Thursday, February 01, 2007

Don't just look, Pray !


Dalam beberapa hari ini, seluruh media elektronik maupun media cetak banyak memberikan ulasan tragis yang menyedot pemirsa dan pembaca untuk menyimaknya yaitu bencana gempa bumi di Bantul, Yogyakarta yang diperkirakan oleh para vulcanologist merupakan reaksi dari aktivitas Gunung Merapi yang sedang aktif mengeluarkan lava panas dan gas toxic yang tinggi. Menurut pengamatan International, gempa bumi tersebut telah menghancurkan kurang lebih 647.000 rumah penduduk. Jumlah kematian warga Bantul dari 6.3 magnitude quake sekarang ini udah naik menuju angka 6.234 mayat dan 30.000 orang terluka parah.


Yogyakarta mengalami efek dari gempa bumi tersebut sehingga Istana Keraton – Ngayogyakarta Hadiningrat (dibangun tahun 1756) mengalami kerusakan yang parah. Pernahkah saudara memikirkan betapa susahnya mereka yang berada di tempat penampungan ? Ribuan orang harus antri untuk menerima bala bantuan, tidur di tempat yang seadanya, belum lagi antri untuk ke temporary toilet ( please tell me, what is the best design for a temporary toilet for Indonesian earthquake victims ? ), tidak heran jika UNICEF engineer Dara Johnston mengatakan “ People have now where to go to the toilet, so if it is raining you’ve got what they are doing on the ground flowing around the place “.


Beberapa hari yang lalu, The China Post menampilkan foto seorang ayah yang duduk di atas reruntuhan rumahnya yang sudah hancur sedang menangis sambil menutup wajahnya setelah gagal menemukan istri dan anaknya – oh foto tersebut membuat saya tertegun melihat kehidupan ini begitu “ meaningless “. Setelah bencana Tsunami tahun 2004 di Aceh yang telah merenggut nyawa kurang lebih 131.000 korban jiwa, ditambah bencana gempa bumi di Bantul, bukankah hidup manusia begitu “ fragile “ dan “ meaningless “ ? ( Pengkhotbah 1:2 )


Banyak orang yang kehilangan orang yang dicintainya akan berteriak “ Tuhan, mengapa engkau mengambil dirinya dariku ? “. Adalah satu reaksi yang jujur mengekspresikan betapa ia kehilangan seorang yang dikasihinya. Melalui reaksi kejujuran tersebut kita harus belajar menerima satu realita bahwa semua berada dalam Kedaulatan dan Keadilan Allah. Setiap orang kristen percaya hidup manusia tidak lepas dari apa yang namanya pemeliharaan Allah. Jika kita kehilangan seorang yang kita kasihi maka semuanya termasuk berada di dalam pemeliharaan-Nya. Mungkin kita akan memberikan complain “ Mengapa semuanya itu harus terjadi ? “.
Rabbi Harold Kushner, Author dari “ When Bad Things Happen to Good People “ memberikan usulan kelemahan Ilahi atau ketidakmampuan Allah sebagai jawabannya; Allah tidak mengatasi semua kejahatan / penderitaan karena Ia tidak dapat melakukannya – meskipun Ia melakukan yang terbaik. Jika memang demikian, apakah berarti Rabbi Harold Kushner menolak doktrin kristen mengenai kemahakuasaan, kemahatahuan, kedaulatan Ilahi, kebaikan Allah ? Bagi John M. Frame , justru apa yang dipaparkan oleh Harold Kushner itu bertentangan dengan Alkitab. Dalam bukunya, “ Apologetics to the Glory of God “ John M. Frame memberikan respon bahwa solusi Rabbi Harold Kushner justru bertentangan dengan Alkitab. Alkitab jelas memaparkan Kemahatahuan Tuhan ( Mazmur 139; Ibrani 4:11-13, Yesaya 46:10, I Yohanes
3:20), Kemahakuasaan Tuhan ( Mazmur 115:3, Yesaya 14:24,27, 46:10, 55:11, Lukas 18:27) dan kedaulatan Tuhan ( Roma 11:33-36, I Timotius 6:15-16 ) sebagai inti doktrin dari Allah. Jika demikian, apakah berarti penyebab seluruh kejadian tragis ini berada dalam kedaulatan Allah ? Frame memberikan respon bahwa Alkitab tidak pernah berasumsi bahwa Allah berhutang kepada kita suatu penjelasan tentang apa yang Ia lakukan.
1. Kita tidak berhak untuk memprotes Allah.
2. Allah tidak berada di bawah kewajiban apapun untuk memberi kita suatu jawaban yang secara intelektual memuaskan atas problem kajahatan.
3. Kedaulatan Allah tidak boleh dipertanyakan sehubungan dengan problem kejahatan ; malah harus digarisbawahi.
4. Firman Tuhan, Kebenaran-Nya – sama-sama dapat dipercayai.
5. Sesungguhnya, Allah bukan tidak adil. Ia kudus, adil dan baik
6. Allah sebagai Tuhan yang berdaulat adalah standar dari tindakan-Nya sendiri


Dalam keadaan seperti ini terkadang manusia sulit untuk melihat lebih dalam betapa Tuhan dapat berkarya dari balik sesuatu yang tragis tetapi jika kita melihat Ibrani pasal 11 kita akan menemukan para pahlawan iman yang tabah dalam penderitaan-penderitaan yang mengerikan. Mereka berjalan dengan iman. Mereka pegang Firman Allah dan Firman dapat dipercaya meski Firman tersebut tidak memberikan jawaban tuntas semua pertanyaan mereka mengenai mengapa mereka harus menderita. Frame menekankan bahwa Sifat dari iman adalah tekun maka Firman Tuhan akan menguatkan mereka yang menderita untuk tekun berpegang teguh pada janji-janji Allah dan tidak untuk dikuasai oleh keragu-raguan.


Dalam Christian death, kita percaya bahwa death bukanlah sesuatu yang harus ditakuti oleh manusia karena death is not the end but the beginning. Death bukanlah akhir dari segalanya tetapi suatu permulaan menuju kekekalan. Saya pernah kehilangan orang yang saya kasihi tetapi Tuhan memberikan memory “ kehilangan “ itu buat saya untuk “ bangkit “ dari “ kematian “ saya mencintai diri sendiri. Saya belajar menekuni hidup yang begitu complicated ini dan saya percaya setiap manusia juga dipanggil untuk belajar menekuni kedaulatan Allah dan keadilan Allah. Manusia bukanlah Allah, hanyalah ” a created man, limited man, polluted man “ ! mau apa manusia di hadapan Tuhan ! meski kadang kita dapat menganggap Allah unfair terhadap manusia tetapi banyak hal yang dapat kita introspeksi diri dari apa yang terjadi di sekeliling kita. Penderitaan mengajarkan kepada kita – apakah itu dosa ? manusia telah jatuh ke dalam dosa dan manusia sudah menganggap dosa begitu “ manis “ sehingga manusia menyukai dosa bahkan semakin berani melakukan dosa yang lebih biadab. Saya percaya, Penderitaan itu ada untuk mengingatkan kepada setiap manusia bahwa dosa itu bukan manis tetapi PAHIT ! kenapa manusia harus alami semuanya ? Marilah kita belajar melihat bahwa penderitaan itu harus ada untuk mengajak setiap manusia tuk mengenal diri betapa rusaknya mereka sehingga patut kembali kepada sumber originalitas penciptaan yaitu Sang Pencipta. Kedua, Terkadang penderitaan datang untuk membuat setiap kita waspada dalam kehidupan kita dan membuat hati kita lebih lurus melakukan hidup yang diperkenan Tuhan. Ketiga, Yesus Kristus pun mengalami serangkaian penderitaan yang harus Ia tanggungkan untuk menebus dosa manusia. Thomas Watson, seorang Puritan terkenal memberikan satu penjelasan yang menguatkan saya yaitu Allah berkarya secara berdaulat di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya. ( Roma 8:28). Seorang Pastor dari Westminster Chapel - London, Martyn Llyod Jones dalam bukunya “ Spiritual Depression “ menegur pribadi saya untuk tetap berdiri teguh mempercayai dengan iman dalam keadaan apapun, orang kristen tidak boleh berada dalam keadaan bingung atau gelisah, kehabisan akal, kehilangan kendali diri karena jika itu terjadi pada orang kristen, itu problem orang non-kristen. Llyod Jones menekankan bahwa orang kristen memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang-orang non –kristen yaitu Kristus. Hari ini banyak orang kristen mempertanyaan kekristenan sendiri setelah earthquake victims terjadi di Bantul, Dimana Tuhan ? Maka saya memilih untuk memberikan pertanyaan kembali “ hey orang kristen, Dimanakah imanmu ? “.Llyod Jones lebih keras menantang setiap kita “ Kau telah memperoleh iman itu, mengapa tidak engkau terapkan, mengapa engkau tidak memfokuskannya pada masalah khusus ini ? “. Banyak orang kristen mengklaim diri kristen tetapi kurang beriman kepada Kristus karena tiada trust and obey, believe in Him, depend on God, hanya ada ketakutan karena dihimpit oleh kesulitan ! Jika demikian, ada hak apa mereka berani mengklaim diri orang kristen ? Dalam Filipi 1:29 jelas dipaparkan bahwa “ Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita bagi Dia “.


Melihat korban bencana Bantul, Yogyakarta yang terkapar, saya merenungkan satu hal “ Apakah yang orang kristen telah lakukan bagi mereka ? “. Dalam sebuah milis berbahasa Indonesia, seorang pendeta liberal di Netherland memberikan pernyataan “ jangan sembarangan memberikan bantuan kepada mereka karena adalah mungkin Tuhan hendak memberikan “ hukuman “ kepada mereka. Kalau kita memberikan bantuan kepada mereka, bukankah kita justru melawan Tuhan ? “. Menurut saya statement tersebut cukup menarik , tetapi sayangnya “ out of context “ dalam melihat atribut Allah. Memang kita perlu hikmat dalam memberikan bantuan dan kita percaya Tuhan kita adalah Tuhan yang adil tetapi juga murah hati. Meskipun terkadang Allah kecewa terhadap kita dan seringkali menegur kita dengan keadilan-Nya tetapi Dia tidak akan pernah membiarkan kita. Seperti apa yang pernah dialami oleh seorang korban Tsunami yang bersyukur karena pertolongan Tuhan datang melalui bala bantuan makanan dan medis. Dari sana saya belajar melihat setiap bantuan makanan maupun medis datang bukan pertolongan humanis murni manusia tetapi Kemurahhatian Allah nyata melalui para donatur. Puji Tuhan ! Jika demikian, apa yang saudara lakukan ? hanya melihat tanpa berespon ? Tuhan bisa pakai saudara dan saya jadi “ alat Tuhan “ untuk membantu mereka baik melalui bantuan material maupun spiritual. don’t just look , help them and pray for them …. Jangan liat doank, doakanlah mereka agar mereka dapat berbalik kepada Tuhan dan mempercayai kedaulatan Allah atas seluruh ciptaan dan belajar memuliakan Tuhan serta menikmati Tuhan dimanapun mereka berada. Saya percaya bahwa dibalik setiap penderitaan manusia ada kebaikan Allah bagi umat-Nya dan semuanya di dalam waktu-Nya, bukan waktu manusia … “ He hath made every thing beautiful in his time “Ecclesiastes
3:11. Solideo Gloria ! … Kuatkanlah hatimu, Aku ( Yesus ) telah mengalahkan dunia ( Yohanes
16:33)



Dalam Kasih Kristus
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, R.O.C
Waiting for His Guidance

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...