukai fisik maupun memberatkan jiwanya. Dimulai dari sekolah St. Michael’s Prep yang mendidik murid-murid secara religius, kelihatan mereka begitu saleh tetapi dalam dormitorynya mereka bermabuk-mabukan, mengisap cerutu dan lain-lain, yang sumbernya dari seorang murid bernama Luther Scott. Secara kehidupan di dalam kelas, ia anak yang pandai tetapi semangatnya “ evil “. Dari menyimpan cerutu, minuman berakhohol tinggi, menyimpan majalah dewasa “ play fun “ sampai dirinya membunuh dua temannya, memfitnah Father Michael Kelly yang mendengarkan setiap pengakuan dosanya dan membiarkan kebohongan itu merajalela dalam beberapa saat sehingga Father Michael Kelly sempat dicurigai dan ditangkap tetapi karena ia diduga sebagai pelaku dari kematian dari Benny, salah satu teman yang melaporkan “ kemunafikan “ Scott dan meninggal dunia karena didorong oleh Scott. Father Kelly akhirnya dibebaskan. Inilah dilematis sekolah kristen, Banyak sekolah kristen mampu mencetak murid-murid yang pandai tetapi apakah itu goal sekolah kristen ? St.Thomas A Kempis mengatakan “ Ingin akan pengetahuan adalah kodrat manusia tetapi apakah gunanya pengetahuan jika kita tidak takut kepada Allah ? Seorang petani yang rendah hati dan mengabdi kepada Tuhan, sungguh lebih baik daripada seorang ahli filsafat yang congkak, yang menyelidiki ilmu perbintangan, tetapi tiada mempedulikan keadaan jiwanya“. Maka belajar theology yang benar bukan berarti sudah pintar tetapi harus kembali belajar bagaimana menghidupi theology ! Setelah kita tahu bahwa theology yang benar bersumber hanya dari Allah saja maka kita perlu “ menerjemahkan “ theology ke dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setiap Firman Tuhan maupun khotbah yang kita dengar bukan hanya menjadi teori di dalam pikiran kita tetapi “ menjadi daging “ . Maka proses setiap kita untuk melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari harus didasarkan pada aksi dari kuasa Roh Kudus yang memimpin kita untuk dapat menghidupi prinsip Firman untuk hidup seperti Kristus. Itulah Spirituality. Maka focus spirituality adalah mendalami makna beriman dan hidup di dalam Kristus dan Firman Tuhan. Itulah panggilan setiap orang kristen untuk menjadi “ pneumatikos antropos – I Korintus 2:14-15 “ yaitu seorang yang memiliki iman dalam kebangkitan Kristus ( bukan hanya di dalam kerohanian saja tetapi juga pikiran, kehendak, imaginasi, emosi dan tubuh manusia. Jadi “ Spirituality” adalah hidup yang berpusat kepada Roh Kudus dan dijiwai oleh-Nya dengan tetap hidup di dunia dengan segala masalahnya. Dengan hidup spiritualnya, orang spiritual berusaha untuk semakin hari semakin melakukan setiap pimpinan aksi Roh Kudus, hidup mengambil bagian dari sifat-sifat Allah serta ikut serta melakukan setiap kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan di dunia.

Jika demikian apakah orang yang memiliki “ spirituality “ lalu dapat menjadi Allah? Tidak ! Ia tetap menjadi manusia, dirinya sendiri. Ia tetap manusia yang ditahtai oleh Roh Kudus. Saya kira contoh paling baik adalah kita melihat kehidupan orang-orang Puritan yang “ God-centered “ - orang yang memiliki wisdom ( bijaksana ), knowledge ( takut akan Allah ) dan joy / happiness ( Anugerah Allah ). Meskipun terkadang kehidupan orang Puritan cenderung “ old fashioned “ dan cenderung “ extreme “ tetapi semua yang mereka lakukan tidak lepas dari rasa hormat mereka kepada Tuhan.

Ada sebuah lukisan yang menggambarkan kaum Puritan yang berada di sawah, dimana sebelumnya berdoa bersama-sama dan setelah balik dari sawah, mereka kembali berdoa mengucap syukur kepada Tuhan. Amazing ! Bahkan etika keluarga Puritan, sebelum dan sesudah pasangan suami – istri berhubungan intim , mereka berdoa kepada Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan atas kenikmatan hubungan intim yang didasarkan atas rasa takut kepada Tuhan. Unbelieveable ! Di Beijing, saya digelisahkan oleh Tuhan untuk membawakan tema “ Puritan and Reformed Renaissance “ dalam memperingati Hari Reformasi 2004, saya menolak semua anggapan-anggapan bahwa kaum Puritan hanyalah masa lalu. Justru saya mempercayai bahwa kaum Puritan masih hidup di dalam zaman ini dan setiap orang kristen semestinya sadar bahwa mereka dituntut untuk memiliki kehidupan yang “God Centered”. Sekali lagi, orang Puritan bukan orang sok suci tetapi orang yang terus bercermin kepada Firman Tuhan sehingga dalam kehidupan mereka takut melakukan kesalahan baik besar maupun kecil karena mereka merindukan diri dapat melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Mari kita belajar merindukan “ Presence of God , The Word of God The Truth became Flesh” dan berjuang demi nama Kristus yang bertahta atas alam semesta dan kaum pilihan-Nya untuk menyatakan kemenangan dalam Nama-Nya. Itulah kehidupan beragama yang sesungguhnya ! Tuhan memberkati kita semua !

Dalam Kasih Kristus
Ev. Daniel Santoso
Terus bercermin dalam Firman-Nya
Xiamen,
Fukien, April 2006

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...