Tuesday, February 06, 2007

Silent and Action

Elia adalah hamba Tuhan yang memiliki pengalaman hidup melayani Tuhan yang luar biasa dimana ia berani mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel ; namun setelah memenangkan pertempuran tersebut, ironisnya ia justru kehilangan kemenangan tersebut dan mengalami depresi berat untuk mengasihani diri.
Warren Wiersbe menafsirkan dalam bagian ini
1. Elia kehilangan perspektif dari ketakutan. Elia baru saja membunuh nabi-nabi palsu Baal, tetapi seorang perempuan membuatnya takut. Ia baru saja berdoa memohon api dari surga tetapi seorang perempuan ( Izebel ) menyebabkan ia melarikan diri dan kehilangan perspektif. Seringkali ketakutan kita membuat kita terlalu membesar-besarkan ketakutan kita sehingga “ kacau “. Efek dari ketakutan adalah TERROR.
2. Elia kehilangan kesabaran beriman. Kurang sabar menunggu waktu yang Tuhan tetapkan untuk diam mencari pimpinan Tuhan tetapi pergi menyelamatkan nyawanya. ( I Raja 19:3 ). Kenapa kita seringkali gagal di dalam pelayanan ? karena kita kurang sabar dengan keputusan Tuhan dan kita lebih menyukai keputusan kita yang paling tidak memberikan jaminan malah menjatuhkan kita.

3. Elia kehilangan sentuhan pribadi karena minoritas. Elia hamba Tuhan yang setia yang bukan hidup seorang diri tetapi hidup berkomunitas.

4. Elia kehilangan tujuan hidup minta mati. Elia berdoa memohon Tuhan mencabut nyawanya tetapi Tuhan tidak mencabutnya karena Tuhan memanggil Elia untuk memulihkan bangsa Israel pada penyembahan kepada Tuhan yang sesungguhnya. Saat Elia minta mati, apakah Firman akan mati ? Tidak ! Justru jika Elia mati, Pertama, Pekerjaan Tuhan akan terus berjalan dan memberkati umat-Nya karena Allah tidak tergantung pada manusia. Kedua, Jika Elia mati maka ia mungkin kehilangan kesempatan untuk menaiki kereta kemuliaan menuju Surga !

Jika kita menawan diri di dalam penafsiran Warren Wiersbe maka kesimpulan sementara kita yang realistik yaitu Elia tidak sekuat yang kita duga. Rupanya Elia hanyalah manusia biasa yang bisa mengalami “ depresi “.

Ia memprediksikan dirinya telah selesai menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepadanya menghadapi ;

1. orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu. Jiwa “ Traitor “
2. orang Israel meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu. “ Agresor “
3. orang Israel membunuh nabi-nabi-Mu. “ Killer “
4. Ia seorang diri. “ Loneliness “
5. Mereka ingin mencabut nyawa Elia. “ Terorist “

Inilah gambaran pelayanan Elia yang sebenarnya memberikan cermin bahwa itulah pelayanan real kita juga, di dalam pelayanan sendiri kita mungkin bertemu dengan orang sendiri yang berjiwa “ traitor “, “ agresor “, “ killer “, “ terorist “ dan diri sendiri yang “ lonely “. Jangan kaget apabila ada anak Tuhan yang menghancurkan anak Tuhan yang lain karena itulah realita yang realistik. Meskipun mereka mungkin berkata kita sama di dalam Kristus tetapi secara esensial, “ peleburan “ aplikasi mereka dengan interpretasi belum “ synchronize “ dengan baik menjadi seperti statement besar dari John M Frame “ Interpretation and Application is the same thing “.

Karakter Elia keras seperti angin, gempa bumi, api tetapi Tuhan tidak berada disana. Malah Allah hadir dalam Bunyi sepoi-sepoi = suara kesunyian yang lemah lembut. Siapakah yang sebenarnya silent ? Tuhan atau Kita ? Seringkali kita membenarkan diri untuk mengatakan bahwa “ Dimanakah Engkau, Tuhan saat aku mengalami kesepian seperti ini “ padahal sesungguhnya Dia terus bekerja dan berbicara kepada kita dan kita semestinya belajar untuk silent, bukan dengan memberikan prediksi-prediksi yang mengasihani diri sendiri dan menganggap diri sudah melakukan apa yang Tuhan mau.

Ada hak apa Elia memberikan prediksi seperti itu ? No More Question from God but God said “ Go, Return on your way to the wilderness of Damascuss … “. Problem adalah
1. kita terlalu “ talkactive “
2. “ complain to God “, mental “ aku sudah kerjakan “ pasti jatuh ke dalam stagnasi alias tidak mengalami kemajuan mutu dan kualitas – mestinya kita lebih rendah hati untuk pikirkan “ apa yang aku belum kerjakan “ sehingga kita terus mencari serta meraba rencana kekal Tuhan yang sulit kita nikmati tanpa Anugerah-Nya. Allah memerintahkan Elia pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang ia belum selesaikan. Akhirnya ia kembali “ direcharge “ Tuhan tuk berjuang melayani Tuhan ! Bagaimana dengan saudara dan saya ?

Dalam Kisah-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, R.O.C

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...