Sunday, May 02, 2010

Karya Allah dalam Kebangunan Rohani

Tahun 1931 sebelum Masehi, Kerajaan Israel terpecah menjadi dua negara bagian yaitu negara israel utara dan negara yehuda. Dalam kerajaan Utara tercatat 7 pembesar yang jahat:
a. Yerobeam (1 Raja 12:28-32)
b. Nadab (1 Raja 15:26)
c. Baesa (1 Raja 15:27)
d. Ela (1 Raja 16)
e. Zimri (1 Raja 16:20)
f. Omri ( 1 Raja 16:25-26)
g. Ahab (1 Raja 16:30-31).

Inilah kemerosotan moral bangsa sekaligus kemerosotan rohani kerajaan Utara yang telah jatuh ke dalam kejahatan dan melakukan penyembahan bukan kepada Tuhan tetapi menjadikan self menjadi Tuhan. Dalam hal ini, kita dapat melihat Allah membenci dosa manusia dan itu straight dan absolute. No offense! Kita harus memahami Allah yang membenci dosa manusia adalah Allah yang mengasihi manusia. Dalam Kejadian 3, manusia yang diciptakan menurut imago Dei jatuh ke dalam dosa dan manusia kehilangan kemuliaan Allah tapi Allah masih menyatakan kasih-Nya agar manusia dapat kembali kepada-Nya dengan takut kepada Allah dan Kebenaran-Nya. Auchwiz, tempat pemusnahan ribuan orang Yahudi yang menjadi saksi bisu kamp konsentrasi tentara Nazi yang menjadi lambang kekejaman sejarah masa lalu maupun sebagai produk barbarisme modern (Adolph Adorno). Ada hal yang menarik di dalam sejarah tragis tersebut. Kaum Yahudi menjadi victims, mereka memiliki ketakutan manusiawi, tetapi mereka lebih takut kepada Allah Yahweh, mereka tetap berdoa dan membaca Taurat meskipun mereka mengalami “violence”. Mereka mempercayai Tuhan yang melihat keberadaan mereka dan mereka tetap mengharapkan kedatangan mesias (bukan Mesias).

Tuhan mengirimkan Elia, orang Tisbe dari Gilead. Siapakah Elia? Ia bukan orang akademik, ia bukan orang kaya, ia bukan orang yang punya pengaruh kekuasaan yang besar, ia bukan siapa-siapa! Tapi Tuhan mau pakai seorang Elia untuk melakukan perkara Allah, sesuai dengan nama Elia sendiri yaitu Tuhan adalah Allahku, maka suara Tuhan mengelegar dari suara seorang Elia. Inilah tindakan Allah yang sanggup menghidup kembali orang berdosa untuk dapat menyatakan Firman dengan konsep kekudusan Allah.

Walter Kaiser, Jr, seorang Biblical scholar dari Gordon Corwell Theological Seminary memberikan gambaran mengenai tiga karya Allah dalam perikop diatas:
1. Allah membuat kita teguh (1 Raja 18:1-20). Allah memberikan keberanian di dalam kebenaran-Nya untuk menegur sesama orang percaya (dalam hal ini, Obaja, orang saleh yang mendapat jabatan dalam negara yang “korupsi” ditegur olehnya). Kalo memang ada kesulitan, bukan lari dari kesulitan tetapi bagaimana kita menghadapi kesulitan? Ayat 17-20, Allah memberikan keberanian di dalam kebenaran-Nya untuk menegur orang fasik. Tidak ikut jalan Tuhan berarti mencelakakan diri sendiri, Tidak ada kebenaran berarti meninggalkan perintah Allah. Hidup di dalam kepalsuan berarti mengikuti Baal. Seringkali kita telah memegang kebenaran, tetapi dunia kita menolak kebenaran tersebut sehingga suara kebenaran yang ada di dalam diri kita masih teredam sehingga nyaris tidak ada suara kenabian muncul menyatakan kebenaran itu hidup. (Markus 6:20, Kisah 24:25). Akhirnya kita cenderung mengajak Tuhan ikut kehendak kita, bukan kita yang mengikuti kehendak Tuhan. Seyogyanya, kita mengingat Tuhan sebagai Tuhan, bukan mesin ATM yang dapat menjadi mesin uang yang memuaskan setiap kita yang hendak mengambil seberapa besar nominal yang kita mau. Allah jauh melampaui kehendak manusia maka manusia tidak mungkin dapat memahami kehendak-Nya, kecuali manusia rela bertekuk lutut dengan rendah hati berdoa dengan sungguh-sungguh memohon hati yang peka terhadap setiap kehendak Tuhan di dalam hidupnya.
2. Allah menyatakan kuasa-Nya kepada kita (1 Raja 18:21-39). Saat ini, Elia adalah orang yang paling tersendiri. Ia minoritas. Tetapi bersama dengan Allah, Elia justru adalah majority. Kondisi mereka, banyak yang timpang dan cabang hatinya alias tidak tegak, tidak konsisten dan bergerak lamban.dalam mengenali kuasa Allah sampai api dari surga turun baru mereka sadar dengan spontan bahwa Tuhan, Dialah Tuhan, Dialah Allah. Kenapa bisa demikian? Karena mereka tidak bersama-sama dengan Tuhan (Matius 12:30).
3. Allah menjawab doa-doa kita dalam waktu Tuhan. Doa Elia di bukit Karmel menunjukkan betapa elia bukan superman, Elia hanyalah orng biasa yang memiliki sesungguhan untuk berdoa dan kembali kepada Allah. Elia rela “dihidupkan kembali” di dalam Allah dan kebenaran-Nya. Dimanakah kesungguhan saudara dan saya? Jangan bersembunyi dibalik doktrin kedaulatan Allah, justru kita harus sadar bahwa semakin mengerti kedaulatan allah seharusnya kita semakin memahami panggilan hidup kita di dalam lawatan ilahi Allah. Lawatan Ilahi Allah yang membawa kita untuk mengutamakan Allah, berlutut memohon revival terjadi dalam hidup dan kesungguhan hati berdoa tanpa henti kepada Tuhan.


Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...