Monday, September 08, 2008

Persatuan; Moralitas atau Totalitas?

Setiap zaman akan melahirkan masalah dan aktornya tersendiri. Setiap jaman akan melahirkan semangatnya sendiri, dan akan melahirkan pahlawan-pahlawan tersendiri, yakni mereka yang akan menjadi kekuatan pelopor dalam memecahkan masalah zamannya. Di dalam hidup ada problematika yang terus membanjiri manusia dengan pertanyaan penuh teka-teki. Siapakah mereka yang dapat memecahkan masalah jaman ini? Hanya orang yang punya semangat pelopor rela berdialektika dengan zamannya dan keluar dari krisis. Pertanyaan yang muncul adalah apakah itu cukup?.


Pada awal abad XX, Indonesia (Hindia Belanda) diperlakukan sebagai pengemis di tanah air sendiri karena bangsa Eropa merebut kekayaan yang seharusnya dinikmati oleh Hindia Belanda. Spirit pengemis yang semestinya tidak melekat pada diri Hindia Belanda. Justru penjajahan dan penindasan yang diterima oleh Hindia Belanda. Kenapa Eropa merebut kekayaan Hindia Belanda? Sejarah memberikan informasi bahwa Eropa mengalami krisis kekurangan bekal hidup dalam tanah airnya sendiri sehingga rakyat Eropa mencari rejeki di negeri lain sampai Hindia Belanda miskin.


Sebuah buku dari Soekarno berjudul “Islam Nasionalisme Marxisme” memberikan konklusi betapa gandrungnya Soekarno terhadap satu kosa kata yang diimpikan yaitu persatuan. Menurut Soekarno, gelombang nasionalistis, islamistis dan marxistis dapat bekerjasama menjadi satu gelombang yang maha besar dan maha kuat, seperti satu ombak taufan yang tak dapat ditahan terjangnya. Dari mana pemahaman ini? Wahyu? Tidak. Soekarno hanya meyakini diatas penilaian dirinya sehingga hasil yang diperoleh bersifat relatif.


1. Nasionalisme
menekankan satu golongan/ satu bangsa (close system). Problemnya: gampang menjadi kesombongan bangsa (sosiologis) dan ras (biologis). Keinginan hidup menjadi satu. Jadi menurut Soekarno, golongan membuka kesempatan untuk perselisihan satu sama lain. Realitanya, sampai hari ini belum pernah ada persahabatan yang kokoh. Tapi apakah tidak dapat dicapai? Soekarno percaya persahabatan dapat dicapai dengan teladan spirit of down to earth. Soekarno mengutip Gandhi, cinta pada tanah air, cinta pada semua manusia (tidak peduli golongan apapun). Cinta harus menjadi wahyu dan melaksanakan wahyu tersebut sebagai bakti. Adakah teladan spriit down to earth hari ini? Nasionalisme yang dianggap sejati oleh Soekarno bukan Barat tapi Timur. Bagi Soekarno, nasionalisme barat itu bersifat serang mnenyerang, mengejar keperluan sendiri dan peduli untung rugi. Maksudnya buang waktu banyak hanya untuk berspekulatif ria dalam apologetika mereka.Sedangkan nasionalisme timur, Soekarno angkat topi, menurutnya jikalau islam sakit, roh kemerdekaan timur sakit juga.hal ini. Sama-sama merasakan sakit, seperti satu tubuh, satu keluarga … konsep yang penuh kekeluargaan. Kenapa persatuan ini tidak dapat dinikmati nasionalisme barat? Jawabannya karena kebimbangan mereka atas kekalnya persatuan.


2. Islamisme
Kaum Islam harus menanam benih keislaman kemana-mana. Kaum Islam harus mengambil teknik kemajuan Barat dan mempelajari rahasia kekuasaan Barat. Dari Turki, Mesir, Maroko, Kongo, Persia, Afganistan, India, Indonesia … gelombang tersebut masih terus menanam benih ke seluruh dunia. Islam adalah internasional. Problem dari islamisme adalah fanatic. Orang nasionalis dan marxis menuduh agam islam begitu rusak, rendah derajatnya dan hampir semuanya dibawah pemerintahan negeri Barat. Soekarno membela, itu bukan problem islamnya. Problem terletak pada budi pekerti pemeluknya yang rusak. Islamisme harus dapat mengerti aliran jaman. Persatuan dapat diperoleh dengan menjalankan perintah-perintah agamanya.


3. Marxisme
Karl Marx menjadi maha guru yang berkuasa menyatukan buruh dari seluruh negeri. Konsep dialek materialisme bahwa harga barang ditentukan oleh banyak kerja untuk bikin barang tersebut sehingga hasil pekerjaan kaum buruh lebih berharga daripada upah yang mereka terima. Komunis di Rusia ada orang-orang di distrik Samara makan daging anak-anaknya sendiri oleh karena laparnya. Dulu anti agama, anti kaum kebangsaan sekarang berubah justru ada persahabatan, contoh Tiongkok. Soekarno mengatakan bahwa teori Marx dan Engels harus dirubah kalau zaman itu berubah. Musuh marxisme adalah gereja. Memakai agama buat cari duit, membela keperluan atasan, menjalankan politik. Marxisme lebih dekat pada islam daripada Kristen. Islam dianggap agama tidak merdeka, kaum yang dibawah, sedangkan orang Kristen agama bebas dan agama kaum yang diatas.tapi kelemahan marxis yang kolot teori dan kuno taktiknya dapat menyebabkan diri mereka ingkar akan persatuan maka mereka dapat menjadi racun masyarakat.


Bagaimana respon kita sebagai orang kristen?
a. Soekarno mengajak kita harus dapat menerima tetapi harus bisa memberi. Persatuan tidak dapat terjadi kalau tidak mau memberi diri tuk bersatu. Menurut saya, Soekarno memiliki konsep moralitas yang cukup mendarat bagi bangsa Indonesia tetapi konsep menerima dan memberi tidak bisa hanya dianggap sebuah aktivitas tanpa dasar. Jika dasar memberi maupun menerima hanya diatas dasar kefanaan maka semuaya hanyalah aktivitas humanis yang dapat kembali menghancurkan masa depan manusia. Soekarno mengerti poin ini hanya dapat didasarkan melalui keinsyafan kepada Tuhan Yang Maha Esa tetapi bukan pertobatan melalui karya penebusan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Allah yang rela turun ke dalam dunia menebus dosa kaum-Nya. Dalam hal ini Soekarno tidak menekankan konsep Allah sejati didalam persatuan humanis maupun kekal. Persatuan hanya dapat diperoleh oleh mereka yang mengasihi Allah yang benar dan mengasihi sesamanya dengan benar.


b. Teologi Reformed justru mendasarkan semuanya diatas dasar Allah sebagai Sumber Kedaulatan Sejati yang Mutlak. Tidak ada satupun observasi manusia yang dapat melarikan diri dari Kebenaran Mutlak Allah. Soekarno seorang religius tetapi ia tidak mendasari seluruh prinsip-prinsipnya di atas dasar yang sejati. Soekarno hanya mendasarkan seluruh pemikirannya dari observasi dirinya terhadap gelombang-gelombang besar yang mempengaruhi peradaban hidup manusia. Dalam hal ini, hal praktis yang dapat kita pelajari bahwa tidak semua orang religius adalah orang berhikmat sejati/ orang benar. Banyak orang memakai topeng agama untuk bertahan hidup padahal mereka telah menghanyutkan kebenaran ke dalam dasar laut kebenaran relatif. Akibatnya manusia tidak dapat melihat kebenaran mutlak karena mereka telah dibutakan oleh dirinya sendiri yang telah jatuh ke dalam dosa.


c. Konsep persatuan Soekarno apakah alkitabiah atau tidak? Ketiga gelombang di atas bukanlah kebenaran mutlak. Semuanya hanyalah produksi manusia yang akarnya berbeda dan semuanya hanyalah dasar-dasar yang diperoleh melalui analisa kritis manusia berdosa yang lemah dan cenderung tidak akurat. Konsep persatuan tidak dapat dibicarakan oleh manusia karena manusia bertentangan satu dengan lainnya. Konsep persatuan harus dibicarakan di dalam satu-satunya konteks yang paling hakiki yaitu Persatuan di dalam Allah. Hanya Allah yang dapat menyatukan manusia dan memberikan definisi paling jelas dan akurat mengenai persatuan itu sendiri. Persatuan hanya dapat dilakukan oleh Allah, menurut standard Allah dan sesuai dengan rencana kekal Allah. Pertanyaannya siapakah yang dapat menyatukan manusia dengan Allah? Allah sendiri. Allah yang mana? Hanya Allah yang rela inkarnasi menjadi manusia yaitu Yesus Kristus. Konsep Inkarnasi hanya ada di dalam kekristenan. Jadi segala sesuatu harus dilihat dari perspektif Kristus sebagai Allah yang rela inkarnasi turun ke dalam dunia untuk menyatukan hubungan Allah-manusia di dalam ketetapan-Nya yang kekal.Kalau demikian, konsep persatuan Soekarno akankah terjadi? Menurut hemat saya, tanpa konsep Kristologis sebagai dasar mutlak, maka tidak mungkin ada apa yang namanya persatuan dan kesatuan yang kekal maupun humanis sejati.


Dalam Kasih-Nya

Daniel Santoso

Jakarta, Indonesia

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...