Tuesday, September 09, 2008

Batik

Kemarin merupakan hari khusus di Istana Negara karena Presiden Rebuplik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merayakan ultah-nya ke 59 tahun. Tidak sedikit, para wartawan, para pejabat, keluarga sampai rakyat Indonesia memberikan selamat kepada beliau. Seluruh ruangan dipenuhi oleh para undangan yang berpakaian khas yaitu batik. Secara pribadi, saya suka baju batik, tetapi kenapa saya suka batik? Secara ideal, Batik merupakan gambaran ekspresi saya sebagai orang Indonesia yang menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia. Tapi, apakah benar itu ekspresi jujur saya terhadap batik? Apakah nasionalisme saya betul-betul memiliki “nyawa”? Apakah maraknya pemakaian batik tanda kebangkitan budaya Indonesia?


Batik berasal dari kata tik yang terdapat dalam kata titik yang berarti tetes. Tentu saja, proses pembuatan kain batik dilakukan dengan tetesan lilin. Sejarah Batik diperkirakan ada sejak abad 12 Masehi dengan memakai bahan kulit mengkudu, kulit pohon tarum, kulit kayu. Tahun 1815 batik dicetak dengan stempel tembaga yang berpola batik. Dulu motif hanyalah gambar binatang atau tanaman tapi sekarang motif lebih abstrak. Pemakai batik saat itu adalah keluarga kerajaan di zaman Majapahit, akhirnya meluas dikenakan oleh rakyat.


Pengaruh batik rupanya tidak hanya melanda Indonesia tetapi juga melanda dunia. Buktinya, Adidas mengeluarkan edisi batik Indonesia pada jacket, sepatu basketball, sepatu running, etc. Belum lagi, jam tangan terkemuka di Eropa Jaeger Le Coutre mengeluarkan salah satu jam tangan bermotif Indonesia. Bahkan Tiongkok tidak mau ketinggalan, desain baju batik diperjualbelikan di Asia sehingga banyak batik-batik made in China. Apakah semuanya ini menguntungkan Indonesia? Di satu sisi, citra Indonesia mengalami kemajuan karena dunia respek terhadap salah satu karya budaya Indonesia. Di sisi lain, ada sosok-sosok tradisional yang mengalami persaingan ketat. Betapa tidak, pasar tanah abang hari ini dipenuhi batik-batik dari Tiongkok karena murah. Bagaimana nasib batik produksi dalam negeri? Hanya kualitaslah yang dapat membedakan mana yang terbaik. Maju Indonesia!


Bangga sebagai WNI
Daniel Santoso
Jakarta, Indonesia

Dimana posisi Rumah Tuhan?

Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sebuah artikel dari majalah dinding seminari bahwa ada gereja yang dijual bersama dengan tiga ratus jemaatnya kepada pembaca surat kabar tersebut. Saya kaget dengan iklan kecil tersebut. Jika gedung gereja dijual, saya mungkin dapat memahaminya meskipun tidak 100% setuju. Tetapi gedung dijual bersama dengan jemaatnya, ini bukan hal biasa bagi saya. Mengapa dapat terjadi demikian? Pertanyaan yang timbul dalam benak saya adalah apakah perorangan dapat menjadi pemilik gereja? Kalau dapat, berarti perorangan dapat mengkontrol gereja, pendeta, penginjil, jemaat? Jadi boss gereja donk? Bagaimana dengan posisi Tuhan?


Gereja tidak dapat dilepaskan dari tahta Tuhan. Tuhan berdaulat atas keutuhan gereja sebagai kerajaan Allah di bumi. Tidak ada seorangpun dapat memiliki kedaulatan di atas gereja karena gereja harus berakar di atas batu karang yang kokoh yaitu Kristus. Di dalam Kristus, gereja mengajarkan doktrin yang ketat, disiplin rohani yang hidup, penginjilan dinamis dan melakukan semua aktivitas kehidupan dengan takut kepada Tuhan serta hati berkobar-kobar melayani Tuhan dan memuliakan Tuhan dengan kenikmatan Ilahi dari Tuhan. Sayangnya gereja hari ini kurang peduli dengan keketatan doktrin, disiplin rohani, pemberitaan Injil maupun aktivitas kehidupan dalam masyarakat sehingga sebagian gereja mengalami kelumpuhan rohani. Manusia mulai mengambil posisi di dalam gereja untuk mengatur umat Tuhan menurut analisa sendiri, observasi sendiri sehingga semuanya demi keuntungan sendiri. Persembahan demi persembahan dari anak-anak Tuhan bukannya dipakai untuk kemuliaan Tuhan tetapi digunakan untuk investasi diri terhadap material-material yang berlebihan. Inikah gereja Tuhan? Saya betul-betul mengaminkan statement dari Pdt. Dr. Stephen Tong bahwa banyak perampok-perampok rohani berkeliaran di dalam gereja. Jika demikian, masih adakah harapan bagi gereja untuk hidup suci melayani Tuhan? Gereja adalah milik Tuhan. Gereja adalah milik umat Tuhan. Gereja bukan milik perorangan. Gereja bukan milik orang kaya. Gereja bukan milik pejabat. Gereja bukan milik selebritis.


Dalam acara infotaiment Indonesia, Dorce membangun masjid megah di sebuah kompleks di Jakarta Selatan dengan motivasi religius; memuliakan nama Allah. Menurut saya, Dorce melakukan sebuah kebajikan bagi masyarakat supaya dekat kepada Allah, tetapi jika prinsip dan caranya salah, apakah nama Allah dipermuliakan? Dalam Alkitab, Seorang Kehat tidak boleh menyentuhkan dirinya kepada tabut Allah karena tabut Allah itu suci dan manusia itu berdosa. Prinsip menjadi penting. Posisi menjadi penting. Akhirnya karena gerobak sapi yang membawa tabut itu tersendat sehingga tabut suci itu mau jatuh. Ia memegang tabut Allah itu dengan motivasi untuk mengangkat tabut Allah itu kembali ke posisi semula. Motivasinya baik. Tapi ia juga tahu bahwa caranya dan prinsipnya salah. Akibatnya orang kehat tersebut meninggal di tempat. Dalam hal ini, saya belajar melihat bagaimana gereja harus kembali kepada prinsip Tuhan yang kudus, jika tidak, sebaik apapun motivasi kita, kita akan tetap salah karena kita sedang menekankan diri lebih daripada Tuhan. Mari kita berdoa untuk hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan, umat Tuhan agar mereka menghargai gereja sebagai tubuh Kristus, hidup sesuai standard Kristus dan memuliakan Tuhan dengan kenikmatan Ilahi dalam Kristus. Kiranya Tuhan mengampuni kita semuanya, terus melayani di gereja Tuhan dengan takut kepada Tuhan dan sukacita melayani Dia dengan prinsip yang benar dan suci. Tuhan memberkati kita semuanya …


Dalam kasih-Nya
Daniel Santoso
Jakarta, Indonesia

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...