Wednesday, January 30, 2008

Sejarah dan Tahun Baru

Jutaan jiwa bergembira dalam Old and New 2007, tertawa lepas terekspresi bagai burung keluar dari sangkarnya sambil berteriak histeris menghitung detik-detik berakhirnya tahun 2007 dan menyambut hadirnya awal tahun 2008. Raut wajah mereka jelas gembira tetapi what’s next ? mereka harus kembali bekerja keras sampai banting tulang untuk kelangsungan hidup mereka. Dari pandangan mataku sendiri, kulihat seorang tua harus rela menahan suhu -7 derajat celcius untuk tetap mengayuhkan sepeda karatannya menuju ke tempat kerjanya. Kulihat seorang nenek wajah penuh keriput terdiam meratapi diri saat berjualan sayuran seadanya karena gagal panen akibat musim dingin. Inikah sejarah manusia sepanjang zaman ? bukankah sejarah seperti ini menyedihkan sekali ?

Tidak heran, banyak orang religius meninggalkan iman kepercayaan mereka karena tiada sentuhan Ilahi yang mereka dapat rekam dalam “ spiritual journey “ masing-masing. Contoh : Charles Templeton. Seorang penginjil kelahiran Kanada yang merintis sebuah gereja di Toronto dimulai dari 8 orang sampai ribuan orang akhirnya meninggalkan iman kristianinya karena foto seorang ibu kulit hitam yang sedang mengendong mayat anaknya dalam keadaan menangis dan matanya menengadah ke atas berharap “ belas kasihan “ Tuhan. Ia menuliskan proklamasi pemurtadannya di atas sebuah buku " Farewell to God ; my reasons to rejecting christian faith " bahwa jika ia meneruskan dirinya sebagai orang kristen maka ia akan hidup di dalam kemunafikan karena menurutnya tiada sentuhan ilahi dalam hidup manusia, buktinya manusia menderita, neraka tempat manusia dibuang, doa manusia tidak didengar-Nya. inikah hidup manusia yang sesungguhnya, buddy ?

Budha berkata “ life is suffering “. Manusia lahir dari bayi akan bertumbuh hingga menjadi tua, ada sakit penyakit yang akhirnya membawa manusia kepada kematian. Maka tidak sedikit manusia menilai hidupnya hanya dari perspektif humanitas sehingga kesimpulan yang disadur maupun definisi yang direduksi hanya sebatas “ pokoknya realitas “.

Dimanakah Tuhan, kawanku ? seringkali kita lebih suka membangun “ our tower arguments “ untuk menghakimi Tuhan “ guilty “ di atas sejarah manusia sehingga secara tidak langsung, kita memerankan peran sebagai tuhan di hadapan Tuhan dengan “ tower arguments “ yang bejibun keluar dari kesedihan manusia, padahal siapakah yang memulai kesedihan, kejahatan, penderitaan ? Manusia sendiri. Sejak manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, manusia diberikan free will untuk menerima maupun menolak, akibat hasutan iblis melalui ular, manusia jatuh ke dalam dosa. Disini dosa bukan hanya konsep moral saja tetapi konsep religious bahwa selain menodai hubungan horizontal, juga melawan hubungan vertical dengan Tuhan karena melanggar covenant. Sebagai contoh, penyembahan patung anak lembu emas ( Keluaran 32 ) dianggap sebagai pengkhianatan karena hal ini melanggar sumpah kovenan dalam Keluaran 24:1-8. Mungkin kita berargumen, Apakah Tuhan dapat merubah sejarah ? Tentu saja, tetapi bukan berarti kalo Tuhan tidak merubah sejarah manusia maupun free will manusia berarti Ia bukan Tuhan, itu pernyataan yang kekanak-kanakan ( childish ). Kesalahan sebagian para akademis menilai definisi sejarah tanpa melibatkan “ God’s existence as Creator “ alias “ deleting God from history spheres “ padahal mereka adalah ciptaan Tuhan ( created by God ) dan Tuhan berada bersama-sama manusia di dalam sejarah ( God is immanence ). Jika sejarah manusia memiliki keterlibatan dengan Allah maka pertanyaannya mengapa sejarah manusia penuh dengan penderitaan ?

Dalam Injil Yohanes 9, ketika Yesus menyembuhkan seorang buta, murid-muridnya bertanya kepada-Nya, “ Rabi, siapakah yang berbuat dosa ? orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta ? “. Yesus berkata “ bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia “. R.C Sproul dalam bukunya “ A Reason To Believe “ memberikan “ explanation “ bahwa ada kemungkinan hubungan penderitaan manusia dengan murka Allah yang memberikan pengajaran tetapi setiap manusia menderita, manusia harus bertanya “ apa yang ada di dalam pikiran Allah ? “. Kitab suci mengajarkan kita juga bahwa Allah memang menghajar orang-orang yang dikasihi-Nya dan bagian dari proses tersebut adalah merasakan rasa sakit dan penderitaan. Kenapa demikian ? Karena suatu dosa adalah aksi ; pikiran, keinginan, emosi, perkataan atau perbuatan apapun – atau kelalaian untuk melakukan tindakan, yang tidak berkenan kepada Allah dan dosa merupakan celaan dan penghinaan manusia secara pribadi kepada pribadi Allah. Tetapi R.C Sproul juga menemukan sebuah kondisi bagaimana penderitaan manusia sekaligus menjadi kesempatan manusia untuk mengevaluasi hubungannya dengan Tuhan Allah. Jadi, Semua penderitaan bukan kebetulan dan berada di dalam jangkauan kedaulatan Ilahi Allah tetapi ada hal-hal mengenai penderitaan yang Allah tidak berkenan mengungkapkannya alias misteri. Oleh karena itu justru kita belajar untuk melihat bahwa kita justru dipanggil untuk melihat optimistic dari sebuah penderitaan karena mungkin kita dipakai oleh Tuhan menjadi instrument Tuhan membawa manusia yang menderita keluar dari kesusahan diri mereka. Oleh karena itu kita jangan egois alias mencintai diri tetapi belajar memiliki kepedulian untuk memberi makan orang yang kelaparan, memberi pakaian kepada orang yang tidak memilikinya, menyembuhkan orang yang sakit, memperhatikan yatim piatu, jompo maupun janda.

Disini kita harus belajar mengakui bahwa penderitaan hanya bersifat sementara ( not forever happens ) dan itu sepenuhnya mendapatkan kelepasan satu-satunya hanya di tangan Allah saja. So, jangan meratapi penderitaan hidup terus menerus tetapi justru kita dipanggil untuk berani menghadapi penderitaan. Yesus berkata “ Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia – Yohanes 16:33 “. Inilah konsep “ shalom “ dari Nicholas Wolterstroff dalam bukunya “ Until Justice and Peace Embrace “ yaitu jalinan kuat antara Allah, manusia dan ciptaan-Nya bagaimana segala sesuatu seharusnya terjadi dan kiranya di tahun 2008 kita belajar menjadi instrument shalom yang tulus dan penuh sukacita bertahan melewati perjuangan, kegagalan dan pertumbuhan untuk mencari kerajaan Allah terlebih dahulu ( Matius 6:33 ) dan untuk berusaha keras meningkatkan shalom di dunia ini. Tuhan memberkati kita semuanya …

Selamat Tahun Baru
Ev. Daniel Santoso
Beijing, People of Rebuplic of China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...