Friday, December 03, 2010

Natal di dalam Kristus

Natal 2010 telah tiba. Dikotomi Natal “marak” bergelombang baik dari kalangan orang kristen yang merayakan kelahiran Yesus Kristus, Juruselamat Dunia yang berinkarnasi turun ke dalam dunia tuk menebus dosa kaum pilihan-Nya dan kalangan kaum ateis dan kaum sekular yang menekankan pembebasan Natal dari Kristus, “freedom of religion” dan “freedom from religion” mendefinisikan Natal hanya dalam”event” libur panjang musim dingin dan imajinasi budaya “Santa Claus” paganisme. Banyak hal-hal yang paradoks dalam Natal Kristen dengan Paganisme. Paganisme menyediakan Santa Claus, Pohon Natal dengan aksesoris plastik, kelap kelip lampu hiasan natal serta Christmas Sale di shopping mall seluruh dunia. Inti Natal Paganisme hanya terletak pada konsumerisme. Seperti apa yang diucapkan oleh Jeff Locke dari truthxchange.com, Christmas is a Pagan Holiday. Paganisme telah mereduksi makna sakral Natal mula-mula, saat orang majus datang memberikan persembahan yang terbaik kepada bayi Yesus, Paganisme hanya membeli ornamen-ornamen plastik pohon natal sebagai “accessoris” mereka merayakan Natal. Saat orang majus memberikan persembahan kepada Yesus dengan “humility gift”, justru Paganisme memberikan “indulgence of selfishness gift” tanpa melupakan keuntungan profit. Saat Bethlehem menjadi kota yang sepi nan sunyi, Paganisme merubah kesunyian menjadi keramaian Natal yang “blink-blink”. Saat inkarnasi Yesus turun ke dalam dunia secara nyata dan serius, justru Paganisme mengajak dunia bermain di dalam party-party yang memalukan. Sebagai orang kristen, kita harus “straightforward” kepada esensi Natal yang sejati yaitu Yesus Kristus, bukan bermain-main di dalam area supplemen yang tidak jelas di luar Yesus Kristus. Seringkali kita terlalu berani menggunakan alasan “ah hanya main-main doang”, padahal “doang” itu termasuk jawaban aksi dari permainan dunia. Sekali lagi, Kita harus “straightforward” kepada fokus Natal yang sejati. Natal tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus, satu-satunya “Allah yang rela turun menjadi manusia” yang menjadi juruselamat manusia satu-satunya tuk membawa manusia berdosa kembali kepada Allah. Tantangan postmodernisme dan sekularisme banyak memberikan ruang negatif bagi dunia melihat kekolotan para fundamentalisme kekristenan dalam memproklamasikan Kebenaran Fundamental dalam Firman Tuhan, baik Firman yang menjadi daging yaitu Yesus Kristus dan Firman yang ditulis oleh para rasul dan para nabi dalam Kitab Suci yaitu Alkitab. Namun, orang kristen bukanlah orang yang sedang berada di dalam bahaya, justru “prostitusi kristen” itulah yang berada dalam bahaya. Mereka kelihatannya kristen, padahal mereka tidak berjiwa “kristen”. Meski demikian, kita harus “straightforward” tanpa henti-henti memberitakan Injil Kristus kepada dunia karena seperti kata Rasul Paulus, celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil (1Korintus 9:16-19).Dari atas mimbar, Pdt Dr. Stephen Tong mengingatkan bahwa Injil tidak cukup hanya kita terima dan percayai, tetapi juga harus dikabarkan. Masih adakah Injil diberitakan oleh orang kristen di hari Natal? Selamat memberitakan Injil di hari Natal! Tuhan memberkati kita semua.

Selamat Natal
Daniel Santoso
Beijing, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...