Sunday, May 02, 2010

The Confession of (Reformed) Shopaholic

Rebecca Bloomwood, seorang jurnalis wanita yang shopaholic, alias tidak bisa menahan diri ketika dirinya mencari hawa segarnya di fashion boutiques kelas dunia di Manhattan, New York City. Bagaimana suka dukanya seorang shopaholic yang harus “berperang” terlebih dahulu melawan keinginan dirinya untuk memiliki sebuah syal hijau yang “anggun” dan kalah dalam menahan diri untuk tidak membelinya. Bahkan ia rela membayarnya dengan perhitungan kartu kredit yang memusingkan dirinya dalam cara membayar semuanya, baik kepada bank maupun kepada “debt collectors”. Apalagi, ia rela berkelahi dengan sesama shopaholic lainnya demi sebuah sepatu boot? Dalam hal ini, seharusnya wanita menyadari bahwa shopping menyediakan dua tastes yaitu: taste of heaven dan taste of hell. Seringkali kita merasakan shopping menjadi taste of heaven pada saat barang yang menyenangkan mata dan hati itu telah menjadi milik kita. Seringkali hati bersuara “ You Got to have it” dan terkadang kita menyetujui semuanya itu dengan excuse “kapan lagi sale 50%?”. Seringkali kita mengasihi diri kita sendiri (narcisst) sehingga kita bisa memberikan treat yang paling the best kepada diri kita meskipun kita harus bokek karenanya. Enggak heran, semuanya ini dapat disimpulkan dalam format Rene Descartes yaitu I SHOP, THEREFORE I AM. Tentu saja, kita boleh shopping asal wisely! Justru kita seharusnya belajar self control karena kita cenderung jatuh ke dalam control disorder sehingga kartu kredit dan uang cash kita keluar hanya untuk membeli barang-barang yang kurang perlu menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan kita. Justru kita harus menggunakan uang kita untuk beli apa yang kita butuhkan dalam kehidupan ini. Hal ini bukan hanya berlaku pada wanita saja, termasuk pria. Tidak sedikit, pria banyak menghabiskan limit kartu kredit mereka hanya untuk memuaskan keinginan mereka membeli barang-barang yang mereka mau. Ada orang berkata, Pria jatuh dalam “collectors” sedangkan wanita lebih jatuh ke dalam “shopaholic”. Memang tidak salah, buktinya, Wanita lebih banyak berada di fashion boutiques di Mall dan Pria lebih banyak berada klub motor besar Harley Davidson, tempat kolektor jam antik, toko elektronik, etc.

Menurut seorang komentator, kita seharusnya menyadari bahwa kita kurang sehat dalam mengatur keuangan maupun kurang berhikmat dalam membelanjakan semua uang kita, sehingga kita membutuhkan hikmat Tuhan, maka berdoalah minta Tuhan memberikan kepekaan kepada setiap kita, bagaimana kita dapat menyimpan uang dengan berhikmat maupun memakai uang dengan berhikmat?, serta menyadari dan mengerti dengan berhikmat bahwa kita tidak dapat mengharapkan semua yang kita sukai harus terealisasi dengan menabung uang maupun membelanjakan uang. Well, memang kita sangat membutuhkan hikmat. Darimanakah kita dapat memperoleh hikmat tersebut?

Berbicara tentang hikmat, Joshua Harris memberikan 5 point dalam kitab Amsal pasal 1
1. Anugerah Allah memberikan confidience kepada orang berdosa untuk mencari hikmat Allah.
2. Kita harus mencari hikmat tersebut.
3. Hikmat itu datangnya dari Allah. Salomo meminta hikmat itu kepada Allah, maka Allah memberikan kepada Salomo.
4. Hikmat adalah untuk kehidupan manusia. Inilah knowledge in Action.
5. Jalani kehidupan kita dengan decission yang sesuai dengan hikmat-Nya.
Belum sanggup? Terus memohon kepada Tuhan hikmat bijaksana-Nya dalam hidup kita (Yakobus 1:5).

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...