Wednesday, February 17, 2010

Silmido

Silmido, inilah pertama kali aku mendengar nama sebuah pulau bersejarah di wilayah Korea Selatan. Sebuah pulau tempat training tentara khusus South Korea divisi 684 di tahun 1968 yang menjadi saksi bisu atas sejarah 30 pasukan khusus divisi 684 yang tanpa sepengetahuan pihak bersangkutan, data pribadi mereka dilenyapkan dari data base South Korea dan mereka dilatih untuk melaksanakan satu misi besar yaitu membunuh Presiden Pyong Yang, Kim Il Sung. Latihan mereka begitu keras, dari berlari keliling pulau, masuk ke dasar laut menahan nafas, menahan besi panas yang membakar punggung mereka, menerima pukulan bertubi-tubi dari para trainer mereka demi mempersiapkan mereka melaksanakan sebuah misi khusus yaitu masuk ke Pyong Yang dan bunuh Kim Il Sung. Ketika mereka diberangkatkan, justru Jenderal Jae-hyun menerima order dari atasan untuk kembali ke Silmido dan menerima order untuk membunuh tentara divisi 684 tersebut. Mereka mempertanyakan identitas mereka yang telah dihapus dari data base South Korea, mereka mempertanyakan kebangsaan mereka yang dianggap komunis oleh bangsanya sendiri. Mereka bunuh diri di dalam bus dengan meledakkan granat. Kisah tersebut difilmkan pada tahun 2003 dengan judul yang sama “Silmido”. Banyak scene-scene kekerasan yang “sadis”, “bengis” dan “imoral”, tetapi pergumulan mereka membayar kesalahan mereka sebagai kriminal yang telah dijatuhkan hukuman mati (sebelum bergabung dalam divisi 684) tidaklah mudah. Sayang sekali, mereka menyelesaikan pergumulan mereka dengan solusi humanis yang tidak mengutamakan kebenaran dan standar Allah sebagai utama.

Dalam konsep kekristenan, semua manusia telah jatuh ke dalam dosa dan setiap manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3), mereka membutuhkan Kristus, satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6). Inilah pertobatan yang kembali kepada konsep keselamatan sejati yang hanya didasarkan di atas nama Yesus Kristus, sebagai satu-satunya keselamatan yang dinyatakan dari Allah. Meski demikian, tidak sedikit orang kristen merasakan hidup mereka begitu sulit dalam menaati kebenaran Allah. Mereka jatuh ke dalam kejatuhan dan cenderung melakukan dosa-dosa yang tidak berkenan bagi Tuhan. Ketaatan masih menjadi “question mark” yang tidak habis-habis dalam mengaminkan serta menjalankan keteladanan dan pengajaran Yesus Kristus dalam konteks orang yang mengatakan dirinya kristen. Kalau ketaatan kepada Allah masih menjadi pergumulan orang kristen, maka ketaatan mereka selama mengikut Kristus hanyalah sebuah “sandiwara” atau “drama” yang formalitas dan palsu. Berbeda dengan Rasul Paulus dalam Filipi 2 justru menekankan pada “work out your salvation”. Kerjakan keselamatanmu, bukan ketaatanmu! Pada saat keselamatan kita hanya dapat dijamin di dalam pekerjaan Allah Anak yaitu Yesus Kristus, melalui pengorbanan darah-Nya di atas kayu salib dan menebus dosa manusia, barulah kita dapat melihat keindahan konsep kasih dan keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus adalah tindakan nyata Allah “from above” yang memberikan makna hidup yang kekal. Justru urusan iman untuk menaati Allah seharusnya telah menjadi urusan yang telah kita bereskan dalam pertobatan kita di hadapan Allah. Jika kita masing bimbang untuk menaati Allah, maka kita masih belum totally menyerahkan semua total kepada Allah. Justru penyerahan diri secara totalitas kepada Allah memberikan kesukaan dalam hidup di dalam Allah dan sukacita dalam Kristus sajalah yang memampukan setiap kita untuk menjalani panggilan dan pergumulan kita untuk mengerjakan keselamatan kita yaitu hidup selaras dengan Kristus. Hidup memberitakan Kristus sebagai esensi Injil yang “full of meaning” kepada dunia ini. Sekali lagi, tidak mudah membawa Injil Kristus ke dalam dunia ini, tidak “always easy and smooth” tapi bukan berarti keselamatan di dalam Kristus harus dikompromikan dengan “situasional manusia”, “moralitas manusia” maupun “fakta hidup manusia”, tetapi bagaimana setiap situasional manusia, moralitas manusia dan fakta hidup manusia dibawa untuk selaras dengan Injil Kristus sebagai standar Allah yang absolute dan tidak dapat diganggu gugat. Itulah panggilan hidup orang kristen. Cia Yo.


Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijng, China

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...