Tuesday, February 06, 2007

Love in the fearful land

Semakin tua umur dunia, semakin bertambah ilmu dan pengalaman manusia, semakin gelap hati mereka sehingga tidak mampu lagi memantulkan kesejatian hidup dan hanya mampu mengira-ira kebutuhan dan kepentingannya. Semakin bertambah jumlah manusia, semakin bertambah kemungkinan konflik antara mereka. Kenapa bisa demikian ? karena KASIH telah pudar dan ditertawakan oleh orang.

Pada mulanya hari natal hanyalah sebuah momen penting kelahiran Yesus Kristus ke dunia yang hanya dihadiri oleh segelintir orang tetapi kini telah menjadi hari besar yang dirayakan oleh miliaran jiwa di seluruh dunia. Bahkan agama kristen yang pada mulanya hanya dianut oleh segelintir manusia , kini telah menjadi agama raksasa terbesar di dunia. Menakjubkan, bukan ? Kehadiran Yesus dalam sejarah manusia bagaikan kobaran api kasih yang menyala diantara dunia yang gelap.

Saya bangga memproklamasikan apa yang pernah didengungkan oleh Agustinus yaitu : Kristus mengalahkan dunia. Seluruh pemimpin di dunia berdiri dan menghormatiNya. Ia merendahkan semua penguasa di dunia. Bukan dengan panji kemenangan, melainkan kasih melalui palungan hina. Ia mengalahkan dunia hanya dengan kematianNya di kayu salib yang kotor itu, dan tidak dengan senjata. SalibNya yang terpancang di atas tanah itu menjulang tinggi dan Ia menyerahkan nyawaNya kepada BapaNya. Ia menderita di dunia, Ia mati, dan Ia mengalahkan semuanya. Dunia bertekuk lutut di hadapanNya. Aku bertanya kepadamu, adakah yang lebih berharga daripada perhiasan yang melekat di mahkota seorang raja? Jawabnya adalah ya. Salib kotor Kristus itu lebih berharga daripada seluruh perhiasan di dunia. Kasihilah Kristus, dan engkau tidak akan pernah lagi merasa hina.

Di Zaman Agustinus, orang-orang kristen dibenci sehingga mereka menjadi mangsa binatang buas di gladiator – suasana menyenangkan tetapi mencekam. Tetapi jangan kuatir karena Kristus menjaga dan memelihara jemaat-Nya. Ketika Agustinus mengalami pertunjukan semacam ini, ia melihat orang-orang memberikan dua reaksi yang berbeda. Reaksi yang pertama adalah reaksi dari para sensualis—mereka yang menjerit dan berteriak ketika Martir-Martir Kristus itu dimakan oleh binatang buas, ketika kepala mereka dipenggal, bahkan ketika mayat mereka dilempar ke dalam api. Akan tetapi bagi pemandangan berdarah itu memiliki arti yang berbeda bagi beberapa orang lain yang datang menonton pertandingan itu. Dalam kondisi tertentu, pemandangan yang berdarah itu mampu dan mengubah beberapa orang memiliki cara pandang spiritual. Mereka datang untuk melihat pertandingan tersebut, tetapi mereka tidak memandang melalui cara pandang penonton lain pada umumnya. Mereka menonton pertandingan itu dengan seolah-olah memiliki mata malaikat. Mereka melihat tulang-tulang para Martir berserakan, darah yang mengalir, dan mereka mendengar jeritan yang mengerikan dari para Martir. Maka kini mereka datang untuk melihat yang tidak kelihatan oleh mata biasa—iman orang-orang Kristen yang mati di arena tersebut. Tidak ada cara pandang melihat pertandingan itu seperti ini: Jiwa yang suci dari mayat yang dikoyak-koyakkan. Beberapa dari mereka yang menonton pertunjukan berdarah itu dengan tujuan untuk mengasihi Kristus; karena mereka tahu bahwa Dia tidak bisa ditaklukkan di dalam arena itu. Kita tidak perlu malu akan hal itu. Inilah Kasih di dunia yang menakutkan ! Bagaimana dengan kita di dunia yang menakutkan ini ?

Tanggal 24 Desember 2005, Di dalam Kasus Indramayu dan kristenisasi, pelayanan sekolah minggu “ Minggu Ceria “ dari dr. rebecca zakaria, ratna bangun dan esti pangesti ditangkap karena telah mengabarkan Injil Yesus Kristus – Natal kepada 10-20 anak muslim. Sebenarnya jika mereka mencari aman maka mereka bisa tidak mengabarkan Injil tetapi mereka tetap mengabarkan Injil sampai dipenjarakan karena mereka telah melihat Kasih-Nya di dunia yang menakutkan ini dan mereka mengasihi jiwa-jiwa tuk berbalik kepada-Nya. Akhirnya mereka divonis penjara tetapi apakah Kasih itu hilang dari peredaran ? Justru Kasih itu semakin real di penjara sehingga banyak orang percaya kepada Tuhan dan persekutuan pun terintis disana. Itulah berkat Tuhan yang sama persis dialami oleh Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang dilempar ke dalam dapur api oleh Raja Nebukadnezar, namun berkat Tuhan melimpah dan Firman Tuhan terus didengungkan di segala zaman serta memberikan “ inspirasi “ maupun penghiburan serta kekuatan untuk melayani Tuhan dengan maksimal demi kemuliaan-Nya.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Shanghai, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...