Wednesday, April 09, 2008

On Forgiveness

Tema Forgiveness kurang popular di dalam dunia philosophy karena banyak asumsi-asumsi akademik yang mengatakan bahwa tema tersebut lebih bersifat theological. Akan tetapi beberapa filsuf postmodern memilih tema “ theological “ ini di dalam pergulatan pemikiran mereka. Dalam era postmodern ini, kita banyak mendengar nama Jacques Derrida, Emmanuel Levinas maupun Paul Ricouer, akan tetapi kita jarang mendengar nama Vladimir Jankelevitch. Saya percaya Vladimir Jankelevitch adalah orang besar yang mempengaruhi konsep Forgiveness dari Derrida. Vladimir Jankelevitch mengatakan “ forgiveness is not an attitude, mindset, ideology but is just event. It happen once and then it is gone “. Hanya dua kondisi manusia bisa mengampuni : pertama, miracle dan extra juridical nature of forgiveness. Menurut Vladimir Janekelevitch, forgiveness forgives that which cannot be excused or forgotten. Luar biasa ! tentu saja Vladimir memahami hal ini di dalam temporality dan process becoming dimana guilty person gak berubah tetapi relasi saya dengan guilty person berubah. Relasi yang berubah ini merupakan transfigures hatred into love. Disini Vladimir mempercayai forgiveness itu spontan, supernatural dan gracious acts. There’s no suck things as an unforgiveable.

Jacques Derrida menyatakan isi hati Vladimir Jankelevitch di dalam konsep forgivenessnya – Pertama, to forgive is to welcome offence and to absorb a violation from another. Forgiveness forgive only the unforgiveable. Derrida mengatakan jika kita hanya memberikan forgiveness kepada mereka yang forgiveable maka kita adalah orang Farisi yang hanya mengasihi teman-teman mereka sendiri di dalam Matius pasal 5. Oh gosh ! orang Farisi melayani Tuhan dan relasi dengan orang lain kotor. Ingatlah … we are called to love our enemies, to forgive the unforgiveable ! saya betul-betul terkesima dengan orang-orang ini ! Kedua, Forgiveness itu bersifat unconditional. Biasanya forgiveness diberikan kalau ada “ economic logic – ada balas jasa / profit maka menerima pengampunan “ atau “ logic of exchange – barter keperluan orang yang diampuni dengan yang memberikan pengampunan “. Itu namanya bukan unconditional ! luar biasa ! Derrida bahkan menegaskan konsep forgiveness yang unconditional juga berlaku untuk mengampuni setan ! benar gak ?

Jika saudara mengatakan benar maka saudara telah menjadi musuh Allah. Karena pengampunan yang diberikan Tuhan adalah terbatas. Bagi siapakah Kristus mati ? Kristus mati bagi semua orang ( arminian ) atau Kristus mati bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya ( calvinis ). Arminian mendasarkan pengampunan Tuhan secara universal ( 1 Yohanes 2:2 dan II Korintus 5:14 ) dan Calvinis mendasaran pengampunan Tuhan secara terbatas ( Matius 1:21, Yohanes 10:15, Yohanes 10:26, Yohanes 15:13, Kisah Para Rasul 20:28 dan Efesus 5:25 ). Sebagai Calvinis, saya mempercayai pengampunan Tuhan hanya didasarkan pada penebusan Kristus yang tiada terbatas dalam kemampuan-Nya, sempurna di dalam rencana-Nya dan tidak terbatas nilai-Nya tetapi secara jangkauannya terbatas karena Kristus menghapuskan dosa orang-orang yang dikasihi Allah dengan kasih khusus sejak kekekalan. Mungkin kita iseng memikirkan kenapa ya setan kok gak diampuni ? kalo diampuni nanti kamu gak punya penghargaan terhadap pengampunan yang Tuhan berikan kepada kamu. Karena manusia adalah makhluk yang paling suka membandingkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu di dalam kekristenan, pengampunan Tuhan diberikan secara “ universal “ kepada semua anak-anak Tuhan yang mempercayai Yesus Kristus sebagai satu-satunya juruselamat dunia yang lahir, mati, bangkit dari kematian, naik surga dan akan datang kedua kali-Nya “ limited “.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Causewaybay, Hongkong

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...