Sunday, May 02, 2010

Back to God's Design

Sebuah cerita yang sama, pengantin yang berbeda muncul dalam film Bride Wars, kisah Emma (Anne Hattaway) dan Liv (Kate Hudson) yang saling bersaing merebut waktu pernikahan yang mereka idam-idamkan sejak mereka kecil di Plaza Hotel Manhattan, the legendary hotel dengan attack one anothers. Film ini tidak memberikan pendidikan yang benar mengenai konsep pernikahan, meskipun kalo menurut standar Hollywood, film ini masih tergolong netral dan normal, tetapi sebenarnya banyak batas-batas moralitas yang tetap telah mereka tabrak dengan “halus”.

Dari “social drinking” hingga mabuk sebelum hari pernikahan, tinggal bersama pacarnya sebelum menikah (bahkan udah 10 tahun?), kata-kata jorok seperti *SS, $$$CHES, DA$$$, MOTHER F jelas tidak mendidik generasi muda untuk hidup bermoralitas baik (apalagi benar, jelas enggak mungkin). Sebagai orang kristen, bagaimana kita seharusnya membaca persiapan pernikahan yang seperti ini? Masihkah kita dapat mengatakan bahwa film tersebut mengajarkan kebaikan (apalagi sebuah kebenaran?)? Bagaimana kekristenan menanggapi hal tersebut?

Allah menciptakan segala sesuatu di dalam purpose dan design Allah yang “GOOD” (Kejadian 1:31), bagaimana seks diberikan kepada manusia di dalam design dan purpose Allah yang “GOOD” tersebut yaitu beranak cucu dan penuhi bumi ( be fruitful and multiply – Kejadian 1:28). Seks itu sakral, didalam seks, ada hubungan relasional yang memberikan keintimanan yang tidak dapat diwakili oleh apapun dalam dunia ini, apalagi dipermainkan. (Keluaran 20:14, I Korintus 6:18). Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, purpose dan design Allah telah didistorsi, diacuhkan dan membuang purpose dan design Allah dan mengganti purpose dan design menurut kebebalan hatinya. Ketika saya berusaha mempersiapkan pernikahan, sejujurnya apa yang saya pikirkan? Seringkali kita lebih sibuk mempersiapkan cincin pernikahan seperti Tiffany & Co ataupun Cartier Gold Wedding Rings daripada melihat simbolisme Allah dengan umat-Nya (Yesaya 54:5, Yeremia 3:1-14, Hosea 2:9, 20), simbolisme Yesus Kristus dengan gereja-Nya (Yohanes 3:29, Wahyu 21:9, 22:17). Kita telah kehilangan kesakralan sebuah pernikahan di atas nama Tuhan, kita hanya membaca pernikahan di dalam “event”, bukan di dalam “holy matrimony” yang sakral. Seringkali kita mempersiapkan pernikahan hanya bersibuk ria dengan memilih design gaun pengantin Vera Wang yang indah atau designer lainnya tetapi kita tidak melakukan maintain terhadap purity of marriage itu sendiri. Banyak orang pakai baju pengantin yang begitu mengagumkan tetapi mereka kehilangan keanggunan dalam menjalani kehidupan marriage mereka, sebagai contoh: mereka telah tinggal serumah, sekamar dan tidak tabu mengakui sex before marriage atau sex outside the marriage. Allah tidak memberikan purpose dan design kepada seks untuk jatuh ke dalam perbuatan yang tidak sakral, Justru segala sesuatu yang jauh daripada purpose dan design Allah, bersifat menghancurkan diri sendiri. Seks di luar nikah maupun Perselingkuhan jelas memberikan dampak kehancuran yang besar dalam konsekuensi fisikal (AIDS, Penyakit Kelamin) dan konsekuensi relasi (merusak hubungan-hubungan yang selama ini telah terbangun). Akhirnya, seks yang sakral dibaca oleh manusia bukan di dalam keindahan purpose dan design Allah. Manusia membacanya di dalam kehancuran definisi seks yang sakral menjadi jorok, merusak dan nakal. Oleh karena itu, kenapa kekristenan mengajarkan monigami (Matius 19:5, I Korintus 6:16). Dalam Film Bride Wars, mereka saling menyerang satu sama lainnya hanya untuk menikah di Plaza Hotel Manhattan, untuk merealisasikan mimpi yang telah mereka idam-idamkan tetapi setiap tindakan mereka yang saling menyerang tersebut jelas bukankah tindakan yang harus diteladani karena hanya orang childish yang melakukan semuanya itu. Justru sebagai orang kristen, kita seharusnya mengikuti apa yang Tuhan mau, bukan apa yang kita mau (Galatia 5:16-18, 22-26). Justru kita seharusnya bukannya saling menyerang, tetapi mengambil waktu sejenak untuk mengintrospeksi kesalahan kita, bukan mengembangkan niat dan siasat ambisi kita. Itu jelas tidak mendidik. So, let’s back to God’s Purpose and His Design. No more Bride Wars!

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Beijing, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...