Sunday, November 28, 2010

Pendoa Syafaat yang Tekun

Bapak Tri Wahyudi,Sosok beliau terlalu berkesan di dalam diri saya karena di dalam hidupnya, beliau senantiasa berperan besar menjadi seorang pendoa syafaat yang tekun mendoakan pelayanan hamba-hamba Tuhan. Tahun 2002, masa dimana saya dikirim dari Reformed Institue, Jakarta untuk menjalani masa praktek pelayanan di MRII Yogyakarta selama 2 bulan. Banyak pengalaman-pengalaman indah yang tidak dapat saya lupakan, baik melayani di rumah sakit Bethesda, Persekutuan Reformed di Semarang, mengajar 2 mata kuliah di Sekolah Teologia Reformed Injili Yogyakarta yaitu: “Integrity of Christian Life” dan “Christian Ethics”, mengunjungi Candi Borobudur, Pantai Parang Tritis, Villa Pak Susilo di Kaliurang, mengisi renungan di PMK Melisia Christi, memimpin 2 session di Retreat Remaja GKI Magelang di Wisma Baptis Salatiga, melayani di Mimbar Reformed Injili Indonesia Yogyakarta, termasuk berkenalan dengan beliau, sang pendoa syafaat.

Beliau begitu ramah dan rendah hati mau berkawan dengan saya bahkan memperkenalkan istri dan anak-anaknya seperti saudara sendiri, padahal umur kami jauh berbeda. Kisah pelayanan beliau di Gereja Kristen Jawa, mengambil studi akupuntur dan kemauan belajar teologia Reformed di Sekolah Teologia Reformed Injili Yogyakarta membuat saya tidak dapat melupakan beliau. Setiap kali saya lihat motor vespa melintas, memori saya hanya mengingatkan saya kepada dua pribadi yaitu Frans Magnis Suseno dan Tri Wahyudi. Pak Tri selalu berkata “Saya memang semakin tua, justru saya harus banyak belajar”. Luar biasa! Hari ini banyak anak-anak muda gak mau belajar teologia, malas ke gereja, gak pernah saat teduh, hanya peduli dengan komik-komik bergambar, games-games virtual, shopping barang-barang “sekunder”, anak muda macam demikian lebih baik dibuang ke tempat sampah (kalo boleh pinjam statement dari Soe Hok Gie). Beliau berkata “Oleh karena itu Saya senantiasa doakan Pak Daniel dapat dipakai Tuhan untuk melayani Tuhan, jadi berkat bagi orang lain yang belum kenal Tuhan”. Saat itu, saya hanya berkata “ kami sangat membutuhkan doa-doa seperti bapak. Mohon doakan kami!’. Do you know watt? He did it.

After 2 bulan melayani di Yogyakarta, saya kembali ke Jakarta dengan jam “seiko” yang baru saya beli dari toko loak dekat tugu, Yogyakarta. Tidak lama kemudian, saya menerima secarik surat dari Pak Tri. Apa isinya? Isi doa syafaat beliau untuk saya. Ia juga memberikan doa syafaat agar saya mendoakan ujian praktek akunpuntur beliau. Saya begitu terharu dan berdoa bagi beliau. Tak lama kemudian, datang kembali secarik surat dari Pak Tri. Isinya juga doa syafaat mendoakan pelayanan saya dan doa syafaat untuk saya mendoakan beliau. Saya sungguh tertegun dan saya berdoa bagi pergumulan Pak Tri. Namun, saya baru dapat membalas surat Pak Tri setahun kemudian karena saya telah kembali melayani di Taiwan dan mulai menjajaki medan pelayanan yang baru di China. Setelah itu kami telah “lost contact”. Saya hanya sempat bertanya tentang kabar beliau kepada teman-teman sepelayanan yang dikirim ke Yogyakarta. Saya mendengar beliau justru tetap aktif melayani dan semakin tekun belajar. Saya sungguh-sungguh senang mendengar berita tersebut.

Now, Beliau telah kembali ke rumah Bapa. Meski informasi kepulangannya terlambat 2 bulan kepada saya, saya tak dapat memungkiri bahwa ada kesedihan mendalam dalam diri saya yang membuat saya sungguh merasa terpukul karena saya kehilangan seorang pendoa syafaat yang tekun. Namun, saya sadar bahwa Tuhan hendak memberikan pelajaran penting buat saya untuk bukan terpuruk dalam kesedihan terlalu dalam. Justru Pak Tri telah diselamatkan oleh Kristus. Maka Tidak ada gunanya kita menumpahkan seluruh airmata kita hanya untuk keterhilangan kita. Namun bagaimana kita harus tetap teguh di dalam Kristus untuk tetap melayani dengan lebih “mati-matian” untuk Tuhan dan belajar dari hidup beliau untuk berdoa bagi pelayanan hamba-hamba Tuhan dan tetap semangat belajar dan bekerja di dalam Kebenaran Tuhan.

Terakhir, Ketika saya melihat foto-foto sebelum beliau meninggal dunia, Pak Tri masih memimpin liturgi KKR Regional dan kebaktian MRIIY. Beliau masih enerjik meskipun raut wajah telah menua. Sebuah refleksi sederhana muncul dalam benak saya, wajah saya kelak pasti akan menua, masihkan kita melayani dalam Kebenaran Kristus dengan enerjik? Selamat jalan Pak Tri ... Kami tetap akan mendoakan pelayanan hamba-hamba Tuhan dan berjuang mati-matian melayani Tuhan karena Kristus mengasihi kita semua!

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...