Tuesday, October 06, 2009

Examine Your Worship V

Dalam Reformed Theology, Pertama, Definisi Worship harus bersumber pada Allah sebagai sumber ibadah karena manusia dapat worshipping God, bukan karena full inisiatif manusia tapi karena Allah menganugerahkannya kepada kita sehingga manusia dapat melakukan aksi ibadah kepada Tuhan, problemnya adalah sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia punya kecenderungan untuk jatuh ke dalam kesalahan dalam menginterpretasi konsep worship. Hari ini kita melihat perbedaan kualitas antara worship dari Kain dengan worship dari Habel. (Kejadian 4:1-16). Secara umum, kita mengetahui bahwa Kain memberikan worship dengan setengah hati, persembahan dia kepada Allah ditolak. Sedangkan, Habel memberikan worship dengan full hearted, persembahannya diterima oleh Allah. Pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah bukankah mereka dididik dalam keluarga yang ‘takut akan Allah’? sama-sama hidup 24 jam dan hidup dalam dididikan Adam dan Hawa, namun pikiran, ucapan, tindakan dan akibat yang menjadi respon Kain dan Habel berbeda.

Mengapa persembahan Kain ditolak oleh Allah?

Pertama, Kain memberikan persembahan kepada Allah dengan konsep setengah hati. Tentu saja konsep setengah hati bukanlah konsep Firman Tuhan, melainkan konsep dosa. Manusia jatuh ke dalam dosa karena self glory yang dipancing oleh Iblis melalui iklan “superman” alias jadi tuhan. Bukankah ini gambaran saudara dan saya dalam worship pribadi kita masing-masing? Seringkali kita tahu ibadah adalah sakral maka setiap konsep ibadah harus ikut konsep sakral Allah. Akan tetapi, kita suka membawa “iklan-iklan” dunia yang mampu mempengaruhi massa dengan cepat baik melalui musik sekuler maupun bahasa buku self improvement alias self help sehingga akhirnya ibadah yang sakral diterjemahkan dalam perspektif musik sekuler maupun bahasa self improvement yang populer agar banyak jiwa terjangkau mendengar Injil. Dimanakah kepekaan anak Tuhan hari ini? Banyak mereka berbicara “pokoknya hati yang paling penting”, cara apapun terserah karena Tuhan berkenan atas semua cara. Permasalahan saya menolak konsep diatas yaitu banyak orang punya hati yang baik tetapi saat caranya salah, terkadang hal tersebut justru bukan semakin membangun orang lain, melainkan dapat merusak hidup orang lain. Dalam hal ini, kita harus berdoa kepada Tuhan memohon kepekaan untuk menekuni ibadah dengan mempersembahkan persembahan yang terbaik kepada Tuhan dengan konsentrik terhadap prinsip Firman Tuhan.

Kedua, Worship Kain hanya dipahami sebagai ritual yang rutinitas. Rutinitas seringkali membuat para worshipper kurang sungguh-sungguh melayani Tuhan karena anggapan mereka telah “fasih” dalam keseharian mereka dalam pelayanan. Ketergantungan diri kepada Tuhan sudah bukan menjadi pengertian awal mereka dalam melayani Tuhan. Jika kita terjebak dalam rutinitas, kita cenderung jatuh ke dalam “ I AM SOMETHING” syndrome. Padahal, Alkitab mengajarkan bahwa YOU ARE NOT SOMETHING, YOU ARE NOTHING, BUT GOD IS EVERTHING, ALL YOU NEED IS GOD HIMSELF.Kedua, Rutinitas yang mekanis seperti mesin membuat para worshipper sudah terbiasa dengan kebiasaan melayani dengan mapan sehingga hati dan pikiran telah kehilangan daya kreatif yang reflektif alias tumpul. Hal ini tentu saja menyalakan sebuah alarm “WARNING” kepada kita bahwa jika rutinitas menumpulkan hati dan pikiran kita dalam melayani maka sebenarnya pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya saya menghadapi rutinitas saya dalam pelayanan? Allah adalah Sang Pencipta dan kita adalah ciptaannya dan rutinitas adalah alat kita untuk melayani Tuhan. Disaat kita menjalani setiap rutinitas kita, selayaknya kita mengkaitkan setiap rutinitas kita kepada Tuhan dan memohon Tuhan memberikan anugerah untuk dapat memahami Firman Tuhan yang memimpin setiap hari manusia menjalani rutinitasnya dalam melayani. Seharusnya semakin melayani Tuhan, semakin takluk kepada apa yang Firman Tuhan ajarkan. Jadi kita mempertanggungjawabkan rutinitas kita dalam pelayanan sebagai tuan atas rutinitas yang bertanggungjawab kepada Allah, bukan budak dari rutinitas.

Ketiga, Seringkali kita terikat dengan “comfort zone” atau “menara gading” kita sehingga pelayanan kita menjadi redup karena kita tidak mampu melihat hidup lebih luas, dalam, menyeluruh dan lebih indah. Tentu saja dalam hal ini, kedinamisan dalam pelayanan menjadi penting tetapi bukan liar seperti apa yang dipahami oleh emerging church. Justru prinsip Firman Tuhan yang orthodoks harus menjadi pegangan bagaimana kita melayani dengan dinamis. Hanya kembali kepada prinsip Firman Tuhan dan penyertaan Roh Kudus memberikan sinkronisasi kepada setiap worshipper untuk melayani dengan hati yang kembali kepada Allah.

Persembahan Habel diterima oleh Allah karena:

1. Konsep Worship Habel bukan dinyatakan dengan separuh hati tetapi totally to God. Ia memberikan semua yang terbaik buat Tuhan. Fullhearted. Habel bukan memberikan persembahan tanpa pembelajaran maupun pergumulan memberi persembahan yang terbaik. Ia belajar menemukan persembahan apa yang paling baik pada domba-dombanya. Ia tahu mana yang terbaik dan ia berikan kepada Allah yaitu lemak. Analisa lemak didapat dari mana? Ia melelahkan diri belajar mencari persembahan yang hanya dapat ia berikan kepada Allah. Bagaimana dengan saudara dan saya? Kita telah bertahun-tahun melayani Tuhan bahkan katanya reformed tapi kita seringkali menjadi orang reformed yang tidak peka bagaimana kita harus memberikan worship yang terbaik kepada Tuhan. Mari kita berusaha merenungkan sesungguh-sungguhnya makna worship kita hari ini. Dalam hal ini belajar saja gak cukup, perlu implementasi lebih konkret dalam hidup kita yaitu integritas hidup membedakan mana benar dan mana salah. Tanpa integritas hidup maka semuanya failed.
2. learning how to be a true worshipper (gak cukup hanya mau jadi good worshipper). Prinsip Firman Tuhan harus menjadi utama dalam worship kita. Ingatlah bahwa kita adalah ciptaan Allah yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (imago dei) maka prinsip Tuhan harus di” copy n paste” dalam hidup kita sebagai worshipper. Problemnya adalah seringkali kita bukan “copy n paste” apa yang Tuhan mau tetapi kita seringkali “copy n paste” dosa. Adam Malik pernah berkata “Indonesia jago copy otoriter dari komunis, demokrasi dari negara Barat tetapi sayangnya yang Indonesia copy adalah sampahnya sehingga apa yang di “copy n paste” mempengaruhi mental Indonesia jadi mental sampah. Luar biasa! Kalo J.E Sahetappy mengatakan bahwa Indonesia mental tempe, Dawam Rahadjo mengatakan bahwa tempe itu enak hanya lunak. Menurut saya, Adam Malik lebih tajam! Apakah jangan-jangan kita adalah para worshipper yang menyembah Tuhan tetapi prinsip worship kita adalah sampah, sehingga mental kita sebagai worshipper juga mental sampah?
3. Rela berubah sesuai Firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus. Jika worship kita salah, kita harus rela berubah dan mensinkronkan diri sesuai dengan Firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus karena hanya melalui Firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus, disitulah ada sinkronisasi prinsip Firman Tuhan.. Ikuti perintah-perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya
4. Berani serahkan SEMUA buat Tuhan. Habel tahu yg terbaik dan Ia belajar memberikan SEMUA buat Tuhan. Ada gak keberanian itu dalam worship saudara dan saya? Kalo kita melihat orang sekuler, mereka berani memberikan semua waktunya untuk target mereka. Misalnya Jimmy Cho, seorang designer sepatu asal Malaysia yang terkenal dewasa ini, dia memakai seluruh waktunya untuk mendesign sepatu-sepatu dagangannya dari jam 7 pagi sampe jam 4 pagi, everyday. Hampir setiap hari, makanan yang dia konsumsi hanyalah mie instant! Ia berani memberikan seluruh waktunya hanya untuk kesuksesan. Alkitab mencatat bahwa popularitas bukan utama tapi hidup signifikan sesuai dengan rencana kekal Allah, itu gol kita sebagai para worshippers. Apakah saudara berani memberikan SEMUA kepada Tuhan?

Sebagai penutup, dalam sebuah kongres misionaris sedunia di Inggris 200 tahun yang lalu, ada penggalangan persembahan untuk mendukung pelayanan para misionaris. Saat itu cara yang dipakai adalah para majelis memegang nampan yang besar dan jemaat yang mau mendukung dalam dana, dipersilakan menaruh amplop persembahan atau apapun yang menjadi persembahan mereka di atas nampan tersebut. Tiba-tiba ada seorang anak, berbisik kepada seorang majelis yang bawa nampan “Om, tolong saya sebentar saja. Taruh nampannya dibawah.” Pertama-tama majelis tersebut ragu dengan anak tersebut tetapi karena dipaksa oleh anak tersebut itu akhirnya majelis itu menaruh nampan di lantai. Seketika, anak itu naik ke atas nampan dan berseru sambil menangis “ Saya gak punya apa-apa yang saya bisa berikan buat merekaL, tapi saya hanya bisa serahkan diri saya kepada Tuhan”. Suasana haru langsung mewarnai kongres tersebut dan akhirnya ia menjadi misionaris besar di Afrika. Namanya Moffad. Ia rela memberikan SEMUA kepada Tuhan, bagaimana dengan saudara?

In Christ
Daniel Santoso
Fuzhou, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...