Saturday, October 31, 2020

Peran Gereja dalam Dunia 

Yoh 8:21-29, 30-32



Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan setiap aktivis? Dalam bacaan kita, Yesus mengatakan jika orang sedang mencari kebenaran, dia tidak boleh tidak, harus menyadari menerima Dia, yang menjadi kebenaran dan kemerdekaan itu. Dialah satu-satunya yang dapat membawa kita kembali kepada Bapa. Tanpa Kristus tidak mungkin kita menemukan kebenaran atau kemerdekaan. Saat Yesus menyatakan "Akulah Dia," Ia menuntut kesetiaan agar gereja, setiap orang yang mendengar Injil Tuhan, memiliki keyakinan bahwa kebenaran harus ditegakkan. 

Bagaimana gereja seharusnya menyatakan dignitas, kesaksian, dan relevansi dalam dunia ini? Gereja adalah manifestasi kerajaan Allah yang digagas oleh Allah sendiri di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk memproklamirkan bahwa apa yang seharusnya milik Allah harus Ia klaim kembali. Gereja memiliki panggilan yang luar biasa sakral dan agung karena ia mewakili Tuhan untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik Allah. Ironisnya, tidak sedikit gereja di dunia ini menghancurkan tugas sakral Allah. Kenapa? Karena banyak yang sudah berkompromi dengan dunia. Akibatnya apa yang seharusnya milik Allah akhirnya jatuh dan bercampur aduk dengan dunia. Inilah yang membuat dignitas, kesaksian, dan relevansi gereja sudah tidak lagi murni mewakili kerajaan Allah.

Saya senantiasa berusaha menyadarkan jemaat yang saya layani bahwa gereja tidak boleh sembarangan. Kita tidak boleh melayani dengan sembarangan dan kendor. Kita harus melayani dan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Kenapa? Karena gereja tidak boleh tidak ada di dunia ini. Di dalam kedaulatan Tuhan, Ia mengirim kita melayani dan berjuang di sini. Gereja Reformed tunduk kepada Alkitab dan tunduk kepada panggilan Allah. Kita harus belajar mengagungkan prinsip firman Tuhan. Apa prinsip yang bisa kita pelajari dari Alkitab sebagai orang yang melayani Tuhan? Bagaimana kita mengadopsi setiap semangat yang ada dalam kitab suci?

Yesus mengatakan “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (Yoh 8:31)

Pertama, pelayan Tuhan harus memiliki sifat teosentris, yaitu menjadikan Tuhan sebagai pusat hidupnya. Gereja harus berpusat pada Tuhan, gereja harus kembali kepada ketetapan dan kedaulatan Tuhan. Tidak ada korting atau diskon, semua anggota gereja harus kembali kepada kedaulatan Tuhan. Jika setiap orang berpusat pada Tuhan, tidak mungkin mereka main-main dalam melayani Tuhan, dalam berkhotbah, dan sebagainya karena mereka tahu hidupnya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Orang yang teosentris adalah mereka yang pasti mendengarkan, belajar mentaati dan mengerjakan Firman Tuhan. Apakah kita seperti itu? Mau mendengar, taat dan mengerjakan Firman Tuhan. Banyak gereja tidak mau kembali pada sikap teosentris yang benar. Mereka menganggap gereja, doktrin, dan pelayanan mereka sudah teosentris tetapi kenyataannya mereka sudah bercampur dengan dunia. Banyak gereja sudah jatuh ke dalam kekafiran. Banyak orang yang Kristen dangkal pengertian firmannya bukan karena mereka tidak punya kesempatan belajar teologi, tetapi karena mereka tidak mau belajar teologi, maunya berkat Tuhan.

Reformed Theology diberikan terus supaya memberikan pengertian yang bukan hanya pengetahuan belaka tetapi pengetahuan yang hidup di mana kita bisa melihat bahwa Tuhan itu baik, penuh kasih, dan hidup di dalam diri kita masing-masing. Agar kita bisa melihat kelimpahan di dalam diri Tuhan kita harus belajar bersikap teosentris. Sikap ini menuntut kita mengikuti, mentaati, dan mengerjakan segala hal yang Tuhan tetapkan dan firmankan. Ini seperti misalnya seorang yang ingin menjadi konduktor yang baik dan hebat harus mengerti musik dan setiap nada secara akurat. Konduktor menuntut setiap pemusik untuk bermain secara sempurna, tetapi sebelum itu dia harus menuntut dirinya untuk mengerti setiap bagian dalam partitur dengan tepat. Banyak gereja sudah tidak lagi akurat. Banyak orang belajar firman Tuhan, tapi mereka tidak mau belajar kenapa firman Tuhan seperti itu. Gereja seharusnya kembali kepada firman, tetap kepada firman, tetapi kita juga harus belajar mengapa firman diberikan. Pasti ada rencana Tuhan yang mau diajarkan ke kita. Namun kita harus belajar bahwa kita bukan siapa-siapa di hadapan Tuhan.

Modal kita cuma Tuhan. Banyak orang Reformed palsu, licik, dan penuh dengan dosa. Di China ada seorang teolog Reformed, Liu Xiao Feng, dan dia adalah seorang teolog yang dihormati luar biasa, doktrinnya Reformed, ia seorang Calvinist, tetapi dia mengatakan menjadi teolog Reformed adalah profesinya, sedangkan menjadi seorang komunis adalah dedikasinya. Kedua hal ini bertolak belakang, sehingga teolog ini sudah bercampur dengan dunia. Kita harus berdoa dan memohon kepada Tuhan supaya gereja Reformed menjadi gereja yang semakin teosentris. Kita tidak melihat kepada manusia, tetapi kepada Tuhan yang memanggil gereja-Nya. 

Kedua, kita harus belajar hidup mengutamakan dan memprioritaskan Tuhan. Tuhan berada di posisi yang tepat yaitu God first, orang lain kedua, dan saya ketiga. Hidup yang mengutamakan Tuhan berpikir bagaimana pelayanan kita dapat memuliakan Tuhan. Dunia hari ini meracuni setiap generasi dengan agresif dengan mengatakan bahwa kita dapat merubah dunia, melakukan perubahan dan membuat orang merasa dirinya dapat menentukan segala sesuatu, dan tidak lagi mengutamakan Tuhan. Yang diutamakan adalah diri sendiri. Gereja sudah berubah, di dalam era postmodern, teologi kemakmuran justru merajalela. Prosperity Theology menggunakan ayat Alkitab untuk mengatakan anugerah kekayaan adalah kehendak Tuhan, ini adalah teologi palsu. Reformed theology harus menjadi berkat dan sukacita kita, semakin memelajarinya kita semakin sadar bahwa Tuhanlah yang utama dan saat kita menderita bagi Tuhan, itu adalah sebuah anugerah bagi saya. 

Ketiga, gereja dan pelayan Tuhan yang benar kembali kepada Kristus, karena Dialah satu-satunya yang membuat kita tahu bahwa teologi bisa diaplikasikan dan dikerjakan. Kristus harus menjadi pusat dari apa yang kita lakukan. Dunia mengajarkan bahwa hidup itu ditentukan oleh pikiran, pikiran kita mau diisi oleh apa? Kita sebagai orang Kristen bagaimana? Pikiran kita bagaimana? Memang ada kedaulatan Tuhan, tetapi pikiran kita harus mentaati semua yang difirmankan Tuhan. Kita adalah orang berdosa. Jika kita tidak membaca firman maka hidup kita pasti tidak beres. Banyak motivator di zaman ini yang hanya peduli pada psikis kita, tetapi tidak pada kerohanian kita, tetapi Tuhan peduli kepada kerohanian kita. Dia peduli kita kembali ke dalam hadirat-Nya. Tanpa Kristus tidak ada orang yang bisa membawa kita kembali kepada Bapa. Urusan rohani adalah urusan pertama, jika rohani tidak beres jangan anggap hidup bisa menjadi beres. Banyak dari kita menganggap firman tidak penting. Jika orang Kristen sendiri tidak mengerti Injil, bagaimana kita bisa mengerti kelimpahan-Nya?

Keempat, gereja yang mau kembali kepada kebenaran harus kembali kepada kerohanian yang utama. Gereja harus mengutamakan dan mendidik kerohanian yang sejati. Gereja harus menjalankan mandat yang Tuhan berikan, bukan hanya mandat injil, tetapi juga budaya. Menjalankan mandat injil dan budaya butuh kerohanian yang sejati. Jangan sampai gereja menjadi menara gading, jika begitu kita akan mati. Kita melihat gereja bukan hanya sekedar mengabarkan injil dan dibaptis tetapi juga mengajarkan perintah Tuhan yang harus ditaati tanpa kompromi. Gereja harus tetap memberitakan perintah Tuhan meskipun perintah itu kaku, dan itu akan memerdekakan kita. Bagaimana kita melayani dan mengabarkan injil saat ini?

http://www.grii-ngagel.org/index.php?option=com_content&view=article&id=391:ringkasan-khotbah&catid=6:ringkasan-khotbah&Itemid=15

Friday, October 23, 2020

The Hope of Eternal Life

 


Hidup merupakan sebuah misteri. Maka tidak heran jika setiap kita memiliki pertanyaan dalam hidup namun apakah setiap pertanyaan kehidupan kita telah memiliki jawaban yang benar? Sebagai contoh:

Mengapa Tuhan menciptakan manusia, kalau pada akhirnya akan mati juga?

Mengapa kita makan, kalau pada akhirnya kita tahu bahwa kita akan lapar lagi?

Mengapa kita mandi, kalau pada akhirnya kita akan kotor lagi?

Mengapa kita berani mencintai, kalau kita tahu bahwa kita dapat merasakan sakit hati?

Mengapa kita percaya Tuhan disaat kita tahu bahwa Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kita?

Manusia butuh jawaban karena jawaban memberikan harapan hidup yang lebih pasti. Maka manusia memang makhluk hidup yang berharap. Ironisnya, jawaban begitu banyak perspektifnya, sehingga kita bukan takluk kepada jawaban yang benar, namun kita menyesuaikan jawaban yang kita terima sesuai dengan kemampuan kita sehingga semua harus disensor oleh kita. Benarkah seperti itu?

Perspektif Filsafat

Darimana datangnya harapan? Apa inti harapan? Bagaimana mengelola harapan sebagai dorongan kehidupan, bukan kekecewaan?

1.       Harapan adalah produk masyarakat/ social programming. Misalnya: Ahok waktu jadi gubernur, harapannya: masyarakat Jakarta penuhi kepala, perut dan dompet warganya. Kalau tidak sesuai harapan, terjadi chaos. Bagaimana menghindari hal tersebut?

a.       Pilihlah harapan yang melampaui kepentingan kita, untuk orang lain.

b.       Mengembangkan diri untuk meningkatkan kualitas hidup untuk menjangkau lebih luas dan lebih tinggi.

c.       Butuh kesabaran untuk bertahan mengejar harapan karena realitas kesulitan.

d.       Ada waktunya berhenti berharap dalam kebijaksanaan (kecuali di dalam Tuhan).  

Perspektif Psikologi

Menurut psikologi, pengharapan yang dibutuhkan oleh manusia biasanya ditentukan oleh:

1.       Perilaku manusia yang ditentukan oleh ketidaksadaran dimana pemenuhan kebutuhan libido sebagai dorongan utama. (Freudian)

2.       Ditentukan oleh lingkungan (stimulus-respon) alias behavioralsime Pavlov dan Skinner. Tergantung pada intensitas stimulus yang diberikan. Ada rangsangan dari luar.

3.       Menolak poin 1 dan 2, Humanism menekankan Kehendak bebas dan spontanitas sebagai dorong dalam sikap dan perilaku (Maslow & Carl Rogers) baik masa lalu, konteks kekinian maupun kehendak bebas.hrs ada manifestasi dan aktualisasi.

Semua teori diaatas memiliki cara melihat tujuan sebuah sikap dan perilaku berbeda2 namun masalahnya apa yang menyebabkan sebuah tujuan dan motivasi dibalik semuanya? Ketika tujuan tidak tercapai, muncullah frustasi (keadaan tidak mampu mengatasi hambatan dalam pencapaian tujuan). Jika berlarut-larut sampai 3 bulan, stadium berikutnya adalah depresi.

Kehilangan tujuan dan harapan adalah musibah terbesar yang dapat terjadi pada siapa saja bahkan memasuki semua aspek kehidupan manusia. Harapan adalah alasan kenapa manusia dapat melangkah dan tujuan adalah alasan manusia memiliki arah.

Rupanya hidup kita tidak sesuai ekspektasi kita. Kita belajar bagaimana berharap pada diri sendiri maupun berharap terhadap orang lain sebagai standar hidup. Ini pelajaran berharga yg Tuhan berikan. Namun, tidak stop sampai disana! Belajar berharap kepada Tuhan adalah pelajaran paling penting yang dewasa ini hilang dari vocabulary kehidupan kita. Kesibukan kerja, studi, pelayanan kita telah mengaburkan pentingnya kita berharap kepada Tuhan namun Tuhan tetap pada diriNya, Ia berdaulat atas segala sesuatunya. Ia lebih mengenal kita dibandingkan dengan siapapun, termasuk diri kita sendiri. Karena pada dasarnya, Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Perspektif Biblikal

 What is eternal life? Hidup yang tidak mati2?

Hidup yang kekal bukan berarti seseorang tidak akan mati. Tidak pernah mati juga bukan berarti bahwa memiliki hidup yang kekal. Eternal life: to continued life after death. Setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16). Inilah hidup yang kekal itu yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. (Yohanes 17:3). Banyak orang punya pengetahuan tentang Tuhan (theology) namun tidak punya pengenalan akan Tuhan. Disaat Tuhan tidak mengenal kita maka kita akan dienyahkanNya. (Matius 7:21-23). Kalau Tuhan mengenal kita maka kita diterimaNya. Contoh ilustrasi: Kita memiliki banyak pengetahuan tentang presiden Jokowi, namun belum tentu kita dapat diijinkan diterima di istana karena presiden tidak kenal kita maupun tidak ada appointment.

Who has no eternal life? Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. (Kisah 4:12). Eternal life = The Gift. Hanya di dalam Yesus Kristus. Di luar Yesus Kristus, tidak ada eternal life. God himself has provided the solution, He sent His Son to pay the penalty we owed. Jesus was qualified to be our substitute because He never sinned (2 Korintus 5:21).  

 Dasar pengharapan hidup kekal

A.      By Mercy and Grace – 1 Petrus 1:3

B.      Born Again – Roma 6:5

C.      Union With Christ – Galatia 2:19b/ Galatia 2:20

 Remember! We have an enemy who actively seeks to blind people to the truth (2 Korintus 4:4). Keep sharing the good news of the gospel wherever you are. Amin. 


Pdt. Daniel Santoso

Jakarta, Indonesia

Friday, September 04, 2020


JANGANLAH LENGAH! PERCAYALAH KEPADAKU 3

Pdt. Daniel Santoso (GRII Taiwan China Hongkong)

 


Relasi Kristus dan Rumah Bapa

Wahyu 21:3-4. Rumah Bapa menjadi tempat Aku sebagai Allah, mereka sebagai kaum pilihan Allah memiliki relasi yang tidak dapat diputuskan oleh apapun. Kenapa Allah kudus, kita manusia berdosa? Putus hubungan karena dosa menyebabkan hubungan Allah dan manusia. Ketika bias terputus karena manusia tidak taat kepada Allah. Allah tidak kompromi dengan dosa sehingga kita yg memutuskan intimnya persekutuan manusia dengan Tuhan. Maka rumah bapa satu-satunya tempat persekutuan yang intim Tuhan dengan manusia tanpa putus. Dunia akan selalu menyediakan tempat bagi kita untuk meratapi dengan lelahnya, hanya di rumah Bapa, tempat air mata dihapus selama-lamanya. Di rumah Bapa, Kristus berada. Kristus satu-satunya yang dapat membawa kita kepada rumah Bapa. Yohanes 13:23-24, Yudas dikenal sebagai bendahara dan ia dekat dengan Yesus. Ia mengikut Yesus kemanapun Ia pergi, namun dia penyebab ratap tangis kepada Yesus. Ia menjadi “trouble maker” menjual Yesus namun Yesus tetap percaya kepada Allah dan menjalankan setia sampai mati atas apa yang Ia lakukan. Jadi Iapun berkata: “Kemana Kau pergi, Kau akan tahu jalan ke sana”. Tunjukkan kepada kami tentang Bapa, itu cukup bagi kami (9) Bukankah ini sebuah “disbelief”? Sungguhkah Yesus jujur membuat murid-muridNya mengerti atau justru bikin mereka bingung? Ketika Thomas mendengarkan, ia berkata bagaimana mungkin kami dapat tahu jalan ke sana kalo Kau pergi dan tidak memberitahukan kepada kami? Percayalah kepada-Ku udah diucapkan Yesus kepada mereka namun murid-murid tidak langsung percaya kepada Yesus. Ini membukakan sebuah realita bahwa percaya kepada Tuhan itu tidak mudah. Thomas tidak dapat mempercayai jalan yang Tuhan maksud.

 

Akulah Jalan, Kebenaran, Hidup Kekal

Inilah jawaban Yesus kepada Thomas. Pengertian Thomas adalah kalau Tuhan kasih tahu jalannya kemana maka Thomas masih dapat berusaha mencari destinasinya dan mencari jalan menuju kesana. Tapi Yesus berkata “Akulah jalan ..” ini bukan sekadar peta, arah, destinasi! Bagaimana mengerti hal tersebut? Thomas seorang yang sangat logis, pintar, tidak sembarangan percaya. Sebelum ia beriman, ia tidak sembarangan beriman. Sebelum dia percaya, ia tidak sembarangan percaya. Pertama, “From reason to faith”. From logic to faith. Pertanyaannya adalah bagaimana kita mempercayai Tuhan dan Firman? Seringkali kita beriman melalui logika kita sehingga iman Kristen disensor ama otak kita sehingga ketika otak kita tidak mampu mengerti iman Kristen maka otak kita menolak kekristenan. Apakah otak kita lebih besar dari Tuhan? Tidak! Tuhan jauh melampaui otak kita maka tidak mungkin otak kita dapat memahami Tuhan maka hanya anugerahNya saja, kita dapat beriman kepada Tuhan. Kedua, “From experience to faith.” Thomas percaya iman kalo ada pengalaman iman. Pada saat Yesus menampakkan diri kepada para murid, Thomas meminta ijin kepada Yesus untuk sentuhkan tangannya ke bekas luka Yesus di tangan dan lambung. Seketika pengalaman tersebut, Thomas langsung tersungkur di hadapan Yesus bahwa Ia sungguh bangkit. Justru Yesus mengajarkan kita percaya kepadaNya melalui from reason to faith atau from experience to faith namun Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk mengerti arti “from faith to faith”. Hanya anugerah iman yang dianugerah Tuhan kepada kita maka kita baru dapat beriman dengan benar di hadapanNya. Selain Thomas, kita juga dapat belajar dari Filipus (8-11) bahwa hanya di dalam Yesus maka kita dapat memperoleh:

a.   Greater knowledge (8-11). Apakah setiap murid dapat mengerti dan mempercayai Yesus dan Bapa adalah satu? Kita mengikut Yesus, kita diberikan pengetahuan yang lebih benar, hebat, kekal dari Allah. Ketika Philipus berkata beritahukan Bapa kepada kami maka kami akan puas. Ini menunjukkan mempercayai Tuhan tidak mudah. Melihat Aku maka melihat Bapa. Ini statement yang berbahaya karena tidak ada berani berkata aku dan bapa adalah satu, karena dapat dianggap pemurtadan. Tapi justru waktu Yesus mengatakannya, apa yang dikatakan ada buktinya yaitu waktu Yesus dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis, Langit terbuka dan Allah Bapa berkata “ Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, KepadaNyalah Aku berkenan”. Ada seekor burung merpati yang turun ke atas kepada Yesus. Kejadian tersebut adalah momentum penting bahwa Allah Tritunggal berada dalam satu scene yang sama. Allah Tritunggal bukan doktrin ciptaan manusia. Allah Tritunggal sungguh-sungguh hadir dalam sejarah! Kolose 1:15 – Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, tidak rusak dan tidak kelihatan. Kristus adalah Allah 100% Manusia 100%. Adam adalah ciptaan Allah, Yesus adalah inkarnasi Allah. Ia punya otoritas berkata barangsiapa melihat Aku, Ia melihat Bapa. Ibrani 1:3/ Efesus 1:17-18 – The complete revelation of God. Yesus memiliki tempat yang special di sebelah kanan Allah Bapa (the complete authority)

b.   Greater works (12-14). Kita melakukan apa yang Tuhan kerjakan, bahkan lebih besar dari Yesus! Pekerjaan besar itu ada pada saudara dan saya. Apakah ini sebuah iming-iming spiritual? Jangan-jangan kita percaya ama Tuhan karena iming-iming yaitu kita akan menerima kuasa yang besar, lebih daripada Yesus Kristus. Jika konsep kita seperti itu maka kita sedang membodohi diri kita sendiri. Justru waktu kita dilibatkan dalam kuasa besarNya, itu adalah perbuatanNya, bukan kita.

c.    Greater resources (15-17,25-27) – Yesus mengatakan “If you love me, You will obey me”. Sekontroversial apapun, kita harus menaatinya tanpa edited karena kita mengasihi Tuhan di dalam pertolongan Tuhan. Itulah kenapa Roh Kudus diutus agar setiap kita dapat menerima resources yang benar untuk mengajarkan, mengingatkan dan memberikan damai sejahtera kepada kita hadapi kehidupan dunia ini. Ikut Yesus harus berani controversial to love and to obey Thy Word. Kiranya kegelisahan hidup kita di era pandemi covid 19 membuat kita berhikmat dengan benar di dalam pengetahuan, pekerjaan dan pertolonganNya.

 

Roma 5:1-2, Kita baru dapat peroleh damai sejahtera di dalam Kristus, di luar Kristus kita tidak dapat menerima justifikasi iman. Di dalam Kristus, kita juga dapat beroleh satu-satunya jalan masuk oleh iman kepada kasih karuniaNya, damai sejahteraNya, kemuliaanNya. Maka Yesus adalah jalan masuk anugerah keselamatan! Tanpa Kristus, tidak ada pengharapan surgawi! Matius 11: 27-28, Tuhan sudah memberikan jalan yang telah dikonfirmasi oleh Bapa. Yesus memiliki otoritas Bapa dan tidak ada seorangpun mengenal Anak selain Bapa dan tidak ada seorangpun mengenal Bapa tanpa mengenal Anak. Disini connecting link tidak boleh diganggu gugat. No knowledge about God, there is no knowledge on Christ! Without the knowledge about Christ, there is no true knowledge on God! Itulah kenapa Yesus berkata “Akulah jalan”. Di dalam penafsiran Pdt. Stephen Tong, Akulah jalan – berbicara kepada orang dunia timur yang mencari jalan bagaimana sampai kepada Allah. Orang dunia barat mencari kebenaran, Yesus berkata “Akulah kebenaran”.  Namun, semua orang yang mencari jalan dan kebenaran, semuanya mati. Hanya Yesus yang mati, bangkit dari kematian, naik ke surga dan akan datang kembali! Itulah kenapa Yesus berkata “Akulah hidup kekal”. Tidak ada seorangpun pendiri agama berani berkata kalimat diatas. Yohanes 1:14 – Akulah kebenaran yang dihadirkan dari Firman itu sendiri yang menjadi manusia yang berbeda dengan Adam karena Firman itu Allah yang menjadi manusia sehingga Allah yang mutlak berinkarnasi ke dalam dunia menjadi manusia secara mutlak. Ia satu-satunya manusia yang tidak jatuh ke dalam dosa. Hanya dialah yang layak berkata “Akulah kebenaran”. Yohanes 8:31-32 – Kebenaran yang membebaskan dari yang cacat, bodoh, buruk, tidak setia dan yang tidak layak, semuanya dimerdekakan hanya di dalam Yesus Kristus. Kita boleh baca seluruh kitab suci agama lain namun kita harus jujur membandingkan seluruh kitab suci dengan Alkitab, adakah pendiri agama yang berani berkata “Akulah jalan, kebenaran, hidup kekal”? Hari ini banyak orang hanya berani bermain di area kemungkinan sehingga segala sesuatu ada kemungkinan, namun kebenaran bukan kemungkinan. Kebenaran adalah kebenaran dan tidak ada kemungkinan. Kalau saya laki-laki maka itu adalah kebenaran bahwa saya laki-laki. Itu menjadi satu hal bagaimana orang berani berkata aku adalah kebenaran, ia mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk dapat menjadi kebenaran itu sendiri. Siapakah yang berani berkata seperti itu? Tidak ada seorangpun berani berkata demikian, hanya Yesus satu-satunya! Akulah hidup! Hidup apa yang dibicarakan? Yohanes 12: 9-11 – Kenapa Yesus dan Lazarus mau dibunuh oleh ahli taurat dan orang yahudi? Karena Yesus melakukan mujizat membangkitkan orang mati. Ketika Yesus tiba di Betania, Lazarus sudah jadi mayat beberapa hari, semua meratap dengan kesedihan bahkan mereka berharap Tuhan datang tepat waktu namun Tuhan sengaja tidak tepat waktu untuk menyatakan kemuliaan Allah. Apa yang dilakukanNya? Ia membangkitkan mayat yang telah beberapa hari mati dan Lazarus hidup. Hal tersebut membuat ahli taurat menganggap Yesus berajaran sesat dan berkuasa satanik. Hari ini banyak orang percaya menekankan mujizat, taukah saudara bahwa banyak orang percaya meninggal akibat covid 19, apakah Tuhan menghukum mereka dan tidak memberkati mereka? Tidak! Kalau mereka sembuh, Puji Tuhan! Karena mereka bias melayani lagi. Tapi kalo mereka menderita dan Tuhan ijinkan mati, itu bukan hukuman Tuhan tapi waktu Tuhan udah tiba, kelegaan diberikan bagi mereka. Kematian bukan hukuman bagi orang percaya tapi waktu Tuhan tiba untuk mereka pulang ke rumah Bapa. Kalau orang di luar Kristen, dosa adalah maut maka mati adalah maut tapi orang percaya mati di dalam Kristus, itu justru waktu Tuhan tiba ke rumah Bapa. Ada ruang bagi mereka! Tuhan ijinkan lazarus bangkit, tapi Lazarus tidak hidup selama-lamanya karena eternal life bukan di dalam dunia ini tapi di surga. Aku lah jalan, kebenaran, hidup kekal special hanya di dalam Yesus Kristus, Tidak ada seorangpun dapat berkata demikian kecuali Dia. Janganlah lengah, Percayalah kepada Allah, Percayalah kepada-Ku! Solideo Gloria. 


JANGANLAH LENGAH! PERCAYALAH KEPADAKU 2
Pdt. Daniel Santoso ( GRII Taiwan China Hongkong)


Janji Tuhan atas orang percaya di Rumah Bapa

A.  Rumah Bapa adalah “eternal home” kita, sedangkan dunia hanyalah “temporary home” kita  yang fana terbatas. Dalam dunia ini kita hanya berziarah, orang asing yang numpang tinggal di dunia ini. Rumah yang hari ini kita anggap “home sweet home” hanyalah rumah secara “temporary”. Rumah Bapa haruslah menjadi destinasi terakhir kita semua, jika tidak kita akan gelisah terus menerus. Dunia penuh ketidakpastian, kita bergantung kepada siapa? Jika bukan kepada Bapa, kegelisahan akan terus menghantuimu, baik engkau di Shanghai, Xiamen, Jakarta, Surabaya sekalipun, saudara akan kecewa di manapun, kapanpun atau di wilayah manapun. Kalau bukan Tuhan, pastilah kita binasa, mati dan kehilangan pegangan hidup sejati.  Rumah Bapa, Satu-satunya eternal home. Jadi kita hidup bukan untuk dunia namun kita hidup untuk kekekalan. Kekekalan ada dimana Tuhan menjamin Ia memberikan tempat bagi orang percaya, Ia akan datang kedua kali dan membawa kita ke Rumah Bapa. Itulah janji Tuhan yang tidak pernah dijanjikan oleh siapapun! Di dalam kepercayaan ekstremis Muslim yang mempercayai kalo kita melakukan jihad maka kita akan disambut 72 bidadari di surga yang akan memberikan keintiman. Kenapa harus 72 bidadari? Adakah 72 bidadara bagi kaum wanita? Pelaku jihad pria akan disambut 72 bidadari, pelaku jihad wanita hanya punya 1 suami yang adalah imamnya. Pengajaran jihadist ini bukan dari AlQuran tapi dari hadis-hadis yang ditulis oleh guru-guru yang mengabsolutkan pemikiran, perasaan mereka untuk melakukan tindakan jihad dengan harapan masuk surga secara instan maka mereka melakukan tindakan bunuh diri secara bodoh dengan harapan masuk surga dan memperoleh 72 bidadari untuk pelampiasan nafsu yang paling banyak. Ini ajaran salah dan tidak sesuai kebenaran!

B.    Bukan kita ingin memiliki kavling, apartemen atau mengumpulkan dp lalu kita dapat memiliki dan membeli tanah di rumah Bapa, justru tidak ada seorangpun dapat membeli kavling dimana rumah Allah berada. Tiada seorangpun dapat sampai ke sana kecuali Yesus yang menyediakannya. Suatu kali saya ada lihat di televisi, ada seorang miskin yang bercerita waktu dulunya dia tinggal di bantaran sungai di Jakarta namun ia dipindahkan ke rumah susun marunda milik pemprov dki dan dia diijinkan tinggal dengan biaya Rp. 5000/ hari dengan fasilitas kulkas, kompor, tempat tidur, daster. Ia menangis karena dia merasa tidak layak tinggal di rumah susun seperti ini. Ketidaklayakan masuk rumah susun tersebut membuat saya tertegun dalam hati saya, apa reaksi dan ekspresi kita saat diijinkan masuk ke rumah Bapa? Siapakah kami sehingga Yesus menyediakan ruang bagi kami? Saya percaya ekspresi orang miskin di Marunda menjadi gambaran reaksi jujur ketidaklayakkan kita di hadapan Allah yang berkata “Masuklah”. Jadi jelas! Ini bukan usaha manusia, inisiatif manusia namun inisiatif Allah memberikan tempat secara rohani yang jauh lebih bermakna daripada rumah secara fisik. Rumah secara fisik dapat rusak dan hancur, sangat terbatas! Yesus memberikan apa yang tidak dapat dihancurkan oleh siapapun manusia. (Matius 10:28 – Jangan takut dengan apa yang dapat membunuh tubuh karena terbatas). Mungkin covid 19 dapat hancurkan tubuhmu, tapi tidak jiwamu! Lukas 12:19-20, bodoh tidak bias lihat kebenaranNya.

C.  Tuhan menyertai kita bukan hanya di “physical world” tapi menyertai sampai akhir kematian. Setelah kematian, ada kehidupan kekal. Banyak orang percaya kematian adalah tidur selama-lamanya. Salah! Kitab suci mengajarkan kepada kita bahwa justru orang percaya bukan hanya hidup di dalam physical world tapi dipersiapkan hidup di dalam dunia kekekalan, Rumah Bapa bagi orang percaya dan Neraka bagi orang tidak percaya. Ada “life after death”. Ibrani 11, di rumah bapa ada fondasi, bukan sekadar bayang-bayang namun memiliki fondasi dimana ada ruang bagi orang percaya. Pertanyaannya, adakah ruang bagi kita?

 

JANGANLAH LENGAH! PERCAYALAH KEPADAKU 1

Pdt. Daniel Santoso (GRII Taiwan China Hongkong)




Konteks Pandemi Covid 19

Sejak akhir tahun 2019, Dunia secara global digelisahkan dengan wabah pandemi covid 19 yang telah merenggut nyawa banyak jiwa. Dimulai dari kota Wuhan, China, wabah tersebut telah melanda dunia termasuk Indonesia. Banyak perdebatan panas soal apakah Indonesia terlalu mengentengkan wabah covid-19, terlalu percaya diri terhadap penanggulangan yang dilakukan pemerintah ataupun sudah terlambat akibat lamban dalam antisipasi seluruh gerak pemerintah mengantisipasi wabah tersebut. Menurut filsafat Suntzu, adalah fatal apabila kita tidak mengenal diri, mengenal musuh, mengenal bumi dan mengenal surga. Seringkali konsep Suntzu hanya diperalat hanya untuk strategi perang, strategi bisnis, strategi politik namun tidak secara rohani. (Padahal Suntzu adalah seorang Taoism yang taat). Secara rohani, Suntzu percaya mengenal diri dan mengenal musuh tidak cukup, harus mengenal bumi dan mengenal surga karena mengenal secara utuh maka kita akan mengenal hidup lebih berhikmat. Demikian juga terhadap wabah pandemi covid 19 tidak boleh hanya dipahami secara jasmani saja namun kita harus mengenal maksud dunia dan maksud Langit. Ironisnya, Suntzu tidak mengenal siapakah Langit sehingga semua strategi perang dibangun dari filsafat alam yaitu air, angin, api, rimba. Namun, Kita mengenal Tuhan yang menyatakan diriNya kepada kita melalui Allah Sang pencipta, Penebusan Allah Anak, Yesus Kristus dan Allah Pewahyu, Roh Kudus. Namun tidak sedikit, pro dan kontra muncul dari perspektif orang Kristen dalam membaca wabah covid 19 ini, ada yang percaya orang percaya bebas dari covid 19, ada yang percaya bahasa roh akan memperkuat immune orang percaya terjangkit dari covid 19. Jika kepercayaan itu benar, pertanyaannya adalah bagaimana dengan banyaknya orang Kristen yang terjangkit dan meninggal akibat wabah covid 19? Bagaimana dengan banyaknya hamba tuhan yang meninggal dunia pasca pandemi covid 19? Kenapa mereka tidak bebas dari covid 19, padahal mereka adalah kaum orang percaya? Bagaimana kita sebagai orang percaya harus menghidupi kehidupan dengan benar di era pandemi wabah covid 19 di saat-saat ini?

 

Percayalah kepada Allah

Di dalam Yohanes 14:1-7: “Jangan gelisah, Percayalah kepada Allah, Percayalah kepada-Ku”. Hal yang unik dalam ayat ini adalah: Kalimat ini bukan kalimat simpati, kalimat pelipur lara atau bahasa psikologi Tuhan Yesus kepada para murid namun ini adalah kalimat perintah Tuhan Yesus kepada para murid! Kegelisahan hati manusia tidak dapat ditangani dengan cara manusia namun kegelisahan manusia hanya dapat ditangani dengan kepercayaan total kepada Allah. Ini perintah yang harus kita imani dan kita laksanakan. Ketika Yesus berkata Aku akan pergi, murid-murid merasa tidak punya pegangan karena selama 3 tahun mereka bergantung total kepada Yesus. Sekarang Yesus akan meninggalkan mereka, Masih adakah pengharapan pada mereka? Dalam Matius 5:6, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan”. Apa yang aneh disini? Bukankah seharusnya “berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebahagiaan karena mereka akan dipuaskan” ? Secara logika manusia kebahagiaan baru dapat dinikmati kalo mereka terus mengejar kepuasan atas kebahagiaan mereka, namun kita harus kembali kepada prinsip Alkitab. Kata “berbahagialah” dalam bahasa yunani: makarios yang lebih cocok diterjemahkan sebagai “diberkatilah”. Berkat Tuhan datang bukan kepada orang yang bahagia, namun kepada orang benar. Kebenaran adalah kebutuhan terbesar manusia di hadapan Tuhan. Hanya orang yang lapar dan haus akan kebenaran diberkati Allah. Pertanyaan: Kebenaran apa yang dapat memberikan kebahagiaan yang benar?

 

Alkitab memaparkan tema dasar:

1.    Allah itu ada. Banyak orang ateis tidak percaya bahwa Allah itu ada. Salah satu pertanyaan yang ditanya orang ateis adalah siapakah yang menciptakan Allah? Bukankah segala sesuatu ada penciptanya? Bagaimana mana mungkin Allah itu ada jika tidak ada penciptanya? Salah satu jawaban yang dapat diberikan adalah Ketika 1+1=2, dari mana asal angka 1? Apakah dia tercipta dari angka lain? Kita tahu angka 1 adalah bilangan tunggal dan tidak tercipta dari angka lainnya. Jika demikian, kenapa engkau sulit menerima Allah yang Maha Pencipta ada pada diriNya?

2.    Ia adalah terang. Tidak ada kegelapan yang dapat menggelapkan terang itu (1 Yohanes 1:5). Terang sama sekali tidak dapat digelapkan. Tidak ada yang tersembunyi. Ia tidak dapat ditipu, disuap, dipermainkan oleh kegelapan. Inilah berita Injil yang harus diberitakan ke seluruh dunia    ! Berita ini tertulis dalam lagu “Amazing Grace” karya John Newton, “I was blind but now I see”. Aku dulunya buta namun sekarang aku melihat! Inilah prinsip Alkitab “Post Tenebras Lux” (2 Korintus 2:6). Untuk apa Ia bersinar kepada kita? Agar kita belajar melihat kemuliaanNya. Jangan main-main dengan terangNya. TerangNya menuntun kita untuk tidak bermain-main dengan kegelapan! Jangan main-main cari pasangan yang tidak seiman karena terang dan gelap tidak dapat bersatu!  .

3.    Ia adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu (Ulangan 4:24). Ia tidak segan-segan menghancurkan apa yang tidak beres namun api-Nya memurnikan kita juga. Namun ingat bahwa semua atas dasar kasih-Nya. Itu sebabnya api juga melambangkan kasihNya. Itulah kenapa Yesus datang ke dalam dunia, Ia datang untuk menyalakan api! (Lukas 12:49). Api yang menyadarkan kita bahwa dosa kita harus dihanguskan oleh Allah dan hidup kita harus dimurnikan di dalam apiNya. Jika tidak, hidupmu tidak memiliki makna apa-apa dalam kehidupanmu! Saya sangat terbakar ketika membaca kisah hidup dari John Sung, seorang hamba Tuhan dari Putian, China yang dipakai Tuhan luar biasa melalui hidupnya senantiasa berkobar-kobar memberitakan Injil. Meskipun kesehatannya merosot, namun Ia tetap memaksa dirinya untuk tetap memberitakan injil selama ia masih bernafas. Puji Tuhan! Allah yang memberikan berkat adalah Allah yang memberikan kutuk. Ini adalah ajaran Alkitab. Mengakui Allah dalam hidup kita adalah kebutuhan terbesar dalam kehidupan kita baik secara jasmani maupun rohani. Namun, tidak cukup hanya mengakui Allah saja. Kita tidak dipanggil untuk hanya mempercayai Allah secara umum saja, namun kita harus mempercayai Allah secara spesifik yaitu kita harus mempercayai Yesus Kristus!

 

Percayalah kepada-Ku.

Mengapa harus percaya kepada Yesus? Bukankah banyak cendekiawan, filsuf, orang pintar dalam dunia ini? Banyak orang percaya kepada Allah namun tidak dapat mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Kita harus percaya pada Yesus karena: Pertama, Diantara seluruh orang paling agung dalam dunia, tidak ada seorangpun yang berani mengatakan kalimat controversial “Akulah jalan, kebenaran dan hidup kekal”! (Yohanes 14:6) Seluruh manusia telah jatuh ke dalam dosa dan tidak ada seorangpun dapat meneladankan kebenaran kecuali Yesus satu-satunya, inkarnasi Allah menjadi manusia. Hanya Ia layak menjadi teladan sempurna bagi kita semua. Kedua, Tidak ada keselamatan di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Kisah Para Rasul 4:12). Maka sekiranya tidak ada klaim diatas maka anda dapat memilih agama dan kepercayaanmu sesuai keinginanmu sendiri karena semua agama sama, semua kepercayaan sama, semua jalan kepada Allah adalah sama. Namun Tidak ada jalan lain, bertobatlah kepada Yesus Kristus, terimalah Dia sebagai Tuhan dan juruselamat pribadimu, Hanya dalam Kristus ada damai sejahtera (Filipi 4:7) dan Ia tidak akan membuang engkau (Yohanes 6:37). Ia akan mempersiapkan tempat bagi kita, di rumah Bapa kita! Terpujilah Nama Tuhan!

Thursday, June 09, 2016

After 5 Years .... I am Back!

Tidak terasa 5 tahun telah berlalu dan saya belum menuliskan artikel lagi di blog ini. Namun percayalah! Meski saya telah lama tidak menulis artikel ini blog ini, saya tetap menuliskan banyak artikel di buku catatan saya. Banyak rekan-rekan yang memberikan respon kepada saya untuk kembali posting di blog dan saya percaya semua karena Anugerah Tuhan kalo saya bisa sharing lagi soal apapun melalui blog ini.saya yakin saya tidak bisa posting terus secara intens karena keterbatasan saya di China untuk membuka blog saya sendiri alias diblocked. Saya baru dapat update kalo saya berada di luar China. Namun saya tetap bersyukur kepada Tuhan kalo Tuhan masih memimpin hidup saya bersama istri saya, Claudia melayani Tuhan di China. Solideo Gloria.




Hidup hanya satu kali! Pertanyaan saya adalah bagaimana kita menanggapi hidup kita yang hanya satu kali ini? Setelah 5 tahun berlalu, saya melihat hidup manusia semakin modern, canggih bahkan kita bisa menghasilkan atau mempunyai lebih banyak secara online. Hidup yang kualitatif. Pertanyaannya adalah apakah ini hidup yang dikehendaki Tuhan? Saya percaya hidup yang berkualitas adalah hidup yang dikehendaki Tuhan.

Hidup yang berkualitas: Yesaya 65:17-25

1. bukan urusan umur panjang tapi esensi hidup kita. berapa banyak orang yang mati di dalam kekonyolan akibat dosanya sendiri misalnya gaya hidup yang salah seperti obat bius, free sex, stress, bunuh diri, dll. gaya hidup seperti ini bisa dicegah dan korban gaya hidup seperti ini ada di sekeliling kita. Pertanyaannya, apakah kita peduli kepada mereka? Jangan-jangan kita orang kristen yang kehilangan kepedulian kepada mereka yang terhilang sehingga kita menganggap hidup kita kita berkualitas karena hidup kita baik-baik saja, harta kita diberkati, tidak kekurangan apapun bahkan melayani di rumah Tuhan di dalam kehangatan comfort zone bersama saudara seiman yang jangan-jangan sama kondisinya dengan kita alias munafik. Ini ironis kalo kondisi kekristenan kita demikian. Hidup kita ini Anugerah. Mari kita meresponi Anugerah-Nya dengan mengusahakan hidup yang bertanggungjawab dengan mengejar kualitas hidup yang benar yaitu mengenal Allah satu-satunya yang benar dan Yesus Kristus, Firman yang menjadi daging, teladan hidup kita mengikuti esensi hidup yang sejati.(20)

2. semua bekerja dan menikmati hasil pekerjaan itu. Hidup bukan buat senang-senang belaka. Hidup itu kerja! Banyak orang hari ini maunya kerja yang dapat gaji besar yang kalo bisa ga usah kerja keras alias fun. Maunya dapat keuntungan banyak tapi ndak mau kerja. Ini bertentangan dengan Alkitab. Burung di udara aja cari makan sendiri karena Tuhan memberikan providensia kepada binatang dan tumbuhan, apalagi manusia! Berapa banyak orang kristen yang tidak mau mengenal Allah dengan serius, sungguh-sungguh mengejar kebenaran yang satu-satunya? Berapa banyak orang kristen yang mengasihi Firman-Nya dengan membaca Kitab Suci dan melakukan prinsip-Nya di dalam penerapan hidup mereka sehari-hari? Berapa banyak orang kristen yang mau bekerja bagi Tuhan agar kita dapat pergi memberitakan Injil kemanapun Tuhan mau kita pergi? Kejatuhan kita adalah kita tidak menganggap hidup itu bekerja! kita anggap hidup di dalam Kristus itu seperti kita dapat hadiah jackpot! Tidak ada tindakan yang berarti di dalam kerohanian kita selain menghamburkan-hamburkan anugerah-Nya dan berkata "God is good" tanpa makna esensial yang benar! Ayo kita jangan buang waktu kita di dalam kesia-siaan! Kita mohon Tuhan ampuni kita dan maju melakukan pekerjaan-Nya dan mohon sukacita-Nya hadir dalam kenikmatan kita melakukan pekerjaanNya.(21-23)

3. semua hidup damai, rukun dan harmonis. Setiap kita adalah manusia berdosa yang masih memiliki potensi benci, dengki, iri, curiga di dalam pelayanan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam gerejapun kita masih melihat problematika ini merajalela dan merusak kesaksian dan kemurnian kekristenan di dalam sejarah. Namun disinilah kita sedang bersama-sama menguji kemurnian esensi hidup kita bersama. Kita sedang saling belajar memahami dan mengenal arti kualitas hidup sebenarnya yang harus menjadi bagian dalam hidup kita semua sebagai gereja-Nya. Yang kuat tidak boleh tindas yang lemah. Yang kaya tidak boleh tindas yang miskin. Yang pandai tidak boleh tindas yang bodoh. Semua harus bersama-sama! seperti serigala dan anak domba bersama makan rumput. Secara prinsip, sederhana dan simple namun tidak mudah dijalani. Meski demikian, semua dapat terealisasi kalo semuanya punya ketaatan total kepada Firman Allah dan Kristus. Hanya di dalam-Nya kita baru dapat mengalami damai, rukun dan harmonis yang sejati.(25)

4. tidak ada ketakutan. hidup seperti saat singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Dua binatang yang dianggap paling berbahaya dan ditakuti sudah bukan lagi ancaman. Bukankah ini indah? Namun semua ini tidaklah indah disaat hidup kita justru membahayakan dan menakuti orang lain sehingga kita mengancam orang lain dan menjadi trouble maker bagi orang lain maka kita pasti dihukum oleh Tuhan dan Tuhan tidak akan memberkati kita maupun pelayanan kita! Kiranya Tuhan memimpin hidup kita bersama di dalam pertolongan-Nya agar hidup kita dapat menjadi hidup yang berkualitas, berintegritas yang kembali pada keagungan otoritas-Nya yang memberikan kemerdekaan dignitas yang benar dan kesaksian realitas hidup yang benar di dalam Allah Trinitas satu-satunya yang benar!

Dalam Kasih-Nya.
Vik. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan

Wednesday, April 27, 2011

VERITAS DEI

Harvard University, sebuah universitas terkemuka di Amerika Serikat yang menjadi dambaan setiap mahasiswa-mahasiswi seluruh dunia yang merindukan masa depan cerah dalam karier mereka (hopefully). Logo “VERITAS” terpampang di setiap sudut kampus bergengsi tersebut, Mark D. Roberts mengungkapkan nuansa “VERITAS” berada dimana-mana seperti “the eye of God”. Apa sih “VERITAS” itu? Tidak lain, “VERITAS” adalah kosa kata bahasa Latin untuk “Kebenaran”.

Manusia tidak dapat lepas dari sebuah kenyataan bahwa manusia adalah sosok ciptaan dari Sang Pencipta. Hubungan creator – creatures adalah kebenaran yang tidak dapat ditolak karena itulah natur setiap manusia. Manusia tidak dapat lepas dari “searching for THE TRUTH” karena setiap manusia memiliki “sense of divinity” dalam dirinya. Namun problem terbesar manusia adalah manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Sang Pencipta. Manusia telah “Fall into sin” namun manusia tetap bersikeras hendak berkuasa dan melampiaskan nafsu mereka dalam menentukan kebenaran.

Mengapa manusia membutuhkan Kebenaran? Frederich Nietzche, seorang filsuf modern yang mempopulerkan dirinya dengan “Death of God Theology”, ia mengatakan bahwa kebenaran ada di dalam diri setiap manusia yang berhasil menjadi “Ubermench” alias “Super Man”. Konsep “Ubermench” Nietzche tercipta dari hasil “blenderan” dua semangat mitologi Yunani yaitu Apollonian (dewa kuasa, dewa ambisius) dan Dionysian (dewa mabuk, dewa nafsu). Gabungan tesis-anti tesis diatas diharapkan oleh Nietzche dapat menciptakan sebuah formula bagi kehidupan manusia yaitu sukses. Bagi dunia, sukses adalah segala-galanya. Jika kita tidak berada di puncak gunung maka kita bukanlah siapa-siapa! Rupanya, Harvard University di masa kini sedang menghidupi semangat kesuksesan ini. Banyak orang-orang pintar dicetak oleh kampus bergengsi ini tapi dimanakah orang-orang benar? Ingat, Matius 16:26 ada tertulis ‘What profit is it to a man if he gains the whole world, and loses his own soul”. Harvard bukan lagi menghasilkan orang-orang benar, mereka hanya memproduksi orang-orang pintar bagi dirinya sendiri. Kebenaran Allah telah diusir dari area publik, bahkan area privat. Makna “VERITAS” telah hilang dari Harvard University. Bagaimana kita dapat menemukannya kembali?

Back to the Scripture. Injil Yohanes 8:31-32 – Jikalau kamu tetap dalam Firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan. Kebenaran adalah Allah sendiri. Teladan Kebenaran hanya terletak di dalam Inkarnasi Yesus Kristus yang menjalani hidup-Nya sesuai dengan Kitab Suci. Hanya di dalam Yesus Kristus, kita dapat mengenal Kebenaran Allah dan hidup di dalam Kehendak Allah yaitu hidup kudus dan merdeka dari dosa. Bagaimana merdeka dari dosa? Bukan hanya mengenal secara “episteme” maupun “theoria”, namun kita harus bertindak tuk “terlibat” di dalam Allah dan Kebenaran-Nya yaitu “ginosko/ epiginosko”. Tanpa “keterlibatan”, tiada seorangpun orang yang sudah punya “label” kristen mengenal Allah dan Kebenaran sejati. Sekali lagi, hari ini terlalu banyak orang yang memiliki label kristen tapi mereka hanyalah kristen tipe “episteme” dan “theoria” tetapi mereka belum “ginosko”. Bagaimana mau “ginosko”? Lakukan dulu Kebenaran, sesuai Kitab suci. Kuncinya adalah “Jadilah Murid Kristus”. Namun menjadi “Murid Kristus” bukan hanya bicara tentang hubungan pribadi dengan Dia, melainkan harus terkait dengan hubungan terhadap sesama. Mereka harus punya tanggungjawab untuk tidak boleh menyesatkan orang lain, justru mereka harus membawa Kebenaran Allah untuk diajarkan kepada orang lain. Itulah tanggung jawab “Murid Kristus”

Originalitas “VERITAS” Harvard University mula-mula adalah tertulis “VERITAS CHRISTO ET ECCLESIAE – TRUTH FOR CHRIST AND CHURCH”. Dimana Kebenaran yang memerdekakan pasti berelasi dengan Yesus Kristus dan Gereja-Nya. Yesus Kristus menjadi “the only foundation of all sound knowledge and learning.” Gereja menjadi representatif Allah di dalam dunia untuk memberitakan Kebenaran Allah baik dalam mandat Injil maupun mandat budaya. Namun, Harvard University telah menukarnya dengan “TOLERANCE” dan membuang keberadaan Allah, Kebenaran Kristus dan Peranan Gereja dalam Pendidikan. Harvard University, bukan lagi “Bible Proclaiming School”. Mereka hanya peduli terhadap program humanisme untuk memproduksi “ man of success”, bukan “man of significance, man of honor, man of integrity”.

Tahun 1970 an, Di Vietnam, Ada seorang anak muda bernama Hien Pham, dia seorang penganut agama Budha, namun ia meninggalkan agama Budha karena ia merasa kosong seperti orang yang tidak beragama. Akhirnya ia mendatangi sebuah gereja dan ia berbicara dengan pendeta setempat untuk menemukan kebenaran. Akhirnya, ia menyerahkan dirinya menjadi seorang kristen. Ia sangat fasih di dalam bahasa Inggris. Akhirnya dia menjadi seorang translator bagi tentara Amerika maupun tamu-tamu internasional. Singkat cerita, Vietnam jatuh ke tangan komunis. Hien ditangkap oleh komunis dan dijebloskan ke dalam penjara karena dituduh telah membantu tentara Amerika. Hien tidak diperbolehkan berbicara di dalam bahasa Inggris dan Hien didoktrinasi dengan propaganda komunis baik dari Engels, Marx, Lenin dan Ho Chi Minh. Rupanya, “Communist Manifesto” membawa Hien untuk membaca ulang iman kepercayaannya terhadap Kristus. Akhirnya, ia berencana hendak meninggalkan iman kristennya. Tibalah di sebuah pagi hari, ketika Hien ditugaskan untuk membersihkan toilet “kotor”, dirinya melihat “toilet paper” bekas yang kotor dan bau. Rupanya, “toilet paper” yang bekas dipakai adalah sobekan Alkitab dalam bahasa Inggris. Ia bersihkan dan akhirnya ia menemukan iman kristennya kembali melalui “toilet paper” - (Roma 8:28, 38,39). Bagaimana mungkin? Semua hanya karena Kebenaran Allah yang memerdekakan Hien dan Hien menemukan hidupnya kembali menjadi “MURID KRISTUS”. “Life is not about getting the destination, but life is about walking with God and His Truth on the journey to the destination.”

Tercatat di dalam Injil Lukas 23, Ketika Yesus berseru dengan nyaring “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, Ia memuliakan Allah, katanya “Sungguh orang ini adalah orang benar!”. Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun disitu untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Dari bagian ini kita dapat mengetahui sebuah kebenaran bahwa kematian Yesus bukan karena Diri-Nya dibunuh, tetapi Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah. Justru, Yesus bukan kalah, justru Ia telah menang karena Ia telah melakukan kehendak Allah, sesuai Kitab Suci. Setelah melihat semuanya itu, kepala pasukan “kafir” memuliakan Tuhan? Penonton-penonton memukul-mukul diri? Bagaimana mungkin? Mereka pelaku “order” sistem pemerintahan maupun sistem religius yang rusak, mereka penonton yang telah membayar karcis “The Passion of the Christ” dengan “darah mereka”. Namun, Yesus telah mengampuni mereka dan Ia mati untuk menebus dosa setiap orang percaya. Ia bangkit atas kematian untuk mengenapi rencana Allah untuk memberikan pengharapan kepada setiap orang percaya untuk menemukan kepastian hidup kekal. Itulah Kebenaran yang memberikan keselamatan. Keselamatan hanya diperoleh melalui apa yang telah Tuhan Yesus kerjakan. Tidak ada kata terlambat untuk berbalik dan percaya kepada Allah. Bagaimana dengan kamu hari ini? Sudahkah “VERITAS DEI” memerdekakan hidupmu? Maukah engkau menerimanya hari ini?

In Christ
Daniel Santoso
Tianjin, China

Wednesday, April 06, 2011

A Warning to rich peoples

Sebuah pertanyaan reflektif mengenai keberadaan Allah dilayangkan kepada orang-orang terkaya di Amerika Serikat. Bill Gates, CEO Microsoft mengambil sikap agnostik dan menganggap urusan “pergi ke gereja” adalah tindakan yang tidak efisien karena menurutnya, ia dapat melakukan banyak pekerjaan dalam “satu jam” saja. Warren Buffet, CEO Berkshire Hattaway dikenal sebagai seorang yang too mathematical, too logical dan dirinya tidak banyak peduli terhadap kehidupan spiritual. George Soros, Chairman dari Soros Fund Management dan Open Society Institues lebih tegas menyatakan dirinya atheist. Contoh, George Soros, seorang spekulan pasar uang yang telah meraup untung 1,2 milyar dollar menjatuhkan poundsterling sehingga Inggris mengalami inflasi besar-besaran di tahun 1982 karena ulahnya. Belum lagi, Tahun 1997-1998, Soros termasuk salah satu orang yang turut “bermain” dalam pasar uang sehingga Asia Tenggara mengalami krisis moneter, termasuk Indonesia yang akibat inflasi, hutang Indonesia sebesar Rp. 1500 triliun. Cacian muncul dari mulut Mahathir Mohamad, Mantan Perdana Menteri Malaysia yang mengatakan bahwa “mendagangkan uang adalah tindakan yang tidak bermoral”. Tidak sedikit, Soros dianggap “vampir” yang serakah dan haus kekuasaan karena tindakan Soros telah merugikan banyak negara dan sebagian masyarakat dunia. Muncul di benak saya, keinginan untuk mempelajari sedikit soal filsafat Soros. Rupanya beliau banyak menerapkan gagasan serta metode epistemologi dari Karl Popper.

Karl Popper, seorang filsuf postmodernisme yang percaya bahwa satu ilmu tidak mungkin dapat memadai tanpa ilmu-ilmu yang lain. Popper percaya bahwa pengetahuan yang kritis bukan diperoleh melalui verifikasi, namun falsifikasi. Jadi, bagi Popper, kebenaran adalah problem of setting, lalu gimana kita dapat melakukan problem of solving, maka logika falsifikasi dipakai untuk menemukan sebuah konklusi bahwa tidak ada kebenaran yang sempurna, yang ada hanyalah “verisimilitude” atau menyerupai kebenaran. Kebenaran dapat dikatakan ilmiah, apabila tiada kebenaran tandingan yang “corraborated”. Kalau ada, maka kebenaran yang kurang ilmiah harus dikatakan sebagai kesalahan. Semangat positif dari pemikiran Popper adalah bahwa kegagalan merupakan awal dari keberhasilan, namun setiap kegagalan pasti lebih benar? Atau masih ada ruang dapat salah? Dalam hal ini, teori falsifikasi tetap lemah dalam penentuan posisi sebagai kebenaran karena kebenaran dapat dikatakan sebagai kebenaran, masih di dalam sebuah “kesepakatan” akademis yang relatif.
George Soros banyak mengadopsi pemikiran Popper dalam penerapan epistemologis bahwa sifat manusia bisa salah (falliable). Knowledge manusia bertumbuh bukan karna “verifikasi” (pembenaran) tetapi dari “falsifikasi” (penyangkalan). Soros menolak pasar sebagai titik sempurna. Justru pasar tidak sempurna dan tidak pasti maka itulah tempat bermainnya. Side Effectnya, Tidak ada ruang kosong, tidak ada netralitas dan efek dari permainan globalisasi adalah penderitaan banyak orang. Sebab, Soros hanya konsentrasi kepada epistemologi tetapi mengabaikan etika.

Matius 19:23-24 berbunyi demikian “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Sorga”. Sebuah ayat dari Perjanjian Baru yang memberikan sebuah pengertian bahwa tidak mudah bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, malah hiperbola dipakai “seekor unta” lebih mudah masuk melalui lubang jarum. Bagaimana kita membaca ayat ini? Apakah Alkitab melakukan “demonize” terhadap orang kaya? Jika kita kembali kepada Alkitab, kita akan menemukan kebenaran bahwa Allah tidak menentang setiap orang kaya, tetapi problem yang ditentang oleh Allah adalah problem sebagian orang kaya yang lebih mencintai uang daripada Allah (Lukas 12:13-21, 1 Timotius 6:6-10). Mereka mencintai uang dan harta kekayaan di dalam kerusakan total dirinya sebagai manusia berdosa yang telah kehilangan kemuliaan Allah dan mereka menjadikan uang dan harta kekayaan sebagai idola mereka, padahal Sepuluh Perintah Allah mencatat bahwa jangan ada padamu allah-allah lain di hadapan-Ku (Keluaran 20:3). Dalam hal ini, mereka harus bertobat, kembali kepada Allah dan bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka dengan “takut akan Tuhan” dan melakukan penyelarasan sesuai dengan originalitas Allah, otoritas Allah dan selera Allah dalam Firman Tuhan. Itulah Kebenaran Allah yang tidak perlu ditentukan oleh “kesepakatan” kita dalam menentukan metode verifikasi maupun falsifikasi, melainkan inisiatif Allah menyatakan kebenaran satu-satunya yang memimpin manusia untuk mengikuti kebenaran Allah bersamaan dengan mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang selama ini kita adopsi sebagai filsafat hidup kita secara continue di dalam pekerjaan Roh Kudus untuk menyadarkan orang kaya untuk hidup dan mati untuk Yesus Kristus.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Tuesday, March 29, 2011

Reason for the season 2

Kedua, Yesus Kristus adalah Allah yang rela turun ke dalam dunia yang berdosa, mengambil rupa seorang manusia untuk menggenapi rencana kekal Allah di dalam keselamatan. Manusia tidak dapat memiliki kehidupan yang sempurna karena semua telah jatuh ke dalam dosa. Akibatnya, banyak perintah Tuhan dan ketetapan Allah dilanggar karena mereka mengexcuse diri mereka tidak mampu menjalani perintah dan ketetapan Allah. Yesus Kristus menjadi satu-satunya manusia yang dapat menjadi teladan bagi manusia untuk mentransformasi manusia untuk bagaimana mereka belajar menghidupi hidup yang diperkenan oleh Allah. Dalam hal ini, Yesus Kristus menjadi satu-satunya teladan manusia hidup menurut kehendak Allah. Namun, banyak orang meneladani Yesus di dalam cara yang salah. Mereka bukan mau hidup seturut kehendak Tuhan, melainkan mau menjadi Tuhan menurut kehendak sendiri. Semangat “equality like God” masih panas membara di dalam kosa kata hidup manusia berdosa yang berjubah “religius”. Dalam Alkitab, kita dapat menemukan bahwa Lucifer, pemimpin malaikat Kerubim, pemimpin pujian Surga dan pemimpin malaikat tidak puas dengan semua kepemimpinan yang diberikan Allah kepadanya. Dalam kitab Yesaya 14, kita melihat seruan Lucifer “ I will be like most high. I will be the most high”. Apa yang Lucifer mau? Equality like God. Ini permohonan yang telah keluar jalur “positioning” yang benar! Tuhan menghukum Lucifer dengan membuangnya ke neraka. Siapakah Kristus? Ia adalah Allah yang rela mengosongkan dirinya menjadi manusia, mengambil rupa seorang budak “doulos” dengan “total submission” untuk melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki (Thy will be done).

Ketiga, Yesus Kristus rela mengambil posisi sebagai “the suffering servant” untuk rela mati diatas kayu salib, meneteskan darah-Nya untuk menebus dosa manusia yang berdosa dan memberikan pengharapan baru di dalam hidup kekal melalui apa yang Yesus kerjakan di dalam dunia. Yesus melakukan semuanya untuk menebus dosamu dan dosaku. Ia rela menderita demi menanggung dosa-dosa kita yang sebenarnya tidak Ia lakukan. Ia mengasihi kita dan Ia menyelamatkan kita agar setiap kita dapat kembali kepada Allah Maha Pengasih.

Keempat, Yesus Kristus mati diatas kayu salib, dikubur di kuburan pinjaman. Namun kubur itu kosong dan Yesus menampakkan diri di hadapan murid-murid-Nya. Disini menyatakan bahwa Yesus bangkit dari kematian dan setiap kita dapat melihat pengharapan di dalam Kristus bahwa ada kehidupan baru setelah kita mati. Dalam hal ini, satu-satunya pendiri agama yang bangkit dari kematian hanya di dalam Yesus Kristus. Jadi, inilah keunikan iman kristen di dalam Kristus dan biarlah semua lidah mengakui bahwa Yesus bukan manusia biasa, Yesus adalah Tuhan dan Hanya di dalam nama Yesus Kristus kita dapat beroleh hidup kekal.
Inilah the real reason for the season. Natal bukan foya-foya! Natal bukan liburan! Natal adalah Pengharapan keselamatan Ilahi, hanya di dalam Yesus Kristus. Sudahkah engkau mengenal-Nya?

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Tianjin

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...