Tuesday, May 25, 2010

Delay Flight

Delay Flight. Siapa yang tidak pernah terjebak di dalam delay flight? Sampai hari ini, saya telah mengalami ratusan delay flight dalam frekuensi jadwal terbang saya selama 7 tahun melayani di China. Hari ini saya terjebak dalam penerbangan Shanghai- Guangzhou yang melelahkan seluruh tubuh dan pikiran saya. Betapa tidak, Pagi saya udah ditelpon dari elong (tempat saya beli tiket pesawat) bahwa ada change flight. Seharusnya saya flight jam 13.30, akhirnya jadwal saya dirubah menjadi 14.30. Setelah sampai di Hongqiao Airport. Jam 15.30 saya baru flight dalam perjalanan ke Guangzhou. Tiba-tiba di tengah perjalanan, muncul informasi dari kapten bahwa kita mendarat darurat di Xiamen Airport karena pesawat tidak dapat memasuki wilayah Guangzhou disebabkan weather problem yang diduga adalah badai angin topan. Akhirnya kami menunggu di Xiamen, dari jam 18.00-23.00 ( waktu sekarang saat saya menulis jurnal ini.). Memang melelahkan, from the morning delay flight, on the spot, delay 1 jam, on the planes tunggu 3 jam, on the xiamen airport tunggu 3 jam juga. Kondisi saya hanya menerima 1 coke and 1 instant noodles. Well, can u imagine that?

Hari ini just wanna share about one topic. Pembelajaran saya dalam delayed flight hari ini adalah belajar mengucap syukur kepada Allah di setiap keadaan. Meskipun saya delayed, saya diuji oleh Tuhan, apakah mulut saya tetap digunakan untuk mengucap syukur? Atau saya merusaknya dengan sungut-sungut? Terus terang, ketika saya hanya menerima 1 instant noodles n 1 coke, terlintas dalam hati “kok instant noodles doang sih?”. Langsung saya teringat sebuah kritik dari seorang rekan saya kepada saya ketika saya berada di Jakarta dalam seminar Faith and Culture-nya Pdt. Dr. Stephen Tong. Saya menerima roti, lalu saya ngomel “kok roti doang”. Rekan saya mengatakan, “Ko Dan, Doang itu Roti Lho”. Langsung tersentak dalam hati saya bahwa seringkali kita kurang bersyukur di dalam segala hal. Kedua, Akibat delayed flight, semua passengers masuk ke dalam “kebingungan” sehingga mereka mulai sibuk mengatur ulang jadwal mereka. Baik penumpang dari Economy Class sampai First Class, semua sama bahwa mereka harus mengalami hal yang sama yaitu mengatur ulang jadwal mereka. Manusia mulai belajar apa itu dinamis disaat planning kaku mereka terhalang maupun tidak dapat terealisasi. Kenapa kita perlu hidup dinamis? Karena manusia tidak dapat hidup di dalam kemutlakan rencananya sehingga manusia harus belajar waspada terhadap setiap kesulitan-kesulitan yang mereka bakal hadapi dan berani mengambil keputusan untuk belajar mengutamakan Tuhan lebih daripada keputusan kita.Kenapa saya juga harus menunggu? Ya seharusnya saya belajar meyakini pimpinan Tuhan bahwa pasti ada yang Tuhan mau ajarkan kepada saya mengenal kejadian ini. Ini bukan pertama sekali saya mengalaminya. Tahun 2009, Saya teringat ketika saya menunggu jadwal keberangkatan kereta api dari Beijing ke Guangzhou (harga 253 RMB, duduk di kursi bersama orang-orang Chang Sha selama 23 jam), saya tertegun dengan sebuah scene bagaimana seorang ayah harus memberi makan istri dan dua anak perempuannya. Apa yang dia lakukan? Dia membeli sebuah “Mie Instant Noodle” dan satu porsi nasi putih. Istri dan 2 anak-nya makan mie instant dan nasi. Terakhir, sang ayah makan nasi dan kuah mie instant saja. Yang Ajaib, mereka menikmati seluruhnya dengan muka yang berseri2 dan tidak sedikit senyuman ditebarkan kepada setiap orang yang melewati mereka. Kenapa mereka bisa bersukacita? Karena mereka masih bisa makan, itu anugerah Tuhan. Oh man, it was touching my heart! By The Way, Sekarang jam 1 pagi, ada panggilan untuk boarding now! Thank’s God for everthing and see you around, guys, Ciao!

In Love
Daniel Santoso
Xiamen Airport, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...