Thursday, May 24, 2007

The Full Blessing of Holy Spirit

Suatu malam saya melihat acara berita televisi yang memuat kegiatan fenomenal kebaktian kebangunan rohani yang dipimpin oleh Rev. Dr. Morris Cerrulo. Kurang lebih 2000 orang menghadiri gedung tersebut dan mereka histeris memohon kepenuhan Roh Kudus melalui “ speaking in tongues “ maupun “ miracles “. Acara tersebut memuat betapa situasi agama seperti ini agak meresahkan masyarakat karena pengkajian pakar psikilogi terhadap orang yang “ speaking in tongues “ menunjukkan betapa mereka secara psikis mengalami problem. Jangan-jangan mereka mengalami “ alienasi “ diri sendiri ? Menurut seorang yang katanya jurnalis kristen mengatakan justru mereka mengalami kepenuhan Roh Kudus. Ia tertawa berjam-jam karena ia mengalami kepenuhan Roh Kudus. Ia berjingkrak-jingkrak berjam-jam karena kepenuhan Roh Kudus, Ia menangis berjam-jam karena kepenuhan Roh Kudus. Apakah kepenuhan Roh Kudus itu ?

Dalam Efesus 5:18 memang ada sebuah “ invitation “ semua orang kristen untuk menjadi penuh di dalam Roh Kudus ( Kisah 2:4, 4:31, 6:5, 7:55, 9:17, 11:24, 13:9 ). Saya mempercayai “ penuh di dalam Roh Kudus “ merupakan kiasan kalau hidup seseorang berpengharapan di dalam Roh Kudus maka sifat yang menonjol ya pengharapannya di dalam Roh Kudus. Maka “ penuh “ tersebut saya membacanya sebagai pengaruh dominan bagi perilaku seseorang. Kita harus kembali mengingat dengan tegas bahwa Roh Kudus bukanlah zat rohani maupun obat kuat penuh kuasa seperti bayamnya Popeye tetapi God Himself. Jika demikian, muncul lagi sebuah pertanyaan, Apakah seseorang menjadi “ penuh oleh Roh “ sekali selamanya ?

Di dalam Yunani, Efesus 5:8 menuliskan bahwa “ hendaklah kamu terus menerus hidup sebagai anak terang “. Jika demikian, how to understand ? Kita dibaptis oleh Yesus Kristus ( Kolose 1:23 ) dengan iman dalam pekerjaan Roh Kudus. Maka pada saat kita dibaptis maka saudara dipenuhi oleh Roh Kudus. Baptisan tidak bisa diulangi lagi tapi kepenuhan perlu diulangi terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus untuk mau menyerupai Kristus. Bagaimana saya bisa menikmati kepenuhan di dalam Roh Kudus ?

Pdt Stephen Tong menegaskan bahwa penuh di dalam Roh Kudus tidak pernah dikaruniakan kepada manusia untuk menyenangkan egoisme diri tetapi untuk pertumbuhan jemaat untuk kemuliaan Kristus ( Kisah 2:1-2 ) maka ia harus menerima Kristus sebagai satu-satunya juruselamat pribadinya dan dunia. Ia harus mengasihi Injil dan memiliki kehausan mendalam untuk memberitakan Injil. Jika kita menerima Injil maka kita harus mengimanina dengan memberitakan Injil tersebut. Seringkali kita kurang berani memberitakan Injil karena kitapun masih memberikan ruang kosong dalam diri kita . seringkali kita gampang sekali untuk meragukan kebaikan Tuhan, anugerah Tuhan, janji Tuhan, pertolongan Tuhan yang sebenarnya skeptis “ murahan “ yang kita bangun sendiri dari ketakutan kita sendiri terhadap realita yang lebih “ kejam “ nan “ membingungkan “.

Kedua, Pdt Stephen Tong mengatakan bahwa orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan menjaga hidup suci. Kita tidak bisa hidup sembarangan tetapi hidup yang dituntun oleh pekerjaan Roh Kudus baik secara mekanis maupun secara dinamis. Pekerjaan Roh Kudus dapat membuat seseorang sibuk di dalam pelayanan yang dinamis dan pekerjaan Roh Kudus dapat membuat seseorang berdiam diri dalam agenda kerja yang “ mekanik “. Hidup suci itu penting sekali. Apakah hidup suci menjadi prioritas kita sebagai orang kristen ? Masih terlalu banyak kita meragukan hidup kita mampu menggumuli hidup suci secara continous karena keinginan kita untuk berdosa tidak habis-habisnya muncul dan memporak porandakan prioritas kita terhadap hidup yang Tuhan telah berikan kepada kita. Pergumulan kita terhadap diri sendiri harus dikuasai oleh Roh Kudus agar setiap tindakan kita terus tegas menerima konfirmasi jelas dalam hidup kita mau melakukan apa buat Tuhan ? jangan kotori hidupmu, usahakanlah hidup suci untuk kemuliaan-Nya.

Ketiga, Pdt Stephen Tong menyatakan orang yang dipenuhi Roh Kudus memiliki kehausan yang gak habis-habis akan Kebenaran Firman Tuhan. Hari ini berapa banyak orang kristen yang menjalankan saat teduh baik malam hari, dini hari, pagi hari ? banyak kita menganggap murahan sebuah aktivitas yang sederhana ini tapi inilah poin yang berbahaya jika kita hanya menyepelekan saat teduh. Seringkali kita menganggap saat teduh kita membosankan karena kehilangan kuasa Tuhan yang memberikan “ nuansa baru “ setiap pagi dan setiap hari. Ini simple tetapi membutuhkan ketaatan dan ketekunan untuk terus memancarkan berkat Allah melalui Roh Kudus untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Pentakostalisme mempercayai kepenuhan Roh Kudus yang menyatakan “ realitas pengalaman rohani “, “ demonstrasi kekuatan rohani “ dan “ sukacita dalam ibadah publik “. Reformed Injili tidak menyalahkan poin-poin yang ada di atas, tetapi harus mengkritisi interpretasi atas poin-poin tersebut.

Pertama, Kita mempercayai pengalaman rohani adalah anugerah Allah yang cuma-Cuma dalam pertobatan yaitu spiritual power untuk melayani Tuhan di manapun kita berada dan spiritual power untuk dikuatkan dalam bertahan menghadapi tantangan penderitaan untuk memperbaiki konsep yang “ tidak karuan “, memimpin diri maupun kelompok kembali ke jalur Tuhan, menghibur anak-anak Tuhan yang diperlakukan tidak adil maupun memberikan kekuatan anak-anak Tuhan untuk berjuang demi Kristus.

Kedua, Perlu Anugerah Khusus untuk meletakkan dasar iman yaitu Firman Tuhan. Banyak orang mau meletakkan dasar iman yaitu Firman Tuhan dengan iklan-iklan “ spiritual “ seperti doktrin injil kemakmuran, kesembuhan ilahi, pujian bersama artis dan sebagainya. Abad 19 misalnya, Saat filsafatnya Hegel mempengaruhi Jerman – mempengaruhi prioritas hidup orang-orang disana. Hegel menekankan philosophy sebagai hal yang utama, baru kedua theology, ketiga baru arts. Maka gak heran kalo philosophynya kuat maka ini pasti orang itu dibilang berkualitas. Mana ! Justru Goblok ! kalo ada kesembuhan ilahi baru orang kristen beneran, Sempit! kalo ada injil kemakmuran baru orang kristen yang diberkati, Ngawur ! Kita harus rela kembali kepada apa yang dinyatakan Alkitab kepada kita, mari kita belajar daripada semangat Puritanisme yang mempercayai bahwa mujizat yang nyata adalah hidup kekal yang tidak pernah berubah, kemakmuran sejati di dalam Kristus yang menyatakan berkat Tuhan melalui Firman Tuhan hari demi hari, setiap hari, kesembuhan abadi diberikan kepada manusia berdosa untuk bangkit dari kematian dan hidup di dalam kesucian. Ini baru semangat kristen ! Firman Allah cukup ! gak perlu iklan-iklan “ sponsor “ maupun cheerleader “ bayaran “ ! Saya percaya Tuhan dapat memakai dengan heran pembicara yang akademis berintelektual tinggi, betul ! saya percaya betul hal tersebut ! Tapi sayapun percaya Tuhan dapat pakai pembicara yang sederhana. Saya percaya betul ! John Sung bertobat bukan karena pelayanan seorang Ph.D, tetapi pelayanan anak umur 14 tahun. Can you imagine it ? Saat engkau mendengarkan khotbah, kamu harus menempatkan diri sebagai murid, bukan juri. Saat Tuhan pakai hamba Tuhan berkhotbah “ choleric “ atau “ melancholic “ maka kita harus belajar mempercayai Firman Tuhan. Jangan terpaku memutlakkan cara-cara berkhotbah ! jangan buang-buang waktumu untuk menilai khotbah orang lain, kecuali khotbahnya ngawur ! isilah hidupmu dengan merenungkan setiap Firman Tuhan yang dibawakan baik secara rumit maupun sederhana karena KRISTUS

Ketiga, Sukacita dalam ibadah harus kembali kepada prinsip Kitab Suci. Allah kita adalah Roh Sukacita yang tidak terbatas dan semuanya ada di dalam Firman Tuhan. Orang yang merenungkan Firman Tuhan adalah orang yang menikmati sukacita Tuhan. Walaupun ada iklan-iklan “ lagu rohani, film rohani “ yang memberikan sukacita kepada kita tetapi itu boleh ada boleh tidak ada … jangan terpaku dengan metode-metode yang ngetrend tapi humanis … jangan-jangan itu SATAN TOOLS karena mencintai trend “ religius “ tetapi tidak mencintai Tuhan di atas trend. Kita harus kembali kepada hal yang esensial yaitu FIRMAN TUHAN menyatakan SUKACITA TUHAN. ADA SUKACITA ?

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...