Friday, February 05, 2010

Crisis ... Glad or Gloom?

Krisis Moneter, sebuah problema global yang memberikan goncangan besar bagi manusia
di dunia dalam menanggapi hidup yang semakin “sulit” dan “mengerikan”. Bagaimana saudara dan saya menyingkapi krisis moneter? Tidak sedikit orang yang merasa terpukul oleh krisis moneter tersebut. Akan tetapi, ada survei global yang memberikan perbandingan 1 dari 4 orang merasa lega dengan krisis global ini karena mereka menyadari prioritas hidup mereka. Kesadaran prioritas hidup mereka dimulai dari kesulitan situasional yang memberikan dampak perubahan psikologis untuk “postponing” baik menikah, punya anak, pindah rumah, ganti pekerjaan maupun mengambil pendidikan yang lebih tinggi. Pertanyaan yang muncul adalah apa prioritas hidup manusia hari ini? Banyak orang menjawabnya dengan jawaban: memperoleh kebahagiaan. Demi kebahagiaan, mereka rela hidup sederhana, rela hidup susah.

Di kala krisis, banyak manusia menemukan kesulitan dalam hidupnya, baru mencari Tuhan. Oleh karena itu, tidak heran jika Sigmund Freud dan Karl Marx berteori bahwa Tuhan hanyalah produksi dari situasi yang tak berdaya ketika manusia kehilangan jalan kebenaran. Freud dan Marx mempercayai sebuah falsafah bahwa agama tidak beda dengan opium yang menghilangkan derita sementara manusia. Agama muncul dimulai dari rasa takut melihat realita hidup yang penuh kesulitan dan tantangan. Benarkah demikian?

John Calvin mengawali sebuah kehidupan agamawi kepada Tuhan dengan sebuah ketaatan terhadap Kitab suci sebagai aturan bagi kehidupan yang pasti memberikan sukacita dalam menjalaninya. Ketaatan dan sukacita adalah “one packet”. Jika kita mengatakan diri telah taat tetapi kita belum bersukacita maka kita masih belum taat kepada-Nya. Kedua, Ketaatan dan hidup kudus menurut kitab suci hanya dapat diperoleh di dalam karya Kristus. Tanpa karya Kristus, segala sesuatunya hanyalah bersifat lahiriah dan itu tidak cukup. Kehidupan spiritual bukan membuat kita takut kepada realita hidup yang penuh kesulitan dan tantangan, justru kehidupan spiritual bersama Kristus memberikan ketulusan hati dan kerelaan hati untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus. Dalam sejarah misi, kita dapat banyak belajar dari para misionaris seperti Hudson Taylor, C.T Stud, Nomensen. Iman kekristenan yang mereka imani justru memberikan indikasi bahwa mereka bukan mendasari kehidupan religiusnya dengan pemahaman takut terhadap kesulitan. Justru mereka masuk ke dalam kesulitan, mereka mengambil resiko di dalam kesulitan dan mereka melewati kesulitan di dalam Kristus.

Dalam Kasih Kristus
Daniel Santoso
Guangzhou, China

No comments:

Peran Gereja dalam Dunia  Yoh 8:21-29, 30-32 Bagaimanakah seharusnya gereja berperan di dalam dunia ini? Khususnya Hamba Tuhan, jemaat, dan ...