Tuesday, February 06, 2007

Silent and Action

Elia adalah hamba Tuhan yang memiliki pengalaman hidup melayani Tuhan yang luar biasa dimana ia berani mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel ; namun setelah memenangkan pertempuran tersebut, ironisnya ia justru kehilangan kemenangan tersebut dan mengalami depresi berat untuk mengasihani diri.
Warren Wiersbe menafsirkan dalam bagian ini
1. Elia kehilangan perspektif dari ketakutan. Elia baru saja membunuh nabi-nabi palsu Baal, tetapi seorang perempuan membuatnya takut. Ia baru saja berdoa memohon api dari surga tetapi seorang perempuan ( Izebel ) menyebabkan ia melarikan diri dan kehilangan perspektif. Seringkali ketakutan kita membuat kita terlalu membesar-besarkan ketakutan kita sehingga “ kacau “. Efek dari ketakutan adalah TERROR.
2. Elia kehilangan kesabaran beriman. Kurang sabar menunggu waktu yang Tuhan tetapkan untuk diam mencari pimpinan Tuhan tetapi pergi menyelamatkan nyawanya. ( I Raja 19:3 ). Kenapa kita seringkali gagal di dalam pelayanan ? karena kita kurang sabar dengan keputusan Tuhan dan kita lebih menyukai keputusan kita yang paling tidak memberikan jaminan malah menjatuhkan kita.

3. Elia kehilangan sentuhan pribadi karena minoritas. Elia hamba Tuhan yang setia yang bukan hidup seorang diri tetapi hidup berkomunitas.

4. Elia kehilangan tujuan hidup minta mati. Elia berdoa memohon Tuhan mencabut nyawanya tetapi Tuhan tidak mencabutnya karena Tuhan memanggil Elia untuk memulihkan bangsa Israel pada penyembahan kepada Tuhan yang sesungguhnya. Saat Elia minta mati, apakah Firman akan mati ? Tidak ! Justru jika Elia mati, Pertama, Pekerjaan Tuhan akan terus berjalan dan memberkati umat-Nya karena Allah tidak tergantung pada manusia. Kedua, Jika Elia mati maka ia mungkin kehilangan kesempatan untuk menaiki kereta kemuliaan menuju Surga !

Jika kita menawan diri di dalam penafsiran Warren Wiersbe maka kesimpulan sementara kita yang realistik yaitu Elia tidak sekuat yang kita duga. Rupanya Elia hanyalah manusia biasa yang bisa mengalami “ depresi “.

Ia memprediksikan dirinya telah selesai menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepadanya menghadapi ;

1. orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu. Jiwa “ Traitor “
2. orang Israel meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu. “ Agresor “
3. orang Israel membunuh nabi-nabi-Mu. “ Killer “
4. Ia seorang diri. “ Loneliness “
5. Mereka ingin mencabut nyawa Elia. “ Terorist “

Inilah gambaran pelayanan Elia yang sebenarnya memberikan cermin bahwa itulah pelayanan real kita juga, di dalam pelayanan sendiri kita mungkin bertemu dengan orang sendiri yang berjiwa “ traitor “, “ agresor “, “ killer “, “ terorist “ dan diri sendiri yang “ lonely “. Jangan kaget apabila ada anak Tuhan yang menghancurkan anak Tuhan yang lain karena itulah realita yang realistik. Meskipun mereka mungkin berkata kita sama di dalam Kristus tetapi secara esensial, “ peleburan “ aplikasi mereka dengan interpretasi belum “ synchronize “ dengan baik menjadi seperti statement besar dari John M Frame “ Interpretation and Application is the same thing “.

Karakter Elia keras seperti angin, gempa bumi, api tetapi Tuhan tidak berada disana. Malah Allah hadir dalam Bunyi sepoi-sepoi = suara kesunyian yang lemah lembut. Siapakah yang sebenarnya silent ? Tuhan atau Kita ? Seringkali kita membenarkan diri untuk mengatakan bahwa “ Dimanakah Engkau, Tuhan saat aku mengalami kesepian seperti ini “ padahal sesungguhnya Dia terus bekerja dan berbicara kepada kita dan kita semestinya belajar untuk silent, bukan dengan memberikan prediksi-prediksi yang mengasihani diri sendiri dan menganggap diri sudah melakukan apa yang Tuhan mau.

Ada hak apa Elia memberikan prediksi seperti itu ? No More Question from God but God said “ Go, Return on your way to the wilderness of Damascuss … “. Problem adalah
1. kita terlalu “ talkactive “
2. “ complain to God “, mental “ aku sudah kerjakan “ pasti jatuh ke dalam stagnasi alias tidak mengalami kemajuan mutu dan kualitas – mestinya kita lebih rendah hati untuk pikirkan “ apa yang aku belum kerjakan “ sehingga kita terus mencari serta meraba rencana kekal Tuhan yang sulit kita nikmati tanpa Anugerah-Nya. Allah memerintahkan Elia pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang ia belum selesaikan. Akhirnya ia kembali “ direcharge “ Tuhan tuk berjuang melayani Tuhan ! Bagaimana dengan saudara dan saya ?

Dalam Kisah-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, R.O.C

wake up, you true church

Nats : Markus 13:1-2

Dalam sejarah kekristenan khususnya di benua Asia banyak mencatat fenomena perusakan gereja seperti The Boxer Rebellion dengan segala kebencian mereka terhadap negara imperialisme Barat yang mayoritas beragama kristen, membakar gereja-gereja megah di kota Beijing, Tian Jin, Xian, etc. Indonesia, gereja-gereja di Situbondo, Surabaya, Jakarta, Ambon dibakar sana sini untuk melenyapkan rasa “ Aman “ beragama di negara pluralis oleh massa yang dipimpin oleh gerakan anti-kristenisasi maupun anti-imperialisme Barat pula. Sebuah statement keluar dari seorang awam yaitu Oh, Gereja Tuhan sudah diambang kehancuran ! Benarkah demikian ? Jika memang Gereja Tuhan sudah diambang kehancuran, pertanyaan saya adalah mengapa jumlah orang kristen semakin pesat ? apakah ada perbedaan konsep mengenai Gereja Tuhan disini ? jika demikian, apakah definisi Gereja Tuhan sebenarnya ?

Dalam Perjanjian Lama, orang Yahudi harus pergi menuju ke Bait Allah untuk bertemu dengan Allah. Hanya melalui Bait Allah, manusia baru dapat memperoleh “ kedamaian “ berkontemplasi dan bermeditasi di dalam Allah. Tidak heran, jika Bait Allah dipenuhi oleh kerumunan orang, “ bersaing “ satu ama lainnya memberikan persembahan korban yang beragam variasinya karena konsep yang mempengaruhi mereka bahwa disanalah mereka dapat bertemu dengan Allah. Pertanyaan saya, saat mereka mencari Allah di Bait Allah, adakah hasil yang memberikan “ solusi “ keselamatan dan kedamaian kekal ? Apakah saat orang kristen pergi ke gereja pasti akan menerima kepastian bahwa Ia akan diselamatkan dan memperoleh kehidupan kekal selama-lamanya ? Jawabannya adalah Tidak cukup !

Dalam hal ini kita harus membedakan mana Bait Allah dan mana Gedung Bait Allah. Dalam Injil Markus 13:1-2 kita melihat statement seorang murid Yesus yang berkata kepada-Nya “ Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu ini dan betapa megahnya gedung-gedung itu “. Murid Yesus tersebut terpesona melihat “ design “ yang tahan lama dan “ estetika arsitektur “ yang mengagumkan bagi tradisi Yahudi, kehormatan Yahudi maupun Sejarah Yahudi. Tetapi apakah itu yang terpenting ? semestinya hal ini juga menjadi perenungan pribadi kita semuanya, selama ini kita berkecimpung di dalam pelayanan Gereja, Ibadah maupun Ceremony tetapi adakah yang terpenting di sana ? Orang Yahudi memiliki tradisi yang tinggi, kehormatan yang tinggi dan sejarah kebudayaan yang tinggi juga tetapi itu hanyalah form dari religion saja. Dimanakah poin yang terpenting ? God of religion ! Apakah selama ini kita beragama, beribadah ataupun melakukan pelayanan tanpa Tuhan ? Yesus memberikan jawaban yang menggoncangkan tradisi, kehormatan dan sejarah Yahudi “ Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini ? Tidak satupun batu akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan “. Pemikiran orang Yahudi dimana ada Bait Allah, disitulah Allah berada tetapi saat Yesus mengatakan statement tadi, jika demikian dimanakah Allah ?

Gedung Bait Allah itu penting tetapi secara fungsi hanyalah sarana untuk bersekutu dengan jemaat lainnya. sedangkan Bait Allah adalah
setiap orang yang percaya kepada Kristus sebagai juruselamat dan Roh Kudus diam diatas mereka ( I Korintus 3:16, 6:19, II Korintus 6:16 ).
Di dalam Efesus 2:19-21, Rasul Paulus menegaskan bahwa orang yang percaya Yesus Kristus bukanlah “ strangers “ tetapi sudah menjadi keluarga Allah yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi yaitu Kristus adalah batu karang yang kokoh.
Hanya di dalam Kristus manusia dapat memperoleh tempat kediaman yang “ nyaman “ di dalam Roh. ( It is well in my soul ).

Maka, Gedung Gereja jika dipenuh sesak oleh manusia-pun masih gak mampu membawa manusia kembali dan berdamai dengan Allah, Oleh karena itu Allah mengirimkan Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus datang ke dunia fana untuk memberikan solusi keselamatan dan kehidupan kekal selama-lama-Nya. Puji Tuhan ! Manusia tidak perlu lagi membakar korban bakaran karena Yesus Kristus telah menjadi korban hidup !

Jika 3 poin di atas merupakan Gereja Tuhan yang “ sesungguhnya “ maka pertanyaan kita adalah bukankah mereka juga mengalami penderitaan ? Mengapa Allah mengizinkan penderitaan melanda mereka ? Saya belajar sebuah kebenaran rohani yang mengajarkan saya bahwa terkadang Allah mengizinkan penderitaan melanda jemaat maupun orang kristen untuk memberikan “ Skak Mat “ kepada kita. Apakah maksudnya ? Hey pelayan-pelayan Tuhan, apa yang sedang kita kerjakan hari ini ? Kita sebagai pelayan Tuhan terlalu mencintai diri kita sendiri sehingga hanya mau berkecimpung dalam gedung gereja tanpa mempedulikan urusan-urusan jemaat di luar gedung gereja. Bukankah pelayan Tuhan semestinya selain menggembalakan program-program dalam gedung gereja plus menggembalakan kawanan domba Allah yang dipercayakan Tuhan kepada kita di dalam dunia ? tubuh kita adalah Bait Allah maka bagaimana kita berfungsi untuk memberikan supply baik secara doktrinal, spiritual maupun material ( jika perlu ). First Thing First !

Jika kita memahami panggilan kristen kita sebagai Bait Allah secara benar maka :
Kita pasti akan semakin mencintai sesama kita yang mengalami penderitaan maupun kesepian.
Kita membangun reruntuhan manusia yang rusak karena dosa-dosanya tuk menjadi Bait Allah yang kudus dan Allah dimuliakan disana melalui pekerjaan Roh Kudus. Kita harus mengingat bahwa Iblis selalu rajin di dalam menularkan “ spyware-spyware “nya dan meracuni manusia maka bagaimana kecepatan kita yang dipanggil sebagai “ Anti-Virus Spyware “ ? Jangan-jangan kita masih terlampau lamban mengabarkan Injil Tuhan baik di dalam gedung gereja maupun di luar gedung gereja !

Sekali Lagi, Gereja Tuhan bukan terbuat dari batu marmer yang bagus mengkilap dan kuat. Tetapi Gereja Tuhan yang sesungguhnya adalah darah dan daging manusia yang lemah yang perlu “ DIBANGKITKAN “ di dalam KRISTUS. Biarlah setiap kita dapat melihat sebuah “ preveilege “ dari Tuhan untuk menjadi orang kristen yang mensupply Kebenaran kepada orang lain tetapi biarlah kita juga dapat melihat sebuah “ warning “ buat kita sendiri sebagai orang kristen apalagi pelayan Tuhan, prioritas pelayanan kita berada di mana ? urusan program gedung gereja / jiwa-jiwa ?

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Shanghai, China

Penghiburan Rohani

Setiap manusia membutuhkan penghiburan rohaniah dari Tuhan, Thomas A Kempis memberikan sebuah “ explanation “ :

1. Penghiburan rohaniah sungguh melebihi kesenangan dunia dan kenikmatan daging yang hampa dan mencemarkan. Penghiburan rohaniah suci dan dituangkan oleh Tuhan di dalam jiwa yang suci murni. Ironisnya tak ada seorangpun yang dapat selalu menikmati penghiburan rohaniah ini sesuai dengan kehendaknya sendiri karena bergumul dalam percobaan.

2. Ironisnya kebebasan hati kita semua alias palsu dan kepercayaan terhadap diri sendiri terlalu besar. Kenapa bisa terjadi demikian ? Karena kita kurang percaya secara fullhearted terhadap janji Tuhan. Janji Tuhan memiliki hubungan yang erat dengan perintah Tuhan. Lakukanlah perintah Tuhan karena di dalamnya ada janji Tuhan. Justru pada saat kita melakukan perintah Tuhan maka kita akan menikmati janji Tuhan. Kembali kita mengimani Katekismus Westminster pasal 1, Tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan. Kedua, karena kita lebih suka memerintah Tuhan ketimbang kita diperintah. Unsur egoisme kita seringkali membutakan diri terhadap janji Tuhan yang memberikan kelimpahan kepada kita dalam berkat jasmani maupun rohaninya. Disini kita harus memiliki pengenalan diri dan menempatkan diri secara tepat di hadapan Tuhan. Thomas A Kempis memberikan statement keras yaitu “ Marahlah kepada dirimu sendiri dan jangan sampai kamu tinggi hati dan temukan dirimu yang kecil dan hina sehingga orang-orang dapat leluasa menginjak-injak kamu dan menjadikan dirimu sampah “. Memang betul kok dirimu gak punya apa-apa karena semuanya adalah milik Tuhan, milik kita hanya satu yaitu dosa kita sendiri, itulah sampah ! tapi seringkali kita menganggap diri sebagai “ sampah yang berharga “ padahal kita “ sampah “ yang patut dibakar oleh api yang menghanguskan !
3. Ku tak ingin penghiburan yang menghilangkan rasa bertobat dan saya tidak mau sombong. Matius 22:21 tertulis “ Berilah kepada Allah yang Allah punya “ maka kita manusia adalah kepunyaan Tuhan maka semuanya harus diberikan kepada Tuhan, tetapi justru kita tidak rela memberikan diri kita kepada-Nya karena kita menganggap kita pemilik diri kita, bukan Allah. Padahal paradigma kita salah ! justru kita adalah ciptaan Allah, milik Allah maka kita milik Allah kecuali satu yaitu dosa kita karena itu kita yang mau bukan Tuhan yang mau.


4. Pilihlah tempat yang paling rendah niscaya kita akan diberikan tempat yang paling tinggi sebab tempat tertinggi terletak di tempat terendah. Inilah teladan Kristus – Allah yang rela turun ke dalam palungan yang dianggap rendah tetapi justru inkarnasi Tuhan mengajarkan kita untuk memiliki kerelaan untuk turun ke dalam dunia yang “ rendah “. Bagaimana dengan kita ? kita lebih suka perintah sana perintah sini ketimbang turun sendiri dalam pelayanan. Kenapa demikian ? gak punya kerelaan !


5. Belajarlah mengucap syukur atas pemberian Tuhan baik kecil maupun besar meskipun penderitaan ada karena semuanya untuk keselamatan dan kebahagiaan kita, oleh karena itu tetaplah berdoa agar kita senantiasa menyadari anugerah Allah di setiap detik kehidupan kita. Problem kita adalah cinta kita kepada Tuhan belum kuat dan sempurna ? kenapa bisa demikian ?


5.1 Karena kesulitan sedikit aja, pekerjaan yang engkau mulai akhirnya engkau tinggalkan. Kesulitan membuat kita jenuh dan akhirnya membuat kita putus semangat dan meninggalkan pekerjaan itu. Justru kesulitan tetap membuat kita “ sukacita “ menjalan pekerjaan kita. Masalahnya soal kerelaan, kita kurang rela menjalani lika liku perjalanan pekerjaan kita dengan sukacita akhirnya alami kesulitan,ngomel. Tidak alami kesulitan, juga ngomel. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa itu jiwa pemalas, banci, gojik ! Belajarlah dari Mao Tze Dong – you gue nan, you pang fak, you shi wang – ada kesulitan, ada solusi, ada harapan. Oleh karena itu orang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan dan manusia pasti adalah orang yang kuat berdiri hadapi tantangan maupun percobaan.


5.2 Karena kita masih suka melihat “ nilai pemberian “ ketimbang “ perasaan kasih “. Jika kita hanya melihat nilai pemberian, saudara bisa seenaknya mengatakan ini bernilai dan ini tidak bernilai karena tidak sesuai dengan seleramu sehingga orang demikian jatuh ke dalam semangat matre ! berapa banyak orang memberikan hadiah dengan sungguh-sungguh dalam keterbatasan ekonominya tetapi dihina-hina didepan umum sehingga pemberi hadiah tersebut minder ! itu congkak namanya ! justru nilai kekalnya bukan disana tetapi perasaan kasih itulah “ meaningnya “.


5.3Kehilangan fokus untuk memegang teguh dan mengarahkan diri selalu kepada Tuhan. Tubuh manusia yang berdosa selalu berusaha melawan dan mengagalkan keinginan baik kita untuk confession kepada Tuhan maupun worship kepada Tuhan dan kita bukannya bergumul di dalam Tuhan tetapi kita sendiri memberikan “ excuse “ kepada diri sendiri – oh I am just human ! misalnya kita lakukan dosa besar tetapi gak pernah minta ampun kepada Tuhan, itu satanic mind ! justru saat musuh memberikan pikiran yang jahat dan kotor, kita harus usir dan katakan “ Enyahlah engkau roh jahat dan kotor ! Yesus akan sertaiku dan menjadikanku “ spiritual warrior “ dan kamu akan dibuat malu oleh-Nya “. Terkadang kita bisa jatuh bangun tetapi tetaplah bangun dan tetaplah berkali-kali bangun dan selalu rendah hati bersandar kepada Tuhan saja. Perjuangkanlah itu ! Belajarlah dari Pdt. Dr. Stephen Tong : kita harus memiliki :
- courage without fear ; keberanian tanpa takut
- consistency without compromise ; konsistensi tanpa kompromi
- fighting without surrender ; berperang tanpa menyerah.

Tuhan memberkati kita semua, Cia Yo !

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Xiamen, China

Kerelaan Hamba dan Kuasa Firman

Hidup manusia tidak lepas dari sejarah, momentum-momentum yang terus berjalan sampai hari ini yang memberikan beragam ekspresi manusia dari suka, duka, benci, dengki, iri hati, mengasihi, mengampuni, memperjuangkan, menyelamatkan dan sebagainya. Manusia dan sejarah tidak dapat dipisahkan satu dengan lain. Sejarah dimana Allah menciptakan dunia dan isinya dengan Firman-Nya. Sejarah yang disebabkan keinginan diri manusia tuk menjadi seperti Allah sehingga manusia “ fallen into sin “, tiada solusi bagi manusia untuk kembali seperti semula karena keberdosaan mereka jijik di hadapan Allah, hanya satu solusi yaitu Allah rela inkarnasi ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia kembali kepada-Nya, Oleh karena itu di dalam rencana kekal Allah, Yesus Kristus lahir, mati dan bangkit dari kematian untuk menyatakan Firman Tuhan yang memberikan “ Pengharapan “ kepada manusia. Sejarah bagaimana setiap orang beriman tidak hidup seorang diri tetapi Allah Roh Kudus yang senantiasa menyertai setiap orang pilihan-Nya dengan Firman Tuhan. Bukankah ini menunjukkan Firman Tuhan begitu berkuasa ? Firman-Nya menciptakan manusia, Firman-Nya memberikan pengharapan kepada manusia, Firman-Nya menyertai manusia, Betapa besar kuasa Firman-Nya !

Dalam konteks pelayanan hamba-hamba Tuhan, saya merenungkan betapa besar kehormatan para nabi, para rasul, para pendeta, para penginjil, kaum awam untuk melayani Tuhan di setiap ladang pelayanan mereka masing-masing, tetapi secara pribadi saya memiliki pergumulan teologis mengenai kenapa ada hamba Tuhan yang dipakai dengan begitu berkuasa ? ada hamba Tuhan yang tidak berkuasa dalam pelayanannya ? Dalam hal ini, kuasa yang saya mengerti bukanlah kuasa retorika manusia yang bisa dilatih secara berkala, kuasa yang saya gumulkan juga bukanlah kuasa massa kuantitas yang besar, kuasa yang saya tekankan disini adalah Kuasa Allah atas Firman Tuhan itu sendiri.

Secara pribadi, Saya menggumuli beberapa poin mengapa pelayanan orang kristen kehilangan “ enjoyment “ dan “ power “ padahal sudah memakai nama Allah sebagai meterainya ?

1. Problem terletak pada manusia itu sendiri yang tidak rela untuk ditahtai oleh Firman Tuhan. Sisi satu, Mereka tidak rela duduk diam untuk belajar mengerti kehendak Tuhan maupun perintah Tuhan tetapi bersibuk ria untuk menciptakan diskusi panel yang “ menarik “ untuk membawa jemaat untuk masuk ke dalam kerumitan teologis yang akhirnya memuaskan logika manusia tetapi intuisi mereka kering. Sisi lainnya, Mereka juga tidak rela bekerja secara dinamis untuk mengerti kehendak Tuhan maupun perintah Tuhan sehingga mereka lebih suka menciptakan “ sphere of heaven “ maupun “ heaven songs “ yang secara fenomenal kelihatannya lebih “ down to earth “ tetapi memberikan ruang lebih besar terhadap pembodohan-pembodohan kehidupan spiritual orang beragama karena kehilangan sebuah disiplin rohani untuk rela menerima kehendak dan perintah-Nya sebagai “ pedoman fokus hidup “ mereka sehingga intuisi mereka menjadikan diri mereka liar terhadap “ emotional fenomenal “. Sisi yang paling parah kondisinya yaitu budaya “ cuek “ terhadap setiap pergumulan-pergumulan manusia di dalam sejarah baik secara logika maupun intuisi dan menumpulkan usaha-usaha transformasi yang semestinya dikerjakan oleh kita sebagai orang Reformed yang dipanggil untuk berjuang di dalam mandat Injil maupun mandat budaya. Banyak orang kristen yang jatuh ke dalam semangat dualisme antara sacred dan secular yang harus dibaca sesuai perspektif masing-masing, sebagai contoh kasus – Jemaat MRII Taiwan – China banyak sekali terjun ke dalam dunia pendidikan khususnya Bahasa Mandarin yang kelak membawa mereka untuk berprofesi sebagai guru bahasa mandarin. Jika mereka menganut dualisme maka iman reformed injili tidak dianggap relevan terhadap profesi guru mandarin tersebut. Tetapi justru Reformed Evangelical Theology mengajak setiap manusia untuk melihat kuasa Firman Tuhan atas kehidupan sacred maupun secular. Kita bukan hanya dipanggil untuk mengabarkan Kristus atas Injil saja tetapi kita juga dipanggil untuk mentransformasi kebudayaan untuk kembali kepada Kristus karena Kristus telah mengalahkan dunia. Jika kita masih mengadopsi sistem dualisme di dalam pemikiran akademis kita maka saudara tidak mungkin bisa memahami Bush saat memjawab sebuah pertanyaan simple yaitu siapakah filsuf favorit anda ? yang dijawab oleh Bush yaitu Yesus Kristus. Bagian ini digumulkan oleh seorang penulis senior Indonesia yaitu Goenawan Mohamed. Menurut pendapat Goenawan Mohamed, semestinya seorang kristen lazimnya tidak akan menganggap Yesus seenteng itu tetapi Bush melakukan hal tersebut. Kedudukan Bush sebagai Presiden United States of America menghidupkan “ Bible Study “ di White House, Washington D.C mengusik tokoh-tokoh dualisme, salah satunya yaitu Goenawan Mohamed. Disini Bush memberikan spiritual insight kepada kita bahwa Kristus berada di atas kebudayaan karena Penciptaan Alam Semesta dan Kebudayaan berada dibawah kedaulatan Allah maka God Transformed Culture menjadi spirit perjuangan yang semestinya mempertobatkan setiap manusia untuk kembali bercermin merenungkan dan melaksanakan upaya perjuangan bagaimana budaya harus setia memancarkan keindahan Sang Pencipta Budaya itu sendiri. We need to repent !

2. Kita tidak rela didisiplinkan oleh Firman. Firman Tuhan memiliki “ kekakuan “ dan “ kedinamisan “ yang dapat mengarahkan manusia untuk menjalani kehidupan penuh makna serta melangkah pasti menuju fokus kekekalan yang memberikan pengharapan optimistik yang sejati. Ironisnya, banyak orang kristen sendiri kurang menghargai “ kekakuan “ serta “ kedinamisan “ gerakan dari Firman Tuhan sehingga penghormatan dan respek kita kepada Firman Tuhan kurang memberikan implikasi yang sejati untuk setia kepada Firman-Nya. Disini kita perlu untuk menyelami konsep nilai dan positioning kita terhadap Firman Tuhan, Apakah Firman Tuhan bernilai dalam hidup kita ? Jika Firman Tuhan tidak bernilai maka kita tidak akan mungkin respek terhadap Firman tersebut. Kedua, Bagaimana kita memposisikan diri terhadap Firman Tuhan ? Apakah Firman Tuhan terletak di atas kita ataupun di bawah kita ? Jika Firman Tuhan terletak di atas kita maka kita harus setia kepada Firman karena kita hanyalah hamba Firman yang menerima visi Firman dan melaksanakan secara kontekstual visi Firman tersebut dalam kehidupan manusia baik secara sacred maupun secular. Jika sebaliknya maka kita memiliki kekuatan untuk memperbudak kuasa Firman sehingga kita kelihatannya tuan atas Firman tetapi sebenarnya kita adalah pemberontak Firman Tuhan itu sendiri.

3. Kita lebih mendambakan manusia memiliki “ freedom of expression “ yang luas dan meredam suara kenabian Firman Tuhan terus terjebak ke dalam kesempitan pemikiran Firman Tuhan yang menurut mereka digambarkan mirip seperti katak di dalam tempurung alias kuper. Sebenarnya saat kita berbicara mengenai freedom maka sebenarnya apakah freedom menyelesaikan masalah ? justru kita melihat bahwa freedom terkadang merusak opini-opini klasik yang anggun menjadi opini picisan yang tidak memiliki keanggunan. Terkadang freedom justru bikin liar dunia. Misalnya ; Free Sex di United States of America dari tahun 1930 sampai tahun 2006 telah merusak berapa generasi yang kehilangan kemurniaan di dalam kehidupan seksual mereka dan masuk ke dalam dunia gelap yang “ melegalkan “ dosa manusia menjadi lebih liar dan diterima oleh masyarakat yang membutuhkan “ freedom of expression “ tersebut. Menurut saya, kita harus kembali kepada konsep nilai dari Freedom itu sendiri – meskipun freedom of expression diberikan kepada manusia di seluruh dunia tetapi bukan berarti saudara dan saya merindukan ekspresi yang bebas alias liar menilai diri sendiri yang “ tidak rela “ tetapi justru kuasa Firman Tuhan mampu membawa orang yang sudah “ full spirit “ untuk berjuang mati-matian untuk kemuliaan-Nya. Justru Firman Tuhan memerdekakan saudara dan saya dan Firman Tuhan membebaskan kita untuk dapat melayani Tuhan. Oleh karena itu marilah kita kembali dalam fokus kita untuk melihat Kuasa Firman Tuhan yang real terjadi dan biarlah doa kita terus terpanjatkan melalui bahasa dan vocabulary sederhana kita untuk melayani Tuhan karena Kristus bertahta dalam hidup percaya dan kita belajar konsisten taat kepada-Nya. Jangan saudara takut ! Tetap semangat ! Puji Tuhan !

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Wisma Kinasih, Sukabumi






Kuasa Firman dan Minoritas

Usia dunia semakin lama semakin tua, pengalaman manusia semakin bertambah, semakin tinggi segala perkembangan ilmu pengetahuan, ironisnya semakin gelap hati manusia sehingga tidak mampu lagi memantulkan hidup yang sejati karena manusia sudah tidak lagi mencintai Allah melainkan membius dirinya untuk mencintai dirinya sehingga overdosis.

Kenapa Kristus datang ke dunia ini ? Kristus datang untuk membawa bangsa yang mengalami overdosis ini untuk sadar bahwa dirimu telah “ fallen into sin “ dan manusia perlu “ keselamatan “ dan “ syalom “. Di dalam Superman Return, secara general menggambarkan dunia yang memerlukan keselamatan dan damai sejahtera melalui seorang figur juruselamat yaitu Superman. Ketika Superman menghilang, dunia begitu merindukan keberadaannya sehingga dimasa vaccum dunia akhirnya berbalik membenci superman. Ekspresi tersebut diwakili oleh Lois Lane yang menuliskan sebuah makalah kontemporer “ Why The World Doesn’t Need Superman “ tetapi singkat cerita saat Superman kembali menyelamatkan dunia, Lois Lane yang awalnya membenci akhirnya kembali berharap optimistik terhadap Superman dan menuliskan kembali “ Why The World Need Superman “. Inilah sebuah kebenaran general bahwa dunia membutuhkan keselamatan dan damai sejahtera tetapi siapakah Superman yang sesungguhnya ? Clark Kent ? George Bush ? Donald Trump ? Samuel Hungtinton ? Benny Hinn ?

Dalam Alkitab, ada sebuah cuplikan serius yang membuat setiap kita untuk kembali merenungkan bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia yang real. Yesus melayani dari satu tempat ke tempat yang lain dengan “ antusiasme “ yang begitu berkobar-kobar menyatakan keselamatan maupun damai sejahtera melalui setiap Firman Tuhan yang keluar dari mulut-Nya. Disini pelayanan Yesus pun tidak lepas dari Firman Tuhan yang memberikan pengharapan kepada manusia yang membutuhkan keselamatan maupun damai sejahtera. Disini Yesus memimpin sebuah gerakan yang revolusioner karena ia memimpin gerakan yang kelihatannya kecil dan minoritas tetapi justru disini gerakan yang minoritas ini memiliki pengaruh yang begitu luas. Pernahkah engkau membayangkan kekristenan yang dimulai dari segelintir orang akhirnya mempengaruhi dunia sehingga jutaan orang menjadi penganut kristen. Saat Yesus melayani Tuhan, banyak murid berbondong-bondong – mengikuti Tuhan, pertanyaannya apakah mengikuti Tuhan pasti memiliki motivasi pengikutan yang baik ? Jika kita melihat pengikut Tuhan, kelihatannya banyak tetapi ada tidak pengikut Tuhan yang setia ikut Tuhan sampai mati ? Jawabannya terlalu sedikit orang yang mengikut Tuhan setia sampai mati.


Refleksi ini membuat saya merenungkan perjalanan gerakan reformed injili, banyak orang berbondong-bondong terjun dalam pelayanan di bawah gerakan reformed injili tetapi apakah semuanya memiliki motivasi benar ? Di dalam pelayanan Yesus, ada seorang pengemis buta yang namanya Bartimeus yang memohon berkat Tuhan. Siapakah Bartimeus ? Ia hanyalah seorang pengemis yang dianggap “ low class “, “ minority “, “ low power “, “ low profit “. Apakah orang yang memiliki kondisi seperti ini tidak layak memohon berkat Tuhan ? respon murid-murid-Nya yaitu menegornya dengan one statement “ SHUT UP “. Disini Bartimeus dibawa kepada suatu kondisi bahwa posisinya tidak layak membuka mulut untuk meminta berkat Tuhan. Apakah itu benar ? Justru kisah Bartimeus memberikan “ spiritual insight “ kepada setiap untuk kita ! Pertama, Bartimeus memanggil “ Yesus, Anak Daud, Kasihanilah Aku “, dalam Lukas “ Tuhan, Kasihanilah Aku “. Disini kita dapat belajar melihat iman Bartimeus yang Kristologis yaitu Yesus adalah Tuhan. Darimana ia belajar Kristologi ? Ia tidak pernah masuk sekolah theologia tetapi ia menerima kesempatan dari Allah untuk percaya kepada Yesus sebagai Allah – disini Bartimeus melakukan loncatan iman ( leap of faith ) untuk beriman kepada-Nya. Kedua, Jikalau setiap anak Tuhan mendengar Firman Tuhan dengan hati yang seperti ini, saya percaya Tuhan akan membangkitkan pahlawan-pahlawan iman yang kuat dan memiliki “ fighting spirit “ dengan kerinduan besar bahwa hari ini saya harus diberkati oleh Tuhan, saya tidak mau mendengar khotbah dengan percuma tetapi saya harus mendapatkan berkat Tuhan !


Biarlah teriakan Bartemeus menjadi teriakan kita untuk memohon keselamatan maupun damai sejahtera yang satu-satunya hanya melalui satu-satunya nama yaitu Yesus Kristus. Ketiga, Saat Tuhan memberikan berkat-Nya kepada Bartemeus, bagaimana respon Bartimeus dan pengikut Tuhan lainnya ? Banyak orang menerima berkat Tuhan lalu melupakan Tuhan tetapi justru Bartimeus mengambil aksi respon untuk mengikut Tuhan karena ia sadar siapakah Yesus ( Guru / Tuhan ) maupun siapakah diri sendiri ( Pengemis / Minoritas / Dosa ). Kesadaran inilah yang ditekankan oleh John Calvin di dalam Institues of Christian Religion. No knowledge about God without know about man, No knowledge about man without know about God ! Mari kita belajar memposisikan diri kita tepat pada tempatnya sehingga kita bisa menjalani sebuah kehidupan yang integrated di dalam Kristus. Terakhir, Saat Bartimeus berespon, pengikut lainnya memuliakan Tuhan. Ini menunjukkan sebuah kebenaran rohani bahwa satu jiwa bertobat maupun diberkati maka pengikut Tuhan bersukacita karena berkat Tuhan memberikan kesempatan berharga bagi orang untuk menikmati anugerah Allah. Bagaimana dengan kita ? Jangan-jangan kita kehilangan kebersamaan bersukacita atas berkat Tuhan yang dinikmati oleh orang lain. Kita bukan hidup seorang diri maka saat Allah memberkati orang lain, biarlah kita belajar untuk melihat berkat Tuhan yang orang lain nikmati mengajarkan kita bahwa itupun menjadi berkat buat kita untuk melihat pekerjaan Tuhan itu real tanpa tipuan kepada orang lain dan sadar bahwa pekerjaan Tuhan atas hidup kita pun real dan bukan tipuan. Solideo Gloria !

Dalam Anugerah-Nya
Daniel Santoso
Wisma Kinasih, Sukabumi

Peace on Earth

Nats Alkitab : Lukas 2:8-14

Mengapa hari ini setiap kita diajak untuk mendengarkan renungan Natal pada hari ini ? Karena Natal memiliki kedalaman “ meaning “ yang belum pernah dikerjakan oleh siapapun dan belum pernah “ exist “ di zaman manapun ! Oleh karena itu, Natal menyimpan “ meaning “ yang misterius tetapi memberikan pengharapan kepada kita semuanya.

Saat sekumpulan malaikat menampakkan diri pada para gembala di Betlehem, mereka berkata “ Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia, yang berkenan kepada-Nya “. Saat saudara dan saya membaca statement tersebut, apakah yang terlintas di dalam benak saudara sekalian ? Imajinasi saya sedang meragukan para gembala yang “ langsung percaya “ dengan statement malaikat tersebut. Bukankah sejak nabi Maleakhi, vaccum “ statement Ilahi dari Sorga “ selama 400 tahun ? jika kita melihat statement Ilahi dari malaikat kepada para gembala dibandingkan dengan konteks zaman sekarang maka kita mungkin akan bersikap “ skeptic “ serta mengharapkan bukti-bukti ilmiah yang rasional untuk membuat setiap kita mengerti statement Ilahi-Nya.

Kedua, Benarkah Damai itu datang ke bumi ? Bukankah statement ini aneh ? Kalau kita melihat di dalam konteks sekarang maka kita justru melihat dunia sedang “ asyik “ berperang dan bencana terus dialami oleh manusia sehingga mematikan jiwa terus menerus. Damai di bumi, statement apaan ini ! Be Realistic donk ! Lihat, orang kristen bukannya memperoleh kedamaian di bumi, malah gerejanya dibakar, rumahnya dijarah, anak mereka diperkosa, bahkan mereka dipenjarakan dan mati martir karena diteror gerakan anti – Kristus. Melalui realita ini, masihkah engkau bicara “ damai “ ?

Ketiga, Saat Damai itu datang ke bumi maka Kehendak Baik di antara manusia, manusia memiliki kehendak baik dengan “ others “ ? kalau ada maunya, Iya Betul ! Jika itu menguntungkan, Okay, why not ? Bukankah sebagian orang kristen memiliki mental seperti itu ? kita seringkali merugikan sesama orang kristen sendiri sehingga akhirnya identitas kekristenan kita menjadi batu sandungan orang lain untuk mempercayai diri orang kristen maupun Yesus Kristus.

Secara doktrinal, ketiga pertanyaan tadi hendak mempertanyakan apa ? Kedaulatan Allah dan Rencana kekal Allah. Come on, You Tell Me, What is exactly means of Peace on Earth ? Dalam Film Superman Return, Lex Luther berusaha memberikan jawaban bahwa “ Allah tidak mungkin mensharingkan kepada manusia setiap kekuatan-Nya atau knowledge-Nya “. Sebuah gambaran skeptic Lex Luther terhadap Allah yang sebenarnya juga membuat setiap kita bercermin terhadap diri kita sendiri bahwa seringkali kita skeptic terhadap Kedaulatan Allah maupun Rencana kekal Allah. Seperti Lois Lane ( Superman Returns ) memperoleh penghargaan jurnalistik atas sebuah karya kontemporer yang ditulisnya yaitu “ Why the world doesn’t need Superman ? “ yang memberikan conclusion bahwa “ no more saviour “.

Dimanakah Damai itu ? Yesus pernah berkata bahwa Damai yang Kuberikan bukan seperti apa yang dunia berikan ! Oleh karena itu “ Damai “ yang Tuhan berikan bukanlah sesempit apa yang dipikirkan oleh manusia tetapi Damai yang “ universal “ dan meaningfull yaitu Damai diselamatkan oleh Anugerah di dalam Kristus. Disini kita bisa mengaminkan “ Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi “ karena manusia tidak bisa mendeskripsikan maupun meniru kemuliaan-Nya dengan kapasitas sempit mereka.

Saat Superman mengajak Lois Lane terbang ke atas langit dan mereka melihat ke bawah, keindahan lampu-lampu gedung pencakar langit yang menyala maupun cahaya lampu mobil lalu lalang yang memberikan warna-warni dalam pemandangan mereka, Lois Lane hanya melihat “ perfect view of city “ yang mengagumkan. Bagaimana dengan Superman ? Ia justru melihat “ complicated situations in the perfect view of city “ yaitu They Need Help ! Lois Lane tidak bisa mendengarnya ! Superman bisa mendengarnya ! Apa yang kita bisa pelajari dari bagian ini ? Banyak orang yang tidak bisa mendengar seperti Lois Lane, dimanakah damai di bumi itu, mereka menganggap damai itu berada di tangan presiden, teroris, selebritis, milioner dan sebagainya. Itu hanyalah kedamaian yang fana ! Allah melihat kedamaian yang manusia perlukan adalah kembali bertemu Bapa di So
rga yang kekal hanya melalui Kristus Yesus. Inilah arti sebuah Inkarnasi !

Biarlah melalui Hari Natal ini saat kita bukan hanya bersukacita karena menerima kado saja tetapi kita bersukacita karena kita menikmati satu-satunya kado yang memberikan kedamaian sejati tuk pulang ke Sorga kekal, hanya melalui Yesus Kristus ! maukah saudara beriman dan berkenan kepada-Nya hari ini ? Maukah engkau memberitakan Kristus bagi orang yang belum bisa mendengar-Nya ? Puji Tuhan !

Dalam Kedamaian-Nya
Daniel Santoso
Shanghai, China

Love in the fearful land

Semakin tua umur dunia, semakin bertambah ilmu dan pengalaman manusia, semakin gelap hati mereka sehingga tidak mampu lagi memantulkan kesejatian hidup dan hanya mampu mengira-ira kebutuhan dan kepentingannya. Semakin bertambah jumlah manusia, semakin bertambah kemungkinan konflik antara mereka. Kenapa bisa demikian ? karena KASIH telah pudar dan ditertawakan oleh orang.

Pada mulanya hari natal hanyalah sebuah momen penting kelahiran Yesus Kristus ke dunia yang hanya dihadiri oleh segelintir orang tetapi kini telah menjadi hari besar yang dirayakan oleh miliaran jiwa di seluruh dunia. Bahkan agama kristen yang pada mulanya hanya dianut oleh segelintir manusia , kini telah menjadi agama raksasa terbesar di dunia. Menakjubkan, bukan ? Kehadiran Yesus dalam sejarah manusia bagaikan kobaran api kasih yang menyala diantara dunia yang gelap.

Saya bangga memproklamasikan apa yang pernah didengungkan oleh Agustinus yaitu : Kristus mengalahkan dunia. Seluruh pemimpin di dunia berdiri dan menghormatiNya. Ia merendahkan semua penguasa di dunia. Bukan dengan panji kemenangan, melainkan kasih melalui palungan hina. Ia mengalahkan dunia hanya dengan kematianNya di kayu salib yang kotor itu, dan tidak dengan senjata. SalibNya yang terpancang di atas tanah itu menjulang tinggi dan Ia menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya. Ia menderita di dunia, Ia mati, dan Ia mengalahkan semuanya. Dunia bertekuk lutut di hadapanNya. Aku bertanya kepadamu, adakah yang lebih berharga daripada perhiasan yang melekat di mahkota seorang raja? Jawabnya adalah ya. Salib kotor Kristus itu lebih berharga daripada seluruh perhiasan di dunia. Kasihilah Kristus, dan engkau tidak akan pernah lagi merasa hina.

Di Zaman Agustinus, orang-orang kristen dibenci sehingga mereka menjadi mangsa binatang buas di gladiator – suasana menyenangkan tetapi mencekam. Tetapi jangan kuatir karena Kristus menjaga dan memelihara jemaat-Nya. Ketika Agustinus mengalami pertunjukan semacam ini, ia melihat orang-orang memberikan dua reaksi yang berbeda. Reaksi yang pertama adalah reaksi dari para sensualis—mereka yang menjerit dan berteriak ketika Martir-Martir Kristus itu dimakan oleh binatang buas, ketika kepala mereka dipenggal, bahkan ketika mayat mereka dilempar ke dalam api. Akan tetapi bagi pemandangan berdarah itu memiliki arti yang berbeda bagi beberapa orang lain yang datang menonton pertandingan itu. Dalam kondisi tertentu, pemandangan yang berdarah itu mampu dan mengubah beberapa orang memiliki cara pandang spiritual. Mereka datang untuk melihat pertandingan tersebut, tetapi mereka tidak memandang melalui cara pandang penonton lain pada umumnya. Mereka menonton pertandingan itu dengan seolah-olah memiliki mata malaikat. Mereka melihat tulang-tulang para Martir berserakan, darah yang mengalir, dan mereka mendengar jeritan yang mengerikan dari para Martir. Maka kini mereka datang untuk melihat yang tidak kelihatan oleh mata biasa—iman orang-orang Kristen yang mati di arena tersebut. Tidak ada cara pandang melihat pertandingan itu seperti ini: Jiwa yang suci dari mayat yang dikoyak-koyakkan. Beberapa dari mereka yang menonton pertunjukan berdarah itu dengan tujuan untuk mengasihi Kristus; karena mereka tahu bahwa Dia tidak bisa ditaklukkan di dalam arena itu. Kita tidak perlu malu akan hal itu. Inilah Kasih di dunia yang menakutkan ! Bagaimana dengan kita di dunia yang menakutkan ini ?

Tanggal 24 Desember 2005, Di dalam Kasus Indramayu dan kristenisasi, pelayanan sekolah minggu “ Minggu Ceria “ dari dr. rebecca zakaria, ratna bangun dan esti pangesti ditangkap karena telah mengabarkan Injil Yesus Kristus – Natal kepada 10-20 anak muslim. Sebenarnya jika mereka mencari aman maka mereka bisa tidak mengabarkan Injil tetapi mereka tetap mengabarkan Injil sampai dipenjarakan karena mereka telah melihat Kasih-Nya di dunia yang menakutkan ini dan mereka mengasihi jiwa-jiwa tuk berbalik kepada-Nya. Akhirnya mereka divonis penjara tetapi apakah Kasih itu hilang dari peredaran ? Justru Kasih itu semakin real di penjara sehingga banyak orang percaya kepada Tuhan dan persekutuan pun terintis disana. Itulah berkat Tuhan yang sama persis dialami oleh Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang dilempar ke dalam dapur api oleh Raja Nebukadnezar, namun berkat Tuhan melimpah dan Firman Tuhan terus didengungkan di segala zaman serta memberikan “ inspirasi “ maupun penghiburan serta kekuatan untuk melayani Tuhan dengan maksimal demi kemuliaan-Nya.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Shanghai, China

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...