Tuesday, November 16, 2010

Where is Your Citizenship?

Setiap kali saya travelling ke kota-kota besar China seperti Shanghai, Guangzhou, Xiamen, Fuzhou, Tianjin, Zhangzhou, Shenzen, Guiyang dan sebagainya, saya sering mengalami putus asa disaat saya memperkenalkan “citizenship” saya. Ketika saya memperkenalkan diri saya sebagai “Indonesian”, mereka tidak tahu dimana letak geografis Indonesia. Sedih juga, ketika mereka mendengar Indonesia, mereka menganggapnya sebagai India. Rupanya, kejadian yang sama dialami oleh teman2 Indonesia yang berada di negara Barat. Bahkan ada seorang bule yang menebak Indonesia berada di Timur Tengah hahaha. Kebacut!

Rupanya Indonesia tidak populer di masyarakat dunia. Meskipun, kita dapat menghibur diri dengan prestasi bangsa Indonesia dalam olahraga bulu tangkis haha. Padahal tidak sedikit, barang-barang bermerk di luar negeri adalah Made in Indonesia seperti GEOX, Nike, ZARA, etc. Tapi mereka lebih familiar dengan Made in Vietnam, Made in Mauritius, Made in Cyprus, Made in Bangladesh dibandingkan dengan Made in Indonesia.

Masih adakah kebanggaan orang Indonesia ketika diperhadapkan dengan ketidakpopuleran Indonesia di dunia? Rupanya masih ada harapan. Meskipun banyak orang tidak mengenal Indonesia, tapi mereka tahu Pulau Dewata Bali. Bahkan tidak sedikit dari mereka telah berkali-kali mengunjungi Bali, tapi mereka tidak menyadari Bali sebagai bagian dari Indonesia. Mungkin mereka anggap Bali adalah Maldives. Namun, Menjadi ambiguitas bagi kami untuk memperkenalkan diri kami, Apakah kami orang Indonesia atau kami orang Bali (meskipun asli jawa timur haha)? Tentu saja, kita harus tetap mengatakan bahwa kita berkebangsaan Indonesia dan Bali adalah bagian dari Indonesia. Dengan demikian, kita dapat mendidik dunia untuk mengenal Indonesia.

Namun, hari ini saya mau memfokuskan diri terhadap sebuah pertanyaan “where is your citizenship?”. “Citizenship” bukan hanya dibaca secara temporal dalam dunia, tetapi juga dibaca setelah manusia meninggal dunia, mereka bakal kemana? Oleh karena itu, pertanyaan krusial saya adalah “Where is your eternal citizenship?”.

Rasul Paulus dalam Surat Filipi 3:17-21 memaparkan sebuah pengertian bahwa kita memiliki” dual citizenships – a temporary one in earth and an eternal one in heaven.” Pertanyaan ini jarang kita gumulkan secara serius sehingga banyak manusia mengalami keputusasaan yang berkepanjangan terutama bagi mereka yang telah sekarat. Tentu saja, we have no idea ketika melihat kondisi kita sebagai sinner dapat memiliki “citizenship of heaven”. Tidak ada pendiri agama manapun yang dapat memberikan sebuah “payment” agar setiap kita dapat diterima di Surga, kecuali Yesus Kristus- Allah yang rela berinkarnasi ke dalam dunia dan memungkinkan setiap kita semua dapat kembali kepada Allah dengan “citizenship of heaven” di dalam kedaulatan-Nya. Jadi kita tidak boleh hidup sembarangan di dalam dunia karena kita harus hidup meneladani Kristus sebagai patokan bagaimana saudara menghidupi “citizenship of heaven” dalam satu-satunya Juruselamat Dunia, Yesus Kristus. Solideo Gloria.

In Christ
Daniel Santoso
Beijing, China

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...