Tuesday, October 06, 2009

Examine Your Worship IV

John Stott dalam bukunya “The Living Churches” menuliskan sebuah statement bahwa worship tidak bisa lepas dari gereja. Gereja memiliki posisi krusial dalam worship karena gereja berada dalam pusat rencana kekal Allah untuk membawa manusia kembali kepada Allah untuk memuliakan Tuhan, Kedua, Gereja memiliki misi inkarnatoris untuk masuk ke dalam realitas sosial, masuk ke dalam kultural orang lain untuk bergumul memahami kesalahpahaman mereka tentang Injil dan menyatakan Injil sebagai kebutuhan utama dalam hidup manusia. Ketiga, Gereja bukan mengerjakan misi inkarnatorisnya lalu puas dengan pertumbuhan kuantitas tetapi kedalaman Injil dalam kualitas, bukan kedangkalan.

Dewasa ini, Postmodernisme telah mewarnai kehidupan dunia dalam mendefinisikan definisi kebenaran seturut dengan konteks relativisme setiap tempat sehingga definisi tidak dapat dinyatakan hanya dalam satu definisi yang absolut, melainkan definisi dari every differences sebagai kebenaran. Fenomena postmodernisme sudah merasuki bukan hanya dunia sekuler tetapi sudah merasuki kehidupan gerejawi. Jika saudara melihat gereja yang postmodern, mereka menawarkan seeker churches, emerging churches, etc. Pertanyaannya apa yang menjadi panggilan gereja bagi zamannya. Apakah gereja dipanggil untuk dikuasai oleh dunia atau justru gereja mendidik dunia dengan counter-culture. Sekilas, ciri gereja postmodern menekankan “reading the times” dengan berkompromi dengan dunia. Kedua, mereka menekankan otentik tapi bukan absolut. Ketiga, mereka mengajarkan sounding untuk respek terhadap setiap keunikan gereja-gereja dimana pun mereka berada dan bagaimana mengabarkan injil kepada outsiders dengan link memakai budaya yang lagi ngetrend untuk kemuliaan nama Tuhan.

Maka John Stott mempercayai peranan gereja sangat penting di dalam Worship. Ia memberikan 3 interior penting dalam gereja yang dapat dikatakan sebagai gereja yang hidup, menurut Kisah Para Rasul 2:42-47:

1. Gereja yang mau learning (42). Jika saudara melihat pelayanan Petrus, 3000 orang bertobat tetapi mereka bukan hanya bertobat dalam pengalaman mistik tetapi mereka rutin berkumpul untuk mendengar para rasul mengajar. Gereja berada dibawah Alkitab, bukan Alkitab dibawah gereja. Maka gereja tetap harus mengajarkan kebenaran Injil Tuhan sebagai kekuatan dinamit yang membakar jemaat Tuhan untuk mengerjakan pemberitaan Injil ke seluruh dunia.
2. Gereja yang mau loving (44-45). Koinonia adalah berasal dari kata koinos yaitu bersekutu. Konsep bersekutu ini ditujukan untuk ke dalam dan ke luar. Membantu orang yang kesusahan di dalam gereja maupun di luar gereja. Ini seharusnya panggilan hidup yang semestinya gereja Tuhan kerjakan dengan setia. Justru banyak orang termasuk gereja acuh tak acuh dengan persoalan sosial seperti ini sehingga gereja hanya memikirkan apa yang dibutuhkan oleh menara gading mereka. Koinonia dapat dibagi menjadi 2 macam: pertama, kemiskinan total (Markus 10:21) seperti panggilan Francis Asisi atau Mother Theresa. Kedua, kaya dengan konsep yang benar. Di dalam Kisah Para Rasul pasal 5 ayat 4, Ananias dan Safira dihukum mati karena menipu Petrus yang sekaligus menipu Roh Kudus. Padahal Ananias dan Safira diperbolehkan kok hidup kaya tetapi juga harus mengingat tanggungjawabnya untuk mengasihi saudara mereka yang miskin dan membutuhkan. Juli 2009 saya kehilangan kamera saya di perbatasan Lowu-Shenzen, saya marah karena data foto2 yang ada di kamera tersebut sangat penting buat saya. Saya sharingkan perasaan ini kepada Ev. Claudia. Ia mengatakan ya sudah, mungkin mereka lebih membutuhkan duit daripada kamu, ya sudah relakan saja! Melalui statement beliau, Saya belajar bahwa kadang gereja selama ini hanya memperhatikan menara gadingnya sehingga lupa bahwa diluar sana banyak orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan sehingga mereka memilih jalur kriminalitas untuk bertahan hidup. Ketika bencana alam Tsunami melanda Aceh, ada seorang religius yang mengatakan bahwa Allah sedang menghukum umatnya agar bertobat. Lucunya, mereka memberikan komentar, dihukum ama Allah kok ditolong oleh orang beragama seperti yayasan SuZhi Foundation dari Taiwan dan World Vision. Menurut saya, justru ini panggilan gereja untuk menyatakan “loving” dengan aksi yang real, bukan omong kosong. Dalam hal ini, gereja masih harus banyak belajar mengasihi.
3. Gereja yang worshipping. Worship dalam gereja dibedakan menjadi dua macam yaitu formal dan informal. Keduanya semestinya berjalan secara seimbang dan disesuaikan menurut posisi masing-masing. Misalnya, setiap hari minggu kita pergi ke gereja, tetapi akhirnya kita mengambil keputusan tidak ke gereja karena kita melihat di TV ada khotbah mimbar agama kristen, ataupun kita download khotbah di internet dan kita mendengar khotbah tanpa harus pergi ke gereja. Justru Alkitab menyatakan bahwa kita harus concern dalam pertemuan-pertemuan ibadah karena ibadah bukanlah sebuah aktivitas individual saja, tetapi juga bersama saudara seiman. Ibadah formal perlu kita jalankan untuk mendidik kita menjalankan ibadah bersama rekan seiman. Kalo informal, saudara saat teduh, saudara mendengar khotbah di mp3 player dan sebagainya … itu baik, tetapi porsinya informal. Jadi informal tidak boleh menggantikan kehidupan formal. Ibadah formal tidak boleh meniadakan ibadah informal. Kedua, gereja harus seimbang dalam menekankan ibadah yang khusuk penuh khitmad dan sukacita (46). Hari ini banyak gereja timpang dalam menjalankan ibadah mereka karena mereka menilai worship dari perspektif yang berbeda. Pada dasarnya, mereka tidak lari dari poros utamanya, hanya realisasi ibadah mereka ditafsir bukan menurut pimpinan Roh Kudus tetapi menurut bakal maupun talenta yang ada pada mereka. Sukacita ditafsir seperti senangnya kita berada di dalam diskotik (rohani) maupun khusuk yang ekstreem seperti kita berada di dalam pemakaman. Harus ada keseimbangan yang tidak keluar jalur Firman Tuhan. Dalam hal ini, kita harus synchronize our self sesuai dengan apa yang Allah mau, bukan yang kita mau.
4. Gereja yang mau evangelizing. Jika kita melihat Kristus mendidik jemaat di dalam gereja dan Kristus juga memberitakan Injil di kapal, pinggir pantai, diatas bukit, rumah, dsb. Dalam hal ini gereja juga seharusnya mengerjakan panggilan penginjilan untuk jadikan semua bangsa murid Kristus dalam pengajaran dan pelayanan yang disertai oleh pimpinan Roh Kudus.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Xiamen, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...