Tuesday, April 17, 2007

Yesus atau Barabas ?

Matius 27 : 11-26
“ Apakah Engkau adalah raja orang Yahudi ? “. Sebuah pertanyaan yang muncul dari mulut seorang wali negeri Romawi yang ditujukan kepada Yesus. Situasi saat itu tidak mendukung Yesus sebagai Raja Orang Yahudi tetapi massa mendukung Yesus sebagai kriminal, pemberontak, bidat. Apakah Yesus menanggapi pertanyaan tersebut ? Apakah Yesus bungkam ? Yesus tetap mengatakan bahwa “ Engkau telah mengatakannya “. Siapakah Pemerintah ? Siapakah Yesus ? Mereka bisa dikatakan sebagai raja tetapi terdapat beda kualitas yaitu Yesus adalah Raja yang rela turun untuk melayani berbeda dengan Pilatus sebagai raja yang berbuat apa saja untuk menguasai. Inilah “ Divine Point “ Yesus adalah Allah yang justru rela turun untuk melayani untuk kepentingan orang lain sedangkan manusia berusaha naik tahta demi kepentingan sendiri untuk menguasai orang lain. Jika elit politik, penegak hukum, ekonom tidak rela turun untuk melayani maka mereka gagal melakukan aplikasi sebagai elit politik, penegak hukum maupun ekonom sejati. Saat para imam dan tua-tua menuduh Yesus sebagai kriminal sampai Pilatus heran karena respon Yesus bukannya marah histeris seperti kerasukan setan tetapi Yesus hanya berdiam diri tanpa menanggapi mereka. Setiap gosip dan rumor yang berkembang tidak bakal mengoncangkan identitas Yesus sebagai Mesias dan Raja Orang Yahudi. Gosip maupun rumor boleh beredar tapi bukan berarti kita harus menanggapi karena gosip maupun rumor yang salah tidak layak ditanggapi. Pada saat saya menulis sebuah artikel mengenai refleksi Reformed terhadap Da Vinci Code di internet, ada seorang rekan memberikan respon “ da vinci code hanyalah fiksi, buat apa tulis berlembar-lembar, semestinya mereka tahu itu hanyalah novel fiksi “. Satu sisi, ada kebenaran untuk tidak mengubris hal tersebut tetapi sisi lain, tidak sedikit orang menyukai fiksi sehingga tidak bisa membedakan mana yang fiksi maupun realita akhirnya kita dibutakan oleh kepalsuan ketimbang oleh kebenaran. Kita tahu itu gosip tidak benar tapi kita lebih suka “ memakan “ gosip tersebut. Kita suka entertaiment yang membutakan kita ketimbang pendidikan yang memberikan pertumbuhan kepada kita. Yesus berdiam diri tetapi bukan berarti setuju dengan gosip-gosip tersebut, Ia tetap menyatakan Kebenaran “ Engkau sendiri yang mengatakannya “. Istilah “ No Comment “ seringkali kita pakai dalam vocabulary kita. No Comment seringkali kita pakai untuk menyembunyikan sesuatu padahal No Comment, sebuah statement yang menyatakan bahwa tidak perlu dikomentari lagi. Yesus tidak memberikan komentar terhadap gosip tetapi Yesus hanya memberikan komentar terhadap Kebenaran.

Saat pemimpin agama dan tua-tua Yahudi menganggap Yesus sebagai kriminal, Pilatus memberikan kesempatan kepada rakyat untuk bersuara dan apa yang harus saya lakukan terhadap Yesus ? Apakah suara rakyat pasti benar ? Dalam Filsafat Romawi Kuno, ada sebuah kalimat “ VOX POPULI VOX DEI “ yaitu “ SUARA RAKYAT ADALAH SUARA ALLAH “. Benarkah ? suara rakyat pasti adalah suara Allah ? Justru suara masyarakat banyak tidak menyelesaikan masalah malah menghancurkan pemerintahan maupun rakyat. Pilatus mengadopsi filsafat Romawi maka ia melegalkan suara masyarakat mengambil keputusan buat Yesus. Suara rakyat justru liar karena rakyat adalah manusia yang memiliki kecatatan dalam keberdosaan mereka, kecatatan dalam beretika, cara pikir, moral. Maka suara rakyat adalah suara Allah ? Itu tidak benar ! Justru realita menunjukkan betapa suara rakyat telah memperkosa kebenaran itu sendiri.

Pilatus sebenarnya mau membebaskan Yesus karena Ia tidak menemukan kesalahan apapun dalam diri-Nya tetapi bagaimana caranya ? Maka Pilatus memakai sebuah tradisi hari raya untuk membebaskan salah seorang kriminal dan rakyat yang memilihnya. Bukankah Yesus punya etika dan moral baik sedangkan Yesus Barabas punya etika moral yang buruk ? Dalam benak Pilatus, Yesus pasti dibebaskan. Tetapi realita, suara rakyat justru mengagetkan Pilatus yaitu Bebaskan Barabas. Bagaimana dengan kita jika kita berada disana ? Orang yang tidak mau belajar dan tidak tahu konteks pasti maunya ikutan-ikutan, kata “ Salibkan Dia “ keluar dari mulut seorang pemimpin agama yang bidat. Hanya orang mau belajar dan tahu konteks barulah orang yang mengetahui benar bahwa Barabaslah yang semestinya dihukum. Mengikuti trend tidak salah tetapi bagaimana kita mengklarifikasi trend itu sendiri. Jangan-jangan kita mengikuti trend seperti suara rakyat yang mendengar sebuah order “ salibkan dia “ maka mereka berespon dengan satu suara seperti sebuah orkestra dan paduan suara yang dipimpin oleh pemimpin agama sebagai konduktornya. Inilah suara rakyat yang tercatat di dalam sejarah. Suara rakyat jika tidak takut kepada Tuhan maka suara rakyat jadi suara Setan ! Itulah realita. Setan bukan dari keluar mempengaruhi ke dalam tapi dari dalam keluar !

Pilatus tahu Yesus orang benar dan Barabas orang jahat tetapi ia terjebak oleh filsafatnya sendiri “ VOX POPULI VOX DEI “. Mana yang mesti diperjuangkan ? Kebenaran atau Filsafat Manusia ? Pilatus dipermainkan oleh filsafatnya sendiri dan menghancurkan dirinya sendiri dan mengoncangkan dirinya sendiri. Orang yang beragama, pintar, berkuasa jangan-jangan orang yang dipermainkan oleh sistemnya sendiri, kekreatifan sendiri, filsafatnya sendiri ! Akhirnya, Pilatus membiarkan Kebenaran disalibkan dan Kejahatan dibebaskan ! Apa gunanya engkau berkuasa tetapi engkau tidak memakai kuasa untuk menyatakan Kebenaran ? Apakah orang beragama berani memperjuangkan kebenaran ? Justru orang beragama berani bakar gereja dengan alasan katanya memperjuangkan kebenaran dan keadilan ! suara rakyat adalah suara Allah atau suara Allah yang mempengaruhi masyarakat ? Suara Allah yang semestinya mempengaruhi masyarakat, itu posisi benar ! Sebagai orang beragama, kita harus punya iman, kebenaran dan keberanian. Iman diberikan oleh Tuhan kepada manusia untuk memimpin hidup kita baik pikiran , hati dan sikap sebagai orang beriman. Martin Luther mengatakan Iman adalah Tuan, Rasio adalah Pelacur yang bisa tidur dengan siapa saja maka rasio harus setia kepada Iman. Mungkin kita bertanya iman yang bagaimana jadi tuan ? Tuan yang rela turun melayani ke bawah dan mengajarkan kebenaran yang membangunkan hidup manusia dan bangkit dari kematian untuk memberikan Pengharapan kepada saudara dan saya yaitu Sorga, tempat mulia dan baka. Setiakah engkau kepada Kebenaran atau menyukai Kepalsuan ?

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Shanghai, China, PRC

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...