Thursday, February 01, 2007

Living The Only Religion

Religion bersumber pada religiousity dan memuncak pada spirituality, tetapi problemnya adalah dalam praktek religion cenderung dipisahkan dari religiousity maupun spirituality sehingga penghayatan agama menjadi formalitas sahaja ( Religion yang berbicara mengenai dogma, doktrin, ajaran tetapi kehilangan “ presence of God “ ).
Saya belajar menghayati sebuah pemikiran teologis bahwa pada saat kita beragama maka pertama-tama kita harus berdoa memohon Tuhan melayakan kita untuk mengerti “ presence of God “. Kuncinya dimulai dari takut akan Tuhan karena kita semua hanyalah manusia yang telah “ fallen into sin “ maka semua hal yang kita lakukan semuanya “ total depravity “. Kita tidak dapat dengan kekuatan sendiri menemukan makna “ presence of God “ maka kita perlu kekuatan dari Tuhan untuk setiap kita dapat melayakan setiap kita untuk menemukan makna dari “ presence of God “. Hanya keaktifan Tuhan senantisa mampu membawa manusia yang pasif untuk aktif mencari “ Presence of God “. Melalui doa, kita sadar bahwa diri kita lemah sehingga kita perlu bergantung dan bersandar kepada Tuhan secara total. Bagaimana doa kita selama ini ? Jangan-jangan kita telah berdoa beribu-ribu kali tetapi kita kehilangan kesadaran yang esensial ini. Itulah kesalahan fatal yang pernah dilakukan oleh kaum Farisi, bagaimana mereka berdoa dipinggir jalan buat pamer, menunjukkan betapa dirinya suci dan saleh karena dimanapun mereka berada mereka berdoa kepada Allah YHWH, itu doa yang salah makanya sampai sekarang mereka masih menunggu kedatangan Mesias yang pertama, padahal Yesus Kristus adalah Mesias telah datang di zaman mereka. Bagaimana Simeon dapat mengetahui bahwa Anak yang disunat tersebut adalah Mesias ? Kenapa Yohanes Pembaptis bisa mengetahui Yesus adalah Mesias yang menyatakan jalan keselamatan ? mereka tahu bukan karena kecerdasan mereka tetapi mereka berdoa dan dipimpin oleh Roh Kudus sehingga mereka dapat mengerti kehendak Tuhan. Maka Doa yang benar adalah Doa di dalam Roh. Di dalam persekutuan doa MRII Taiwan– China saya pernah memberikan sermon mengenai Surat Roma 8 : 18-30, bagaimana kita berdoa di dalam Roh ? pada saat kita berdoa dengan presuposisi awal bahwa kita adalah manusia yang lemah dan telah “ fallen into sin “ maka hanya Tuhan yang mampu mengaktifkan setiap kita untuk dapat berdoa dan bergantung kepada-Nya maka kita dapat belajar memahami “ presence of God “. Oleh karena itu hati kita saat berdoa harus didasarkan kepada Kristus karena Ia yang memerintah di dalam hidup dan doa kita dan Roh sendiri turut berdoa bersama-sama dengan kita ( ayat 26 ). Maka pada saat kita berdoa, kita bukan totally humanis tetapi berdoa dalam pimpinan Roh Kudus. Dewasa ini, fenomena Benny Hinn telah membius pemahaman gereja mengenai doa di dalam Roh dengan “ bahasa lidah “ dan “ kesembuhan ilahi “. Itu bukan ajaran Alkitab ! Dalam I Korintus 13:8 jelas memberikan kita pemahaman bahwa Paulus berkata bahwa bahasa Roh akan “ berhenti “ dan penganti untuk pengetahuan dan nubuat adalah Alkitab, apalagi sesudah rasul-rasul meninggal dunia antara tahun 100 M – 400 M tidak ada bahasa lidah. Alkitab mengajarkan kepada setiap kita berdoa di dalam Roh adalah Pertama , “ Being Pregnant “ ( ayat 22 ). Ibu bersalin mengeluh karena mengalami kesakitan yang luarbiasa dalam melahirkan anak yang ada dalam kandungannya. Meski problema kita berat tetapi kita terus berdoa kepada Tuhan sejujur-sejujurnya dengan segala keluhan yang mungkin tidak terucap menunggu kehendak Tuhan terjadi. Pada saat ibu telah berhasil melahirkan anaknya, ia lega karena ia telah melalui semuanya. Begitu juga pada saat kita berdoa, kita lega karena kehendak Tuhan terjadilah. Kedua, “ Powerless Praying “ ( ayat 26 ) manusia tidak dapat mendasarkan dirinya kepada self centered untuk menikmati kehendak Tuhan tetapi hanya bersandar kepada Tuhan secara total maka kita dapat mengalami dan menikmati kuasa Roh Allah yang sesungguhnya. Ketiga, “ Confident Praying “ ( ayat 27 ) kita dapat berdoa bukan karena mulut kita yang aktif berdoa. Itu pemikiran doa yang humanis. Justru kita dapat berdoa karena Roh sendiri turut berdoa bersama-sama dengan kita maka diri kita dapat berdoa karena pekerjaan-Nya semata. Disini jelas bahwa Reformed Theology percaya mutlak kepada Kedaulatan Allah karena kita percaya bahwa segala sesuatu ada di dalam Tangan Tuhan yang Maha Berdaulat.
Kedua, kita memohon Tuhan memberikan kekuatan kepada setiap kita untuk dapat mengimani dan memperjuangkan theology dan doktrin yang benar. Di dalam perjalanan sejarah manusia dari abad ke abad, tahun ke tahun, manusia senantiasa mencari theology – “ theos “ dan “ logos “ untuk mengenal Allah karena Allah memberikan “ sense of divinity “ kepada setiap manusia untuk mencari Allah. Dalam Reformed Theology, manusia dapat mengenal Allah melalui “ general revelation “ dan “ special revelation “. “ General Revelation “ membawa kita melihat kedaulatan Allah atas alam semesta yang hanya dapat diinterpretasikan secara akurat melalui “ special revelation “ yaitu Firman / Tuhan sebagai “ kacamata tanpa distorsi dosa “ yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun dapat sampai kepada Bapa jika tidak melalui Aku “.

Dalam Injil Matius 16 : 21-28, Yesus memberikan “ warning “ kepada murid-murid-Nya untuk berwaspada terhadap ragi orang Yahudi dan Farisi. Orang Yahudi dan Farisi adalah orang yang belajar theology dan doktrin tetapi Yesus memberikan “ warning “ tersebut. Bukankah ini berarti “ something wrong with them “ ? Inilah kebahayaan dunia theology dewasa ini. Belajar theology rupanya masih belum menjamin diri mereka telah hidup saleh apalagi suci di hadapan Tuhan ! Pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya, menurut orang-orang, siapakah Aku ini ? respon berbeda-beda dari berbagai sumber. Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia maupun salah satu dari para nabi ! dari mana penilaian mereka ? mereka bukan asal kasi respon tanpa belajar, justru mereka telah belajar theology dari Bait Allah dan mereka memberikan respon setelah mendengar theology tetapi respon manakah yang paling benar ? Jawabannya adalah tidak ada ! semuanya salah ! hari ini terlalu banyak orang kristen sok tahu mengenai theology sehingga mereka udah anggap diri paling pintar theology padahal theology-nya masih dangkal gak karuan dan juga banyak orang kristen yang malas belajar theology dan hanya maunya berkat Tuhan yang memberikan keuntungan dan kelancaran kepada dirinya saja. Yesus berkata kepada Simon, siapakah Aku ini ? Simon menjawab “ Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup “. Ini baru doktrin yang benar ! berarti meskipun mayoritas doktrin tidak karuan berkembang tetapi masih ada pengharapan karena masih ada orang yang meneriakkan doktrin yang benar ! Maka Yesus menjawab, Doktrin yang benar bukan dari manusia tetapi dari Bapa di Sorga Yesus mengatakan bahwa namanya adalah Petrus ( Petra) dan dari batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku. Gereja hanya boleh berdiri apabila mereka memiliki doktrin yang benar. Ini kritikan Tuhan Yesus buat gereja-gereja yang “ lancang “ mendirikan gereja dengan theology yang salah ! maka disini gereja harus bertobat dan kembali kepada doktrin yang benar karena theology hanyalah dari satu sumber yaitu Allah.

Ketiga, Sebuah refleksi spiritualitas dari sebuah film “ Confession “ – Chris Pine, Cameron Daddo, Peter Greene, Tom Bosley dan Bruce Davison yang membuat saya mulai melihat betapa mengerikan dunia spiritualitas manusia yang telah dipermainkan oleh manusia terhadap sesamanya dan ketulusan hati seorang bapak rohani yang senantiasa mengasihi muridnya meskipun murid tersebut telah melukai fisik maupun memberatkan jiwanya. Dimulai dari sekolah St. Michael’s Prep yang mendidik murid-murid secara religius, kelihatan mereka begitu saleh tetapi dalam dormitorynya mereka bermabuk-mabukan, mengisap cerutu dan lain-lain, yang sumbernya dari seorang murid bernama Luther Scott. Secara kehidupan di dalam kelas, ia anak yang pandai tetapi semangatnya “ evil “. Dari menyimpan cerutu, minuman berakhohol tinggi, menyimpan majalah dewasa “ play fun “ sampai dirinya membunuh dua temannya, memfitnah Father Michael Kelly yang mendengarkan setiap pengakuan dosanya dan membiarkan kebohongan itu merajalela dalam beberapa saat sehingga Father Michael Kelly sempat dicurigai dan ditangkap tetapi karena ia diduga sebagai pelaku dari kematian dari Benny, salah satu teman yang melaporkan “ kemunafikan “ Scott dan meninggal dunia karena didorong oleh Scott. Father Kelly akhirnya dibebaskan. Inilah dilematis sekolah kristen, Banyak sekolah kristen mampu mencetak murid-murid yang pandai tetapi apakah itu goal sekolah kristen ? St.Thomas A Kempis mengatakan “ Ingin akan pengetahuan adalah kodrat manusia tetapi apakah gunanya pengetahuan jika kita tidak takut kepada Allah ? Seorang petani yang rendah hati dan mengabdi kepada Tuhan, sungguh lebih baik daripada seorang ahli filsafat yang congkak, yang menyelidiki ilmu perbintangan, tetapi tiada mempedulikan keadaan jiwanya“. Maka belajar theology yang benar bukan berarti sudah pintar tetapi harus kembali belajar bagaimana menghidupi theology ! Setelah kita tahu bahwa theology yang benar bersumber hanya dari Allah saja maka kita perlu “ menerjemahkan “ theology ke dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setiap Firman Tuhan maupun khotbah yang kita dengar bukan hanya menjadi teori di dalam pikiran kita tetapi “ menjadi daging “ . Maka proses setiap kita untuk melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari harus didasarkan pada aksi dari kuasa Roh Kudus yang memimpin kita untuk dapat menghidupi prinsip Firman untuk hidup seperti Kristus. Itulah Spirituality. Maka focus spirituality adalah mendalami makna beriman dan hidup di dalam Kristus dan Firman Tuhan. Itulah panggilan setiap orang kristen untuk menjadi “ pneumatikos antropos – I Korintus 2:14-15 “ yaitu seorang yang memiliki iman dalam kebangkitan Kristus ( bukan hanya di dalam kerohanian saja tetapi juga pikiran, kehendak, imaginasi, emosi dan tubuh manusia. Jadi “ Spirituality” adalah hidup yang berpusat kepada Roh Kudus dan dijiwai oleh-Nya dengan tetap hidup di dunia dengan segala masalahnya. Dengan hidup spiritualnya, orang spiritual berusaha untuk semakin hari semakin melakukan setiap pimpinan aksi Roh Kudus, hidup mengambil bagian dari sifat-sifat Allah serta ikut serta melakukan setiap kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan di dunia.

Jika demikian apakah orang yang memiliki “ spirituality “ lalu dapat menjadi Allah? Tidak ! Ia tetap menjadi manusia, dirinya sendiri. Ia tetap manusia yang ditahtai oleh Roh Kudus. Saya kira contoh paling baik adalah kita melihat kehidupan orang-orang Puritan yang “ God-centered “ - orang yang memiliki wisdom ( bijaksana ), knowledge ( takut akan Allah ) dan joy / happiness ( Anugerah Allah ). Meskipun terkadang kehidupan orang Puritan cenderung “ old fashioned “ dan cenderung “ extreme “ tetapi semua yang mereka lakukan tidak lepas dari rasa hormat mereka kepada Tuhan.

Ada sebuah lukisan yang menggambarkan kaum Puritan yang berada di sawah, dimana sebelumnya berdoa bersama-sama dan setelah balik dari sawah, mereka kembali berdoa mengucap syukur kepada Tuhan. Amazing ! Bahkan etika keluarga Puritan, sebelum dan sesudah pasangan suami – istri berhubungan intim , mereka berdoa kepada Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan atas kenikmatan hubungan intim yang didasarkan atas rasa takut kepada Tuhan. Unbelieveable ! Di Beijing, saya digelisahkan oleh Tuhan untuk membawakan tema “ Puritan and Reformed Renaissance “ dalam memperingati Hari Reformasi 2004, saya menolak semua anggapan-anggapan bahwa kaum Puritan hanyalah masa lalu. Justru saya mempercayai bahwa kaum Puritan masih hidup di dalam zaman ini dan setiap orang kristen semestinya sadar bahwa mereka dituntut untuk memiliki kehidupan yang “God Centered”. Sekali lagi, orang Puritan bukan orang sok suci tetapi orang yang terus bercermin kepada Firman Tuhan sehingga dalam kehidupan mereka takut melakukan kesalahan baik besar maupun kecil karena mereka merindukan diri dapat melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Mari kita belajar merindukan “ Presence of God , The Word of God The Truth became Flesh” dan berjuang demi nama Kristus yang bertahta atas alam semesta dan kaum pilihan-Nya untuk menyatakan kemenangan dalam Nama-Nya. Itulah kehidupan beragama yang sesungguhnya ! Tuhan memberkati kita semua !

Dalam Kasih Kristus
Ev. Daniel Santoso
Terus bercermin dalam Firman-Nya
Xiamen,
Fukien, April 2006

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...