JANGANLAH LENGAH! PERCAYALAH KEPADAKU 1
Pdt. Daniel Santoso (GRII Taiwan China Hongkong)

Konteks Pandemi Covid 19
Sejak
akhir tahun 2019, Dunia secara global digelisahkan dengan wabah pandemi covid
19 yang telah merenggut nyawa banyak jiwa. Dimulai dari kota Wuhan, China,
wabah tersebut telah melanda dunia termasuk Indonesia. Banyak perdebatan panas
soal apakah Indonesia terlalu mengentengkan wabah covid-19, terlalu percaya
diri terhadap penanggulangan yang dilakukan pemerintah ataupun sudah terlambat
akibat lamban dalam antisipasi seluruh gerak pemerintah mengantisipasi wabah
tersebut. Menurut filsafat Suntzu, adalah fatal apabila kita tidak mengenal
diri, mengenal musuh, mengenal bumi dan mengenal surga. Seringkali konsep
Suntzu hanya diperalat hanya untuk strategi perang, strategi bisnis, strategi
politik namun tidak secara rohani. (Padahal Suntzu adalah seorang Taoism yang
taat). Secara rohani, Suntzu percaya mengenal diri dan mengenal musuh tidak
cukup, harus mengenal bumi dan mengenal surga karena mengenal secara utuh maka
kita akan mengenal hidup lebih berhikmat. Demikian juga terhadap wabah pandemi covid
19 tidak boleh hanya dipahami secara jasmani saja namun kita harus mengenal
maksud dunia dan maksud Langit. Ironisnya, Suntzu tidak mengenal siapakah
Langit sehingga semua strategi perang dibangun dari filsafat alam yaitu air,
angin, api, rimba. Namun, Kita mengenal Tuhan yang menyatakan diriNya kepada
kita melalui Allah Sang pencipta, Penebusan Allah Anak, Yesus Kristus dan Allah
Pewahyu, Roh Kudus. Namun tidak sedikit, pro dan kontra muncul dari perspektif
orang Kristen dalam membaca wabah covid 19 ini, ada yang percaya orang percaya
bebas dari covid 19, ada yang percaya bahasa roh akan memperkuat immune orang
percaya terjangkit dari covid 19. Jika kepercayaan itu benar, pertanyaannya
adalah bagaimana dengan banyaknya orang Kristen yang terjangkit dan meninggal
akibat wabah covid 19? Bagaimana dengan banyaknya hamba tuhan yang meninggal
dunia pasca pandemi covid 19? Kenapa mereka tidak bebas dari covid 19, padahal
mereka adalah kaum orang percaya? Bagaimana kita sebagai orang percaya harus
menghidupi kehidupan dengan benar di era pandemi wabah covid 19 di saat-saat
ini?
Percayalah
kepada Allah
Di
dalam Yohanes 14:1-7: “Jangan gelisah, Percayalah kepada Allah, Percayalah
kepada-Ku”. Hal yang unik dalam ayat ini adalah: Kalimat ini bukan kalimat
simpati, kalimat pelipur lara atau bahasa psikologi Tuhan Yesus kepada para
murid namun ini adalah kalimat perintah Tuhan Yesus kepada para murid! Kegelisahan
hati manusia tidak dapat ditangani dengan cara manusia namun kegelisahan
manusia hanya dapat ditangani dengan kepercayaan total kepada Allah. Ini
perintah yang harus kita imani dan kita laksanakan. Ketika Yesus berkata Aku akan
pergi, murid-murid merasa tidak punya pegangan karena selama 3 tahun mereka
bergantung total kepada Yesus. Sekarang Yesus akan meninggalkan mereka, Masih
adakah pengharapan pada mereka? Dalam Matius 5:6, Yesus berkata: “Berbahagialah
orang yang lapar dan haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan”. Apa
yang aneh disini? Bukankah seharusnya “berbahagialah orang yang lapar dan haus
akan kebahagiaan karena mereka akan dipuaskan” ? Secara logika manusia
kebahagiaan baru dapat dinikmati kalo mereka terus mengejar kepuasan atas
kebahagiaan mereka, namun kita harus kembali kepada prinsip Alkitab. Kata “berbahagialah”
dalam bahasa yunani: makarios yang lebih cocok diterjemahkan sebagai “diberkatilah”.
Berkat Tuhan datang bukan kepada orang yang bahagia, namun kepada orang benar.
Kebenaran adalah kebutuhan terbesar manusia di hadapan Tuhan. Hanya orang yang
lapar dan haus akan kebenaran diberkati Allah. Pertanyaan: Kebenaran apa yang
dapat memberikan kebahagiaan yang benar?
Alkitab
memaparkan tema dasar:
1.
Allah itu ada. Banyak orang ateis
tidak percaya bahwa Allah itu ada. Salah satu pertanyaan yang ditanya orang
ateis adalah siapakah yang menciptakan Allah? Bukankah segala sesuatu ada
penciptanya? Bagaimana mana mungkin Allah itu ada jika tidak ada penciptanya?
Salah satu jawaban yang dapat diberikan adalah Ketika 1+1=2, dari mana asal
angka 1? Apakah dia tercipta dari angka lain? Kita tahu angka 1 adalah bilangan
tunggal dan tidak tercipta dari angka lainnya. Jika demikian, kenapa engkau
sulit menerima Allah yang Maha Pencipta ada pada diriNya?
2.
Ia adalah terang. Tidak ada
kegelapan yang dapat menggelapkan terang itu (1 Yohanes 1:5). Terang sama
sekali tidak dapat digelapkan. Tidak ada yang tersembunyi. Ia tidak dapat
ditipu, disuap, dipermainkan oleh kegelapan. Inilah berita Injil yang harus
diberitakan ke seluruh dunia ! Berita
ini tertulis dalam lagu “Amazing Grace” karya John Newton, “I was blind but now
I see”. Aku dulunya buta namun sekarang aku melihat! Inilah prinsip Alkitab “Post
Tenebras Lux” (2 Korintus 2:6). Untuk apa Ia bersinar kepada kita? Agar kita
belajar melihat kemuliaanNya. Jangan main-main dengan terangNya. TerangNya
menuntun kita untuk tidak bermain-main dengan kegelapan! Jangan main-main cari
pasangan yang tidak seiman karena terang dan gelap tidak dapat bersatu! .
3.
Ia adalah api yang menghanguskan,
Allah yang cemburu (Ulangan 4:24). Ia tidak segan-segan menghancurkan apa yang
tidak beres namun api-Nya memurnikan kita juga. Namun ingat bahwa semua atas
dasar kasih-Nya. Itu sebabnya api juga melambangkan kasihNya. Itulah kenapa
Yesus datang ke dalam dunia, Ia datang untuk menyalakan api! (Lukas 12:49). Api
yang menyadarkan kita bahwa dosa kita harus dihanguskan oleh Allah dan hidup
kita harus dimurnikan di dalam apiNya. Jika tidak, hidupmu tidak memiliki makna
apa-apa dalam kehidupanmu! Saya sangat terbakar ketika membaca kisah hidup dari
John Sung, seorang hamba Tuhan dari Putian, China yang dipakai Tuhan luar biasa
melalui hidupnya senantiasa berkobar-kobar memberitakan Injil. Meskipun
kesehatannya merosot, namun Ia tetap memaksa dirinya untuk tetap memberitakan
injil selama ia masih bernafas. Puji Tuhan! Allah yang memberikan berkat adalah
Allah yang memberikan kutuk. Ini adalah ajaran Alkitab. Mengakui Allah dalam
hidup kita adalah kebutuhan terbesar dalam kehidupan kita baik secara jasmani
maupun rohani. Namun, tidak cukup hanya mengakui Allah saja. Kita tidak
dipanggil untuk hanya mempercayai Allah secara umum saja, namun kita harus
mempercayai Allah secara spesifik yaitu kita harus mempercayai Yesus Kristus!
Percayalah
kepada-Ku.
Mengapa
harus percaya kepada Yesus? Bukankah banyak cendekiawan, filsuf, orang pintar
dalam dunia ini? Banyak orang percaya kepada Allah namun tidak dapat
mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Kita harus percaya pada Yesus
karena: Pertama, Diantara seluruh orang paling agung dalam dunia, tidak
ada seorangpun yang berani mengatakan kalimat controversial “Akulah jalan, kebenaran dan hidup kekal”!
(Yohanes 14:6) Seluruh manusia telah jatuh ke dalam dosa dan tidak ada
seorangpun dapat meneladankan kebenaran kecuali Yesus satu-satunya, inkarnasi
Allah menjadi manusia. Hanya Ia layak menjadi teladan sempurna bagi kita semua.
Kedua,
Tidak ada keselamatan di dalam siapapun
juga selain di dalam Dia (Kisah Para Rasul 4:12). Maka sekiranya tidak ada
klaim diatas maka anda dapat memilih agama dan kepercayaanmu sesuai keinginanmu
sendiri karena semua agama sama, semua kepercayaan sama, semua jalan kepada
Allah adalah sama. Namun Tidak ada jalan lain, bertobatlah kepada Yesus
Kristus, terimalah Dia sebagai Tuhan dan juruselamat pribadimu, Hanya dalam
Kristus ada damai sejahtera (Filipi 4:7) dan Ia tidak akan membuang engkau
(Yohanes 6:37). Ia akan mempersiapkan tempat bagi kita, di rumah Bapa kita!
Terpujilah Nama Tuhan!
No comments:
Post a Comment