Dari Yesaya pasal 6 kita dapat belajar melihat:
1. Allah adalah Transenden dan Imanen (2-3). Allah yang Maha Kudus dan Allah yang Maha hadir. Pengertian ini menentukan bagaimana kita berespon terhadap setiap ibadah yang kita jalani setiap hari. Jika kita sadar bahwa Allah ada disana dan Allah ada disini maka kita tidak mungkin dapat hidup dengan sembarangan karena konsep worship kita jelas tentang Allah.
2. Manusia telah jatuh ke dalam dosa maka di hadapan Tuhan, seharusnya mereka merasa dirinya celaka dan binasa. Di hadapan Tuhan yang Kudus, manusia tidak layak dapat beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu bagaimana setiap worshippers harus sadar diri alias tahu diri kepada siapa mereka sedang beribadah atau mereka sedang melayani siapa. Bukan sembarangan bos yang dapat kita lawan karena Allah adalah Allah dan Ia tahu apa yang terbaik dalam setiap worship. Jadi seharusnya kita belajar menyadari keterbatasan diri dan posisi manusia berdosa yang membutuhkan belas kasihan Tuhan.
3. Saat bara api disentuhkan ke bibir Yesaya, disitulah kita belajar melihat Tuhan memberikan pengampunan dosa kepada manusia agar mereka dapat dilayakkan memberikan worship kepada Allah, tetapi bukan menurut selera manusia tetapi ikut selera Tuhan. Ironisnya, banyak orang dalam ibadah masih belum bisa membedakan mana yang selera Tuhan dan yang mana selera manusia sehingga mereka perlu spiritual discerment untuk membedakan selera Tuhan dengan selera manusia melalui Firman Tuhan.
4. Siapakah yang akan kuutus? Yesaya jawab “Ini Aku, Utus Aku”. Ibadah yang sejati mengutus kita melayani dengan hati yang gentar di hadapan Allah. Setelah kita dilayakkan Allah untuk dapat memberikan worship kepada Allah, kita diutus oleh Allah untuk doing God’s will. We are doing mission impossible but in God’s hand, everthing is possible!
In Christ Alone
Daniel Santoso
Guangzhou, China
No comments:
Post a Comment